Arti di Balik Nama Conqueror Serendipity

Kenapa nama blog ini dinamakan Conqueror Serendipity? Bagi mereka yang mengerti arti kedua kata tersebut, tentunya dua hal ini sebenarnya tidak berhubungan.


Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan

Spiritual : Questions of Life and Spiritual






Hidup ini penuh dengan Pertanyaan, dan seringnya kita belum mampu langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Di thread ini akan dikumpulkan, pertanyaan-pertanyaan dengan hidup, untuk mencari jawaban paling tepat, dan paling bisa membantu hidup anda.




Hidup juga diisi dengan banyak pilihan, bentuk pertanyaan kehidupan dimana untuk melanjutkannya kita harus memilih dari pilihan yang ada, Anda bebas memilihnya, namun tidak bebas akan konsekuensinya.



Temukan Kunci Kebahagiaan anda, dan Berbahagia  
Siapakah yang Mengamati Pikiran?

Ada “si aku” yang mengamati pikiran. Siapakah “si aku” itu? Kalau ada kesadaran pasif,pengamatan pasif, perhatian pasif terhadap suatu objek, “si aku” tidak ada. Yang ada hanya pengamatan, tidak ada “si aku” yang mengamati.

Kalau Anda mengamati suatu objek, kemudian si pemikir atau pikiran mulai menamai, menilai, menyenangi, atau membenci, berarti “si aku” sudah menyusup dalam pengamatan Anda. Objek yang diamati dengan subjek yang mengamati tidak berbeda. Diri yang mengamati dan yang diamati tidaklah berbeda.

Cobalah amati kapan “si aku” itu menyusup dalam pengamatan Anda. Lihatlah kapan “si aku”
muncul dan membuat jarak dari objek yang diamati. Ketika terjadi jarak objek-subjek, muncul dualitas, di situlah konflik lahir.

Bisakah terjadi pengamatan pasif terhadap suatu objek, tanpa intervensi pikiran atau “si aku”? Kalaupun muncul pikiran atau “si aku,” sadari saja geraknya, sampai ia berhenti dengan sendirinya.

Siapa yang disebut Diri?

Dalam Kristen ada yang disebut jiwa, dalam Buddha tidak ada entitas yang disebut diri (anatta), dalam Hindu ada atman. Mari kita menyelami apa yang disebut diri tanpa latar belakang teori atau doktrin mana pun, entah Kristen, Hindu, Buddha, atau yang lain.

Lihatlah mobil di jalan raya. Apa yang disebut mobil? Apakah rodanya, setirnya, tempat duduknya, mesinnya? Bukankah mobil adalah semua itu? Bukankah mobil tak lain sekadar nama dari kumpulan semua unsur-unsur itu sehingga sebenarnya mobil sendiri secara ontologis tidak ada?

Begitu pula apa yang disebut diri individual. Tidak ada diri tanpa kesadaran dengan seluruh isinya yang adalah ingatan, pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, dan seterusnya. Kalau Anda berpikir, Anda ada; kalau Anda tidak berpikir Anda tidak ada.

Diri-individual secara ontologis sebenarnya tidak ada. Ketika orang merasa memiliki entitas yang disebut diri-individual, rasa-diri itu sesungguhnya merupakan ilusi yang diciptakan oleh pikiran. Ketika pikiran tidak ada, rasa-diri itu pun tidak ada. Bisakah Anda mengalami langsung kebenaran itu, bukan memahami sebagai teori?

 

Spiritual, Perumpamaan (Simile) dan Perenungan

Perangkap Tikus 


 Diceritakan bahwa pada suatu ketika hiduplah seekor tikus di rumah petani, dan dia adalah seekor tikus kecil yg bahagia, dia cukup makan, karena adalah hal yg bagus jika ada tikus di rumah anda karena anda tidak memerlukan lagi vacum cleaner, karena si tikus bisa memakan sisa potongan makanan yg berserakan di mana-mna. Tetapi si petani pemilik rumah tidak pernah suka pada tikus ini. Jadi, pada suatu hari si tikus mengintip dari celah-celah dinding, dan dia melihat si petani sedang membuka bungkusan sebuah kotak.

 Ketika dia melihat apa yg ada di dalam kotak itu, si tikus pun menjadi takut. Ternyata si petani membeli sebuah perangkap tikus! Dan si tikus pun menjadi sangat sedih dan takut sehingga dia pergi menemui temannya, si ayam. 

"Petani membeli perangkap tikus! Petani membeli perangkap tikus!*Gawat! Ini benar-benar gawat!" Dan si ayam berkata, "Bukan urusanku. Tidak ada hubungannya dgn ku. Jadi itu adalah masalahmu, tikus. Pergi dari sini!" Dan si tikus pun tidak mendapat simpati dari si ayam.

 Jadi, dia pergi mencari temannya yg lain, Pak Babi. "Pak Babi, Pak Babi, petani membeli perangkap tikus! Ini kabar buruk! Saya bahkan tidak bisa tidur malam ini! Saya dalam bahaya!" Pak Babi berkata, "Bukan urusanku. Itu kan masalahmu. Dia tidak bisa menangkap babi dgn perangkap tikus. Kamu memang bernasib sial. Enyah dari sini!" Jadi si tikus pun benar-benar kecewa dgn temannya Pak Babi ini.

 Lalu dia pergi menemui Bu Sapi. "Bu Sapi, Bu Sapi, tolonglah, petani membeli perangkap tikus, dan saya begitu takut dan paranoid sekarang! Kadang-kadang, kamu bisa lari dan lari, tapi kamu tidak tahu apa yg sedang kamu hindari. Saya bisa terjebak perangkap tikus dan mati!" Dan Bu Sapi berkata, "Kalau begitu, mungkin itu adalah kamma dari kehidupanmu yg lampau, tetapi itu tidak ada hubungannya denganku." Jadi, si tikus ini tidak mendapat simpati apa pun dari teman-temannya. 

Dia pun kembali ke sarangnya, takut. Dan malam itu, seekor ular masuk ke rumah si petani dan ekornya terjebak di perangkap tikus. Ketika istri si petani datang utk melihat apakah tikus itu sudah tertangkap, ular itu menggigit istri si petani. Sehingga istri petani itu pun sakit parah. Karena sakitnya begitu parah, si petani berpikir, "Apa yg bagus utk mengobati penyakit? Sup ayam.....!" Jadi, dia pun menangkap Si Ayam, memotong kepalanya dan memasaknya utk membuat sup utk sang istri.

 Si Ayam kehilangan nyawanya. Dan tentu saja istri petani tidak sembuh-sembuh juga. Semua sanak saudaranya mulai berdatangan mengunjunginya. Dgn teman-teman dan sanak saudara yg berdatangan ke rumah, si petani miskin ini tidak tahu bagaimana menjamu para tamunya itu. 

Jadi, dia pun menyembelih Pak Babi dan membuatkan sosis dan ham utk para tamunya. Jadi, Pak Babi kehilangan nyawanya juga. Dan tidak peduli berapa banyak pun sup ayam yg dia berikan utk istrinya, tidak peduli berapa banyak pun tamu yg datang dan daging yg petani sediakan utk tamunya, akhirnya istri petani yg malang itu meninggal dunia. 

Karena dia sudah meninggal dunia, anda semua tahu betapa mahalnya biaya pemakaman. Si Petani harus menyembelih Bu Sapi dan menjual dagingnya utk membayar biaya pemakaman. Jadi pada akhirnya, Si Ayam mati, Pak Babi kehilangan nyawanya, Bu Sapi disembelih, gara-gara perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus saja. Itu adalah masalah semua orang, yg menjadi makna dari cerita itu. Karena kadang-kadang anda berpikir, "Ah, itu tidak akan berakibat apa pun pada saya. Tidak ada urusannya dgn saya. Itu urusan orang lain." Dan cerita itu bilang, "Tidak, ia bisa menjadi masalah anda juga." Oleh karena itu, kita seharusnya selalu menolong satu sama lain, walaupun kita berpikir ia tidak akan berakibat apa pun pada kita.

KEADAAN DUNIA


" Akan seperti apa dunia ini ? "
Kita semua bisa mengajukan pertanyaan ini dengan frustasi.
Jangan saling mengajukan pertanyaan seperti itu!

Jika sebaliknya kita bisa bertanya kepada diri kita semua.
" Seharusnya aku jadi seperti apa ? "
Kita mungkin punya jawabannya.

Apakah keadaan dunia
akan menjadi neraka atau Tanah Suci,
semuanya berawal dan berakhir
dengan diri kita sebagai individu.

MUKJIZAT


Agaknya, dengan bertambahnya usia kita, semakin sedikit mukjizat yang dapat kita alami. Mungkin, karena kita punya perasaan yang mengusik ini, bahwa setiap kali kita bangun ke dunia pada pagi hari, segalanya sudah pernah kita lihat.

Tidak ada lagi yang benar-benar menarik. Bahkan persahabatan intim pun bisa menjadi sangat lesu. Sobat akrab dan kekasih pun bisa jadi tidak menarik lagi. Aku melihat bahwa yang penting bukanlah mencari pengalaman baru yang menggairahkan, namun menyadari bahwa hal yang lama kebanyakan masih cukup baik.

Betul, itu mungkin rasa "bosan", tetapi jika setiap hari kita merasa seperti lahir kembali, bersih dari prasangka kemarin dan penilaian yang tidak perlu, dunia lama yang sama ini baru. Mukjizat jadi berlimpah. Bersiaplah melihat pelangi yang sudah bertahun-tahun tidak pernah Anda lihat. Berapa banyak di antara Anda yang betul-betul melihat bulan purnama kemarin malam ? Tidakkah bulan masih semenawan seperti pertama kali Anda melihatnya ?

Hati yang usang adalah hati yang memiliki mukjizat kesadaran. Anda merasa sudah tua ? Celoteh bayi yang tidak keruan di dalam bus kota merupakan sesuatu yang ajaib baginya.

Aku tidak mencoba memistikkan apa-apa--jalan pencerahan bagaimanapun memang merupakan jalan menuju kejernihan. Masalahnya, banyak di antara kita yang belum benar-benar melihat "apa-apa" ("melihat" dalam hal ini berarti " telah menyadari yang esensi " ).

Untuk Anda-Anda di luar sana yang merasa tua dan capai--ingatlah Kita belum menemukan "jurus" di balik segala sesuatunya ini. Sebelum kita menemukannya, janganlah berhenti terpesona akan segalanya.Segalanya tidak seperti apa yang tampak. Usia boleh bertambah, namun mukjizat itu terus berlangsung.Jangan bosan, ayolah, cerahkan diri Anda!
 KEPERCAYAAN


Ada kepercayaan bahwa kita percaya kita percaya dan ada juga apa yang benar-benar kita percayai.
Apa yang benar-benar Anda percayai ?

Jujurlah.
Untuk mencari Kebenaran dan Kebahagiaan Sejati, Anda harus jujur kepada diri sendiri.

Jujurlah.
Di dalam hati, apakah Anda betul-betul yakin bahwa Anda adalah seorang Manusia ?
Jika ya, apa yang membuat Anda menjadi seorang Manusia ?

MATA LEBAR LIAR


Aku perhatikan bahwa dunia keliatan lebih terang dan jelas kalau kubuka mataku lebih lebar. Jangan tertawa! Barangkali Anda pikir kita mestinya sudah menyadari hal ini sejak kanak-kanak, namun aku pikir ini tidak benar. Memandang dunia dengan mata baru yang lebih besar membawa gelombang baru kehidupan menuju segalanya.

Cobalah pada orang-orang yang Anda sayangi--lihatlah betapa segarnya mereka, betapa menarik dan luar biasanya mereka,betapa menarik dan luar biasanya mereka dari ujung kaki sampai ujung kepala. Anak-anak hidup penuh sukacita karena mereka selalu memandang dunia dengan mata lebar dan liar setiap hari. Betul tidak? Mari kita buat uji coba kecil; lihatlah telapak tangan Anda. Hebat kan ?

LAPANG TERBUKA


Berselisih pendapat dengan seorang teman, namun cukup waspada untuk segera berhenti
dan memadamkan marah, dan melepaskan kesumpekan di dalam hati sebelum situsai bertambah
buruk. Apa hebatnya? Jika aku betul-betul hebat, aku akan cukup waspada untuk tidak
membuat kemarahan muncul sama sekali. Aku lihat dengan mata hatiku, sebentuk hati kecil
yang keras dan segera aku buyarkan batu itu.

Ada ruang terbuka dalam pikiranku, dengan sedikit mega mendung di sana. Ada sedikit rasa geli.
Aku meributkan soal kecil itu-- itulah sebabnya timbul rasa kesal. Penyadaran ini jadi lucu,
ketika Anda menyadarinya. Ada keterpanaan juga--tanpa panas membakar; cuma ada kebaikan nan
sejuk. Peralihan mendadak dari momen penuh kemarahan kepada kedamaian membuatku betul-betul
menghargai nilai keterbukaan.

Dengan adanya keterbukaan di dalam hati ini, kata-kata tidak enak yang datang ke arah Anda menjadi
gema yang bisa Anda dengar dengan jernih--tanpa prasangka. Dengan hati yang tertutup, kata-kata
amarah menjadi anak panah runcing yang menusuk ke dalam hati itu, karena kata-kata tadi dianggapi
dengan kerancuan, dianggap menjadi senjata yang di lancarkan untuk membunuh. Ia yang terbuka, tidak
akan pernah terluka. Bagaimana mungkin Anda bisa menyakiti ruang lapang terbuka?
( "Kebahagiaan dalam aksara Mandarin bermakna "keterbukaan hati"! )

Bicara dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.

Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.

Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.

Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari hati .

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda Namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak dapat menghentikan tangis bayi hanya dgn merengkuhnya dalam lengan yg kuat.
Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis.
Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung tenang dalam dada anda.

Membebaskan

Ada satu kesalahan yang kerap dilakukan orang dalam hubungannya dengan orang lain, yaitu mencoba membangun keadaan nyaman yang stabil dalam arus kehidupan yang senantiasa berubah.

Pusatkan pikiran Anda pada seseorang yang Anda harapkan mencintai Anda. Apakah Anda ingin menjadi seseorang yang penting, istimewa, dan berpengaruh bagi kehidupannya? Bukankah Anda ingin agar ia memedulikan dan memerhatikan Anda secara khusus?

Bila jawaban Anda, "ya," bukalah mata dan lihatlah betapa bodohnya Anda mengizinkan orang lain untuk menyisihkan diri Anda demi kepentingan mereka, membatasi kebebasan Anda demi keuntungan mereka, mengontrol tingkah laku dan perkembangan Anda agar sesuai dengan kepentingan mereka. Seolah-olah ia berkata, "Jika ingin menjadi istimewa bagi saya, kamu harus memenuhi syarat-syarat saya. Begitu tindakanmu tidak lagi sesuai dengan harapan saya, kamu pun tidak lagi istimewa bagi saya."

Anda ingin menjadi istimewa bagi seseorang, dan Anda harus membayarnya dengan kehilangan kebebasan. Anda harus menari sesuai dengan irama orang lain, persis seperti yang Anda tuntut dari orang lain bila mereka ingin menjadi istimewa bagi Anda.

Manakah yang Anda pilih: berada dengan seorang teman dalam penjara atau berada di alam bebas sendirian? Katakan kepada orang itu, "Aku membiarkanmu bebas menjadi dirimu, berpikir menurut pikiranmu, menuruti seleramu, mengikuti dorongan hatimu, bertindak dengan cara apa pun yang kamu sukai."

Saat mengatakan kalimat tersebut, Anda akan mempelajari satu dari dua hal ini. Pertama, hati Anda menentang kata-kata itu dan Anda akan dicecar agar tetap percaya bahwa Anda memang orang yang suka mengikat dan mengeksploitasi. Inilah saatnya untuk menguji keyakinan palsu, bahwa tanpa orang ini Anda tidak dapat hidup bahagia.

Kedua, hati Anda menyuarakan kata-kata itu dengan tulus; saat itu juga semua kekangan, manipulasi, eksploitasi, dominasi, dan rasa iri akan hilang. Anda pun akan melihat sesuatu yang lain. Orang atau pribadi itu otomatis menjadi tidak istimewa dan tidak penting lagi bagi Anda. Ia menjadi penting karena dirinya, seperti matahari terbenam atau pohon yang menjadi istimewa karena pohon itu sendiri bukan karena buah atau keteduhan yang diberikannya.

Orang yang Anda cintai bukan milik Anda lagi, melainkan milik setiap orang atau bahkan bukan milik siapa-siapa, seperti halnya matahari atau pohon itu. Ucapkanlah kata-kata itu lagi dengan tegas, "Aku membiarkan kamu bebas menjadi dirimu...."

Dengan mengucapkan itu Anda telah membebaskan diri, maka sekarang Anda siap untuk mencintai. Dengan mengikat, yang Anda berikan kepada orang lain bukan cinta, melainkan rantai yang hanya akan mengikat Anda berdua. Cinta hanya dapat tumbuh dalam kebebasan. Orang yang sungguh-sungguh mencintai akan mengusahakan kebaikan orang yang dicintai. Untuk mengusahakan itu, yang utama adalah memberikan kebebasan bagi orang yang dicintai.

Realitas Objektif


Seorang filsuf memberi uraian panjang lebar tentang "realitas objektif" kepada Sang Guru.

Kata Sang Guru, "Yang engkau ketahui itu bukan realitas, melainkan persepsimu atas realitas. Yang engkau alami itu bukan dunia, melainkan keadaan pikiranmu sendiri."

"Dapatkah realitas benar-benar dipahami?"

"Ya, hanya oleh orang-orang yang melampaui pikiran mereka."

"Orang-orang macam apa itu?"

"Orang-orang yang telah kehilangan proyektor besar yang disebut sebagai diri. Karena ketika diri hilang, proyeksi pun berhenti. Lalu, dunia dilihat dalam keindahannya yang polos."

Speedometer Batin


Jika berkendara di luar negeri, meskipun melalui jalan bebas hambatan yang sangat lengang, pengemudi harus tetap waspada memerhatikan speedometer di dashboard mobilnya. Melewati batas kecepatan maksimum akan kena tilang. Kecepatan mobil terpantau secara elektronik.

Hal serupa bisa kita terapkan pada kehidupan batiniah. Bagaimana kita dapat hidup dalam keadaan 'bangun,' (eling)? Mungkin kita perlu memasang speedometer batin. Bukan sebagai keharusan bertindak sadar, tetapi lebih pada refleksi atau penyadaraan dari saat ke saat.

Amatilah diri Anda. Jika dalam situasi tertentu jarum di speedometer batin mulai bergerak naik dari angka nol, perhatikan seberapa tinggi ke-ego-an itu muncul. Misalnya, pada saat seorang teman mengolok-olok Anda. Anda merasa ada kalimatnya yang kena di hati - saat itu diri atau ego mulai muncul, mungkin mencapai angka 20. Tetapi, lalu Anda beranggapan, ah, sudahlah, teman itu hanya bercanda. Pemahaman terhadap realitas tersebut membuat jarum speedometer batin kembali turun ke titik nol.

Tiba-tiba sebuah sepeda motor menyerempet mobil Anda, menyisakan goresan sepanjang 30 sentimeter di salah satu pintu mobil Anda. Oh, tidak! Anda marah besar. Lihatlah, jarum speedometer batin Anda langsung menembus angka 70. Hei, buat apa marah? Mobil sudah tergores, pengemudi sepeda motor dengan cepat berlalu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mau menuntut siapa? Jarum speedometer batin merendah lagi.

Saat jarum speedometer batin berada di angka nol yang menandai titik keheningan, diri atau ego tidak ada. Dalam kekosongan batin, di angka nol itu, kita tidak bergerak ke mana-mana. Ibarat mobil yang berhenti, karena sudah tiba di tujuan. Perjalanan sebelum tiba di tempat tujuan adalah masa lampau. Jika di saat ini kita sudah tiba di tempat tujuan, agaknya kita tak perlu lagi melanjutkan perjalanan menembus masa depan yang berkabut.

Memahami dengan Rendah Hati

Masalah timbul karena orang berpikir mereka cukup cerdas untuk memperbaiki segalanya. Mula-mula, mereka mencoba. Kalau ada perlawanan, mereka memaksa. Lalu, mereka memaksa lebih keras hingga niat mereka hilang dalam pergumulannya dan ketidakharmonisannya. Kelicikan dan kejeniusan menjadikan segalanya lebih parah.

Bersikap lunaklah terhadap dunia. Tempatkanlah kekecilan dari apa yang diketahui di sebelah kebesaran dari yang tidak diketahui. Pahamilah dengan rendah hati. Hormatilah yang diketahui. Terlebih lagi, hormatilah yang tidak diketahui.

Percayalah akan keberadaan alamiah dari segalanya. Biarlah setiap orang mencari jalannya sendiri. Rahasia yang sama itu berbeda bagi setiap orang. Janganlah memberitahu siapa pun, tetapi janganlah menyimpan rahasia.

Umur ada batasnya, tetapi misteri tak ada batasnya. Sungguh bodoh berusaha menangkap yang tak terbatas di dalam yang terbatas. Karena itu, pemahaman hendaknya tidak menghalangi jalan masing-masing hal.

Pelajaran dari Udang

Udang memakai kerangka pada bagian luar tubuhnya. Ia menanggalkan kulitnya 26 kali selama hidup. Udang melepaskan kulitnya untuk mengakomodasi pertumbuhan badannya.

Manusia bisa mengambil pelajaran dari udang. Apakah kita mempunyai kedok yang perlu dibuang? Mungkin ide yang baik untuk memeriksa kehidupan kita dan melepaskan kedok-kedok kita. Sudah saatnya membuang kedok iri hati, kesombongan, kemarahan, ketidakpedulian, egoisme, dan sebagainya. Pribadi yang berkembang akan terus-menerus membuka kedok-kedoknya. (William Arthur Ward)

Mengosongkan agar Penuh

Keutuhan kehidupan adalah sedemikian rupa, sehingga
dengan mengalah engkau bisa mengalahkan,
dengan melenturkan engkau bisa meluruskan,
dengan mengosongkan engkau bisa penuh,
dengan mati engkau bisa lahir kembali,
dengan memiliki sedikit engkau akan beruntung,
dan dengan memiliki banyak engkau bisa bingung.

Sadarlah akan ini,
seseorang yang kreatif merangkul keutuhan,
tanpa memamerkan diri, ia bersinar,
tanpa menyatakan diri, ia dipercayai,
dengan tidak mengenal diri sendiri, ia mulai menjadi dirinya sendiri,
dan dengan tidak bersaing, ia sukses.

Menemukan kedamaian dan kompetensi,
ia mendapatkan imbalan sederhana yang mungkin diinginkan yang lain.

Mengalahlah, maka engkau tidak perlu patah,
kosongkanlah, maka engkau bisa penuh,
relakanlah dan temukanlah milikmu sendiri.

Arti Hening

Kadang-kadang, banyak rombongan datang beramai-ramai, dan keheningan dalam biara runtuh berantakan.

Ini membuat para murid marah, tidak demikian Sang Guru. Agaknya, ia senang dengan keramaian maupun dengan keheningan.

Kepada para murid yang tidak puas, suatu hari Sang Guru berkata, "Hening itu bukan ketiadaan suara, melainkan ketiadaan diri manusia."

FALSAFAH LIMA JARI

1. Ada si gendut jempol ƴğ selalu berkata baik & menyanjung.
2. Ada telunjuk ƴğ suka menunjuk & memerintah.
3. Ada si jangkung jari tengah ƴğ sombong krn paling panjang.
4. Ada jari manis ƴğ selalu menjadi teladan, baik & sabar sehngga diberi hadiah cincin.
5. Dan ada kelingking ƴğ lemah & penurut

Dengan perbedaan positif & negatif ƴğ dimiliki masing2 jari, mereka bersatu utk mencapai 1 tujuan ( saling melengkapi).

Pernahkah ƙΐŧα bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti.

Ƙΐŧα terlahir dgn segala perbedaan ƴğ ƙΐŧα miliki dgn tujuan utk bersatu:
* saling menyayangi
* saling menolong
* saling membantu
* saling mengisi dάπ
* saling menghargai.
Bukan Untuk:
- saling menuduh,
- saling menyalahkan,
- saling merusak.....

Semua perbedaan dari ƙΐŧα adalah keindahan ƴğ terjadi agar ƙΐŧα rendah hati utk menghargai org lain, tdk ada satupun pekerjaan ƴğ dpt ƙΐŧα kerjakan sendiri.

Mungkin Kelebihan ƙΐŧα adalah kekurangan org lain,
Sebaliknya kelebihan org lain bisa jadi Kekurangan ƙΐŧα.

Tdk ada yg lebih bodoh atau lebih pintar,

Bodoh atau pintar itu relatif sesuai dgn bidang/talenta yg ƙΐŧα syukuri masing² menuju impian ƙΐŧα..

Keseluruhan yg ƙΐŧα miliki menjadi sempurna..
Bukan individualis ƴğ sempurna..

Orang pintar bisa gagal,
Orang hebat bisa jatuh,
tetapi,

Orαπğ ƴğ rendah hati dalam segala hal akan selalu mendapat kemuliaan

Anjing Kecil

Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika ia mendekati kandang kuda, ia mendengar hewan besar itu memanggilnya. "Kamu pasti penghuni baru di sini. Tak lama lagi kamu akan tahu, pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari hewan lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang. Saya kira, hewan sekecil kamu tidak bernilai sama sekali baginya," kata kuda.

Anjing kecil itu menundukkan kepala dan segera pergi. Saat berjalan, dari kandang sebelah ia mendengar seekor sapi berkata, "Saya adalah hewan paling terhormat di sini, sebab nyonya membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna untuk keluarga di sini."

Satu demi satu hewan di situ ikut serta dalam percakapan. Mereka menceritakan betapa tinggi kedudukan mereka di ladang itu. Ayam mengatakan bagaimana ia telah memberi telur, domba memberi mantel bulu, dan kucing mengenyahkan tikus-tikus dari rumah pemilik ladang. Semua hewan sepakat, anjing kecil tidak bisa memberi apa pun untuk keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman hewan-hewan itu, anjing kecil pergi ke tempat sepi dan menangis. Seekor anjing tua mendekati dan mendengarkan cerita anjing kecil. "Memang benar, kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, tidak bisa memberi telur, susu, atau bulu. Tetapi, kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan," kata anjing tua.

Malam itu, ketika pemilik ladang baru pulang kerja dan tampak lelah, anjing kecil lari menghampirinya. Ia menjilat kaki dan melompat ke pelukan pemiliknya. Mereka lalu berguling-guling di lantai. Pemilik ladang memeluk dan mengelus anjing kecil itu, lalu berkata, "Meskipun saya pulang dalam keadaan lelah, tetapi saya merasa segar bila kamu menyambut saya. Kamu sungguh paling berharga di antara semua hewan di ladang ini."
... dan yang paling besar di antaranya adalah kasih...
(John Aikin)

Bunyi yang Punya Arti

Suatu hari, seorang Indian meninggalkan daerah tempat tinggalnya, mengunjungi seorang teman yang berkulit putih di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap lalu-lalang orang-orang sangat mengganggu orang Indian itu.

Kedua orang tersebut berjalan bersama. Tiba-tiba orang Indian itu berhenti. "Sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?" tanyanya. Temannya tersenyum dan berkata, "Yang saya dengar hanya suara klakson mobil dan derap langkah orang. Apa yang kau dengar?" "Ada seekor jangkrik di dekat sini. Saya bisa mendengar suara nyanyiannya," jawab orang Indian itu.

Berjalan ke depan beberapa langkah, orang Indian itu menatap tembok sebuah rumah. Di situ ada tanaman merambat dan di atas salah satu daunnya seekor jangkrik sedang bernyanyi keras sekali. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, teman orang Indian itu berkata, "Secara alami kamu bisa mendengar lebih baik daripada kami."

Orang Indian itu tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang Indian tidak bisa mendengar dengan lebih baik daripada orang kulit putih. Saya akan buktikan."

Orang Indian itu lalu mengambil uang logam dan menjatuhkannya ke trotoar. Bunyi gemerincing uang logam membuat banyak orang di sekitar tempat itu menoleh ke arahnya. Kemudian, orang Indian itu memungut uang logam tersebut dan menyimpannya.

Saat mereka berjalan lagi, orang Indian itu berkata, "Tahukah kamu, sobat, suara uang logam tidak lebih keras daripada suara nyanyian jangkrik. Meski demikian, banyak orang mendengarnya dan menoleh. Alasannya, bukan lantaran orang Indian bisa mendengar lebih baik, tetapi kita selalu mendengar dengan lebih baik pada hal-hal yang biasanya menarik perhatian kita."

Keinginan

Segala bentuk keinginan positif disertai perencanaan yg matang dan dilaksanakan pada saat yg tepat, serta berpengang pada hidup saat ini, maka akan menghasilkan kesuksesan yg mantap.

Hidup saat ini mengingatkan kita utk tdk melekat pada keinginan kita, krn segala keinginan itu akan berhadapan dgn keberhasilan dan kegagalan.

Mengurangi keinginan yg dimaksud adalah keinginan rendah dan egois, yg hanya mengumbar keserakahan, kebencian dan kebodohan yg tdk membawa manfaat spiritual. Jika keinginan, cita-cita, tujuan hidup tdk didasari oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, tentunya akan membawa manfaat bagi kehidupan kita.

Mempunyai cita-cita harus membawa manfaat bagi kehidupan spiritual kita, dan juga sebagai sarana utk kesuksesan duniawi. Jadi jgn sampai potensi dunia ini disalah artikan yg akhirnya membawa kemerosotan batin. Dan cita-cita yg tampa disertai tindakan hanya akan menjadi impian saja, utk keberhasilan duniawi kita perlu kerja dan ulet serta cekatan sesuai profesi masing-masing. Begitu juga dgn hal spiritual juga harus mempunyai kemauan, usaha, pengorbanan dan kesabaran.

Jika cita-cita, harapan ataupun keinginan tdk bisa menjadi kenyataan, maka kita seharusnya mulai meninjau dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita seharusnya mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Apabila kebutuhan sdh terpenuhi barulah keinginan disusun berdasarkan tingkat kepentingan. Dgn mampu membedakan kebutuhan dan keinginan, tentu sdh cukup masalah kehidupan yg dpt diselesaikan.

Contohnya seseorg dgn uang seratus ribu, mungkin hanya memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu, seperti makanan, pakaian, sarana kesehatan. setelah kebutuhan pokok terpenuhi, barulah memikirkan memenuhi keinginannya, misalnya membeli ini/itu, memang memiliki uang senilai seratus ribu mungkin saja dirasakan kurang, tapi itulah kenyataan.

Jadi siapapun membeli ini/itu terlebih dahulu daripada kebutuhan pokok, merupakan keinginan rendah yg didasari kebodohan.

Dua Orang Ibu dan Seorang Bayi

"Tidak ada ibu kandung yang tega melihat anaknya sendiri dipotong."

Pada zaman dahulu, di sebuah desa kecil yang masih asri di Tiongkok, hiduplah dua orang bersaudara dalam rumah yang sama. Kedua isteri mereka sedang mengandung. Wanita yang lebih tua mengalami keguguran, tetapi tidak memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Ketika keduanya mengurung diri dalam kamar tertutup dan wanita yang lebih muda melahirkan seorang anak lelaki, wanita yang lebih tua mencuri sang bayi di waktu malam.

Selama tiga tahun, kedua ibu ini memperbutkan sang bayi. Akhirnya masalah itu diajukan kepada bupati di daerah tersebut. Setelah mendengarkan pembelaan masing-masing sang bupati mengatakan: "Karena hanya ada seorang bayi, saya tidak melihat bagaimana mungkin saya memberikannya kepada salah seorang dari Anda berdua. Hal terbaik yang mungkin saya lakukan hanyalah memotong sang bayi menjadi dua. Silakan masing-masing mengambil setengahnya."

Wanita yang lebih tua tersenyum dan segera menjawab, "Tuan, saya menerima keputusan tua." Akan tetapi, adik iparnya menangis dan memohon kepada sang bupati dengan mengatakan, "Saya mohon, tuan, jangan memotong bayi ini. Biarlah dia mendapatkan bayi ini!"

Ketika keputusan diambil, sang bupati memberikan bayinya kepada yang rela "mengorbankan" bayinya kepada wanita yang lebih tua. "Tidak ada ibu kandung yang tega melihat anaknya sendiri dipotong," demikian sang bupati mengatakan.

Pesan moral cerita:
Pengorbanan adalah cinta sejati.

Nasihat Ayah

Alkisah, suatu hari, Putri datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran di teras belakang rumah.
"Ayah," sapa Putri dengan kepala tertunduk dan nada suara yang murung.

Sambil menurunkan koran yang sedang dibacanya, sang ayah memandang putrinya yang beranjak remaja itu. "Ada apa, Nak?"

"Ayah. Putri merasa capek. Putri sudah belajar mati-matian di sekolah, untuk mendapat nilai bagus. Tapi teman sekelasku bisa dapat nilai bagus dengan cara mencontek. Itu kan tidak adil namanya. Putri juga capek karena harus membantu ibu membersihkan rumah hingga waktu belajarku jadi kurang, sedangkan temanku pada punya pembantu. Kenapa kita tidak punya pembantu, Ayah?"

Dengan suara lebih lantang, si Putri melanjutkan uneg-unegnya.

"Putri juga capek, karena harus menabung dulu untuk bisa membeli sesuatu, sedang temanku bisa belanja tanpa harus menabung. Lebih capek lagi, Putri harus menjaga segala ucapan dan tingkah laku, sedangkan teman-temanku seenaknya berbicara sampai Putri sakit hati! Pokoknya, Putri capeeek deh menahan diri. Putri ingin seperti mereka. Bebas berkata dan melakukan apapun." Dari suara sendu, Putri pun kemudian menangis tersedu-sedu.

Sambil mengelus kepala anak si putri penuh sayang, ayah berkata, "Jangan menangis Putri. Ayo ikut, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu!"

Sambil bergandengan tangan, ayah-anak itu menyusuri jalan yang berlubang di sana sini dengan banyak genangan air, semak berduri dan berbagai serangga yang berdengung di sekitar mereka.

"Ayah, kita mau ke mana sih?" tanya si Putri bingung. "Jalanan begitu kotor, aduuh... kaki Putri luka tergores duri. Iiih banyak nyamuk dan serangga pula!"

Sang ayah hanya menjawab pendek, "Sabar Putri, tegar Putri, sebentar lagi...."

Akhir perjalanan, mereka sampai di sebuah telaga yang menakjubkan. Airnya sangat jernih dan segar. Di sekelilingnya bunga yang cantik dan pepohonan yang rindang, serta burung dan kupu-kupu beraneka warna. Si Putri terpana kagum.

"Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi padahal tempat ini amat indah? Karena tidak banyak orang yang mau bersusah payah menyusuri jalan kecil yang jelek tadi sehingga mereka tidak bisa menikmati surga alam yang begitu indah. Untuk menikmati sesuatu yang indah, perlu perjuangan dan kesabaran. Sama seperti kehidupan ini, harus sabar, tegar dalam bersikap baik, sabar dalam kejujuran, sabar dalam memperjuangkan kebenaran nilai. Tegar dalam menghadapi setiap kesulitan dan masalah yang muncul."

"Tapi Yah, kan tidak mudah untuk selalu bersabar dalam kebenaran."

"Memang," jawab sang ayah dengan lembut. "Karena itu, Ayah dan ibu senantiasa menggenggam tangan Putri, membimbing dan mendukung dalam kebaikan dan kebenaran. Hingga kelak suatu saat nanti, Putri mampu tegak berjalan sendiri, mulia bagi keluarga dan sesama. Apakah Putri mengerti?"

"Mengerti Ayah, terima kasih."

Hidup adalah perjuangan, Mari kita menjalani hidup dengan penuh keberanian, keuletan, dan kesabaran.

Kelelawar yang Kesepian

Alkisah, ada seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah pohon. Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari.

Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan. Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon.

Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya. Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.

Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.

Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya. Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat.

Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.

Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, "Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita." Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, "Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku."

Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri. Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.

Spiritual dan Altruisme



Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme. Berbagai penelitian terhadap altruisme tercetus terutama saat pembunuhan Kitty Genovese tahun 1964, yang ditikam selama setengah jam, dengan beberapa saksi pasif yang menahan diri tidak menolongnya.

Istilah "altruisme" juga dapat merujuk pada suatu doktrin etis yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk dimanfaatkan bagi orang lain.

Gagasan altruisme

Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam filosofis dan etika berpikir. Istilah ini awalnya diciptakan oleh pendiri sosiologi dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi psikolