Paranormal Ch. 2 : Gadis dengan Payung Merah

http://s3.fotografer.net/images/thumb_m/0/32/32612.jpg?id=2

Prolog

Manusia pada umumnya memiliki kecintaan pada suatu benda, mereka menyebutnya sebagai hobi mengkoleksi sesuatu. Tapi sebagian manusia suka melekat pada suatu benda, bahkan kadang mereka merasa benda itu telah menjadi bagian dari hidupnya, entah itu sebuah rumah, mobil atau bahkan barang-barang remeh seperti payung.
Bagaimana jika sesuatu yang membuat anda tertarik, justru mengubah hidup anda menjadi sesuatu yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya?
Bagian Dua : Gadis dengan Payung Merah
Marceline, Seorang remaja yang baru saja mulai merasakan bangku kuliah. Dia berhasil masuk ke jurusan seni, bidang yang selama ini selalu ditekuninya dengan baik. Marceline sedang duduk dan menangis di kamarnya karena masalah aneh yang sedang dialaminya. Dia benar-benar sudah tidak tau harus berbuat apa lagi. Marceline sebenarnya hanya gadis biasa sama seperti remaja seusianya pada umumnya, hanya saja suatu kejadian yang belum lama ini membuat hidupnya berubah.
Kita kembali ke dua bulan yang lalu, Marceline sedang menikmati liburannya dengan berjalan-jalan ke kota tetangga bersama dengan pacarnya Tony. Beberapa hari lagi mereka akan segera mulai masuk kuliah, jadi mereka memutuskan untuk berwisata. Di kota yang mereka datangi, sedang ada parade daerah. Sebagai pencinta kesenian tentu Marceline tidak ingin melewatkan hal ini. Semua rencana berjalan dengan mulus dan dia sangat bahagia. Ketika dalam perjalanan menuju stasiun kereta untuk pulang ke kotanya, Marceline melihat sebuah toko Antik yang menjual benda-benda yang berseni.

http://202.67.224.137/sgimage/27/44027_sung-kim-antique-shop-42424.jpg
Tony juga seorang yang mencintai seni, justru seni yang membuat dia bisa mengenal Marceline karena itu dia mengajak kekasih tercintanya untuk mengunjungi toko itu. Pasangan muda ini tidak tau, bahwa pilihan yang mereka buat adalah kesalahan besar. Marceline dan Tony akhirnya masuk ke toko tersebut, nampak seorang bapak yang wajahnya begitu ramah. Tony berkeliling untuk melihat-lihat seisi toko, namun Marceline tidak demikian. Mata Marceline langsung terpaku pada sebuah Payung yang berada di dekat Bapak penjaga toko. Payung itu berwarna merah, dengan ukiran bunga yang begitu indah. Tangkainya dari bambu, walau nampak rapuh namun cukup kuat untuk melawan hujan. Marceline nampak berkaca-kaca melihat payung itu, si Bapak pemilik toko memandangnya kemudian mengambilkan payung tersebut. " Sungguh mata yang jeli, Gadis yang sungguh mengerti seni." Bapak itu menyerahkan payung merah kepada Marceline sambil terkekeh. Bapak itu menjelaskan bahwa payung ini akan membawa keberuntungan, dengan bayaran yang pantas. Marceline sangat bersemangat setelah memegang payung itu. Tony tidak menemukan apa yang bisa menarik perhatiannya. Ketika mereka bertanya berapa harga payung tersebut, Bapak itu mengatakan bahwa dia akan mendapatkan bayarannya pada waktunya. Tony dan Marceline terlihat bingung, Bapak itu menambahkan " Anggap saja hadiah dari bapak tua ini, untuk pasangan yang begitu mesra." Bapak itu kemudian tersenyum.
Mereka akhirnya pulang naik kereta. Marceline sangat puas, semua rencana berjalan lancar, dia dan pacarnya bisa menikmati waktu bersama dengan indah, bahkan kini dia membawa pulang kenang-kenangan berupa payung cantik. "Oh, hari ini tidak mungkin bisa jadi lebih baik!" Teriak Marceline di dalam kereta, semua penumpang yang di dekatnya melihat ke arah tempat duduknya. Tony hanya tersenyum, dia sudah terbiasa dengan kelakuan kekasihnya.

http://img03.taobaocdn.com/bao/uploaded/i3/18736022498837431/T15qmsXqtdXXXXXXXX_!!0-item_pic.jpg_310x310.jpg
Hari-hari berlalu sejak saat itu, akhirnya kuliahpun di mulai. Tempat tinggal Marceline jauh dari kampus, sehingga dia memilih untuk tinggal dia di asrama, ternyata dia begitu beruntung karena teman sekamarnya adalah Sella, sahabat karibnya. Sella dan Marceline telah berteman bertahun-tahun dan juga sangat dekat. Mereka juga bersekolah di SMP dan SMA yang sama dan sekarang di Universitas yang sama. Bedanya Marceline memilih jurusan seni sedangkan Sella di jurusan Managemen. Marceline mulai percaya dengan keberuntungan yang didapatnya berasal dari Payung merah yang dia dapatkan di toko antik itu. Dia menjadi begitu menyukai payung itu, akhirnya dia juga membawa payung itu ke kamar asrama. Bahkan Sella memuji keindahan payung merah itu. Suatu malam turun hujan gerimis dan saat itu Sella sedang ingin ke warung, Marceline mengatakan bahwa sebaiknya Sella menggunakan payung merah itu. Kemudian Sella pergi ke warung  dengan payung itu, semua awalnya nampak baik-baik saja.

Hari-hari ospekpun di mulai, keberuntungan Marceline berlanjut. Kecantikan Marceline ternyata menjadi sorotan banyak senior di jurusannya, sehingga dia diperlakukan seperti seorang putri di masa ospeknya. Dia pun melewati masa ospek dengan mudah. Malam setelah ospek selesai, Marceline menyadari perubahan pada diri Sella, temannya yang satu ini sebenarnya jauh lebih cantik darinya namun sepertinya Sella mengalami banyak kesulitan dalam masa ospeknya. Beberapa hari berlalu, Sella selalu nampak lemah dan lesu, sampai akhirnya hari itu tiba. Marceline baru saja pulang dari kampusnya, ketika membuka pintu kamarnya tercium bau yang tidak sedap.Sungguh terkejut dirinya menemukan Sahabat baiknya, Sella sedang tergantung di kamar mandi. Sella bunuh diri! Satu asrama menjadi panik hari itu, tidak perlu waktu lama untuk polisi memecahkan kasus bunuh diri ini. Sella ternyata menulis surat sebelum dia meninggal, bahwa dia telah di lecehkan beberapa seniornya saat ospek, dia menulis nama-nama mereka. Setelah melakukan otopsi ternyata memang Sella mengalami pelecehan seksual, para senior itu pun segera di tahan. Marceline begitu terpukul dengan apa yang menimpa Sahabat karibnya itu, dia menangis di dalam pelukan Tony.

http://mihaperosa.com/blog/wp-content/uploads/2008/01/kmojca_portoroz_red_16december07_by-miha-perosa_img_2234web.jpg

Marceline pindah dari asrama ke sebuah kost, kamar kostnya bersebelahan dengan kamar Tony. Dia merasa lebih aman di dekat kekasihnya itu. Semua berjalan lancar, hubungan mereka semakin erat dengan kebersamaan mereka akhir-akhir ini. Tony mendapatkan tugas fotografi dari salah satu mata kuliahnya, dia meminta Marceline menjadi model fotonya. Sesi pemotretan berjalan lancar, kemudian Marceline meminta agar dia di foto dengan payung merah kesayangannya. Tony pun mengambil beberapa foto. Malam harinya ketika Tony sedang melihat hasil pemotretannya, dia terkejut dengan hasilnya. Dia langsung memprint beberapa foto kemudian menelpon Marceline, bahwa dia ingin memperlihatkan sesuatu padanya. Tony pun segera berjalan pulang menuju kostnya.

Saat itu Marceline sedang kebingungan, apa yang ingin ditunjukan oleh Tony kekasihnya itu. Dia menunggu di kamarnya, dan menunggu. Anehnya Tony tak kunjung tiba, kemudian dia pun mencoba menghubungi handphonenya, tapi panggilannya tidak di angkat oleh Tony. Mungkin dia masih di perjalanan. Marceline melakukan panggilan beberapa kali lagi, namun nihil. Tiba-tiba ada handphonenya berbunyi dan Marceline melihat itu adalah nomor Tony, " Kamu kemana aja? kok lama banget?" Marceline langsung berbicara dengan nada kesal. " Maaf, apa anda mengenal pemilik handphone ini?" Terdengar suara asing di ujung sana. Marceline bercakap-cakap ternyata itu panggilan dari polisi, Marceline di minta segera ke Rumah Sakit Cemara yang tidak jauh dari kostnya, bergegaslah dia kesana.

Tidak butuh waktu lama untuk mencapai Rumah Sakit tersebut. Marceline kembali mendapatkan sebuah kejutan buruk. Tony ternyata mengalami kecelakaan, dan dia baru saja menghebuskan napas terakhirnya tepat ketika Marceline sampai. Polisi menyerahkan beberapa barang milik Tony, termasuk kantong plastik yang berisi beberapa foto, begitu dia lihat sekilas itu adalah foto dirinya. Dia langsung menangis tersedu-sedu.
Tidak lama kemudian datang keluarga Tony, Orangtua Tony pun sangat terpukul dengan kepergian mendadak seperti itu.

Beberapa hari telah berlalu sejak kecelakaan mengerikan itu, kita kembali ke awal cerita ketika Marceline duduk di kamarnya dan menangis. Dia masih belum dapat menerima apa yang telah terjadi. Pikirannya kosong, kehilangan dua orang yang penting dalam hidupnya dalam waktu yang singkat membuatnya sangat terpukul. Perlahan-lahan Marceline mulai menerima keadaannya, dia juga berpikir bahwa dia tidak dapat begini terus. Dia harus tetap menjalani kehidupannya. Dia melihat payung merah yang ada di sudut ruangan, dia memeluknya erat-erat dan seolah-olah payung itu memberinya kekuatan dan semangat baru. Bagaimanapun payung ini adalah kenangan perjalanan dia yang terakhir bersama Tony.

http://unisyifa.blogdetik.com/files/2013/03/b939fc5c263d47e5907c5c441950be1c_perpisahan.jpg

Hari-hari terus berlalu sejak kejadian itu, tidak terasa telah dua bulan berlalu sejak kecelakaan Tony. Marceline sendiri telah mulai dapat bangkit dari kesedihannya, banyak cerita baru selama dua bulan ini. Dia mendapatkan sahabat-sahabat baru, dia menjadi bintang di kelasnya dan juga menjadi Mahasiswi kesayangan Dosen killernya. Keberuntungan Marceline seolah tidak ada habisnya, terus bermunculan sambung menyambung keberuntungan demi keberuntungan. Di sisi yang lain orang-orang disekitarnya terus mendapatkan petaka, dia lambat laun menyadari hal itu. Teman barunya Josep ditinggal oleh pacarnya yang telah menjalani hubungan 5 tahun tanpa alasan yang jelas, Dosen killernya tiba-tiba mendapatkan stroke. Perlahan tapi pasti dia mulai menyadari ada sesuatu yang salah disini.

Suatu hari ketika sedang duduk sendiri di kostnya, Marceline melihat sebuah kantong plastik. Dia teringat itu berisi foto-foto dari Tony, hampir saja dia melupakan hal itu. Air kembali mengenangi matanya mengingat kekasihnya yang telah tiada, dia menguatkan hatinya kemudian melihat kenangan terakhir dari Kekasihnya itu. Betapa terkejutnya dia dengan hasil foto itu, ternyata inilah yang ingin dilihatkan oleh Tony. Di setiap foto Marceline yang sedang menggunakan payung merah, ada bayangan hitam yang mengerikan dibelakangnya, dan di satu foto terakhir terlihat ada dua tangan yang sedang ingin mencekik leher Marceline. Dia langsung melihat payung merah itu, dia begitu ketakutan. Dia segera mengambil payung itu dan membuangnya, kemudian dia lari. Marceline bingung dengan apa yang telah terjadi, dia merasa itu semua adalah kesalahannya. Andai dia tidak pernah mengambil payung itu. Dia terus berlari dan berlari, tanpa memikirkan orang-orang yang melihatnya. Langit menjadi gelap, hujan turun rintik-rintik. Marceline pun menenangkan dirinya, dia berteduh di salah satu cafe. Dia duduk dan memesan segelas kopi. Marceline nampak begitu lelah, dadanya sakit bukan karena berlari namun karena apa yang telah dia lihat.

http://24.media.tumblr.com/tumblr_ljey7yjMsv1qa9jx4o1_500.jpg

Marceline kembali tenang, dia telah membuang payung itu. Semua akan baik-baik saja itulah yang dia pikirkan. Ketika dia melihat ke jalanan melalui kaca cafe, dia melihat seorang pria berbadan besar menggunakan mantel sedang berdiri menatapnya. Marceline memandang gelas kopinya, " Kenapa pria itu menatapku?" ketika dia melihat kembali ke jalanan, pria itu hilang. Marceline pun menghebuskan nafas lega, dia pun mulai kembali meminum kopinya. Tanpa dia sadari, pria yang tadi menatapnya telah duduk di samping mejanya. Pria itu memesan segelas teh, suasana menjadi hening. Marceline tidak mau berpikir bahwa pria ini memang mengincar dirinya, jadi dia pun bersikap santai. Pria itu dengan tenang menikmati tehnya, kemudian wajah pria itu menjadi cerah karena di hiasi senyuman dan membuat perasaan menjadi damai. Marceline terkejut dengan perubahan yang terjadi di wajah pria itu, ketika dia sedang menatap pria itu meminum tehnya, pria itu pun kembali membalas tatapannya. " Selamat siang nona, Nama saya Ron." Pria itu tersenyum pada Marceline, dan gadis ini pun mengangguk dengan salah tingkah.

Ron pun berdiri dari mejanya dan pindah ke meja Marceline, dan dia mengeluarkan sebuah kantong plastik. Marceline cukup terkejut dengan apa yang terjadi tapi dia berusaha tenang. " Nona, apa anda sadar nyawa anda sedang terancam?" Marceline menjadi kaku mendengar kata-kata itu, tubuhnya mulai gemetar karena ketakutan. Dia mulai berpikir bahwa jangan-jangan di dalam kantong plastik itu adalah bom. Ron hanya tersenyum melihat reaksi Marceline, " Nona, saya harap anda membawa kantong ini. Barang ini akan membantu nona, jadi jangan di buang." Setelah meletakan kantong itu, Ron pun berdiri kemudian pergi dari cafe itu. Marceline pun berpikir ingin pulang, terkejut juga dia ternyata Ron tidak membayar tehnya jadi Marceline yang harus membayarkan tagihan si Pria itu. Dalam perjalanan pulang, dia mulai ragu dengan kantong plastik dari Pria yang bahkan tidak membayar minumannya. Namun dia merasa memang harus membawa kantong itu.

Marceline berjalan keluar dari cafe, dia kemudian berjalan dan terus berjalan. Sampai di depan sebuah salon dia melihat pantulan dirinya di cermin, begitu kusam dan kotor karena dia berlari tadi. Menyadari hal itu, dia pun berjalan pulang. Dia pun tiba di kostnya, dia melihat ke tempat sampah yang tadi dilemparinya dengan payung merah itu. Payung merah telah hilang dari sana, seseorang telah mengambilnya. Marceline merasa bersalah, seharusnya dia membuang payung itu lebih jauh. Dia mengambil nafas dan mulai melangkahkan kakinya ke kamarnya, ketika dia membuka pintu betapa terkejutnya dia melihat payung merah itu ada di dalam kamarnya dan sedang dalam keadaan terbuka, Marceline dengan cepat kembali menutup pintu kamarnya. Nafasnya menjadi tidak teratur dengan apa yang dia barusan lihat. "Ah, tidak mungkin! Aku sudah membuangnya." Marceline kemudian membuka pintu kamarnya dengan perlahan-lahan, dia mengintip dari balik pintu, tidak ada payung itu. Payung yang barusan dia lihat telah hilang. Dia pun membuka dengan lebar pintu kamarnya dan ternyata memang tidak ada lagi payung itu. Marceline pun masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba saja pintu tertutup dengan sendirinya. Ternyata payung itu bersembunyi di balik pintu! Marceline langsung histeris dan menjauh dari pintu. Di lihatnya payung itu terbuka, kemudian keluar sebuah tangan yang nampak berlendir, perlahan-lahan keluar kepala seorang wanita, rambutnya berantakan dan wajahnya gelap. Wanita itu telah keluar seutuhnya dari payung, dia mendekati Marceline dengan tangan yang ingin mencekik leher gadis malang itu. Marceline terpojok ke dinding, tubuhnya kaku. " Apa aku akan mati seperti ini?" Air mata mengalir membasahi pipinya, dia teringat dengan kantong yang dibawanya. Dia membuka kantong itu, isinya adalah abu. Marceline kesal, ternyata isi kantong ini hanyalah abu, tapi tidak ada cara lain dia mengambil segenggam abu itu dan melemparkannya ke arah Hantu Payung itu, karena jarak mereka masih cukup jauh hanya sedikit saja abu yang terkena ke hantu payung itu. Ketika terkena abu itu, Hantu itu langsung menjerit ke sakitan, dan terjatuh ke lantai. Marceline tidak menyangka abu itu efektif. Dia langsung menuangkan seluruh sisa abu ke hantu payung yang sedang kesakitan itu, Tubuh hantu itu langsung terbakar habis setelah terkena abu itu. Marceline terduduk, melihat hantu itu terbakar di depan matanya sampai habis. Dia melihat payung merah itu ikut terbakar, sampai tersisa rangkanya saja. Ternyata di tumpukan abu yang di tuangkan Marceline ada secarik kertas berisi nomor handphone dari Pria misterius yang menolongnya.

Singkat cerita, Marceline kemudian menelpon Ron. Pria itu datang bersama seorang asisten, untuk mengambil kerangka payung merah itu. Ron mengatakan pada Marceline bahwa sekarang gadis itu bisa tenang, dan Ron juga turut berduka atas kehilangan yang di alami Marceline.

Sebulan berlalu sejak kejadian itu, semua kembali normal. Marceline kini menjadi gadis biasa kembali, hanya dengan sebuah pengalaman mengerikan pernah singgah dalam hidupnya. Walau semua telah membaik, dia tidak pernah lupa bahwa selalu ada sesuatu disekitarnya, sesuatu yang tidak bisa kebanyakan orang lihat dan jika dia terlibat lagi dengan sesuatu itu. Dia tau siapa yang dapat menolongnya.

Bersambung..

0 komentar:

Posting Komentar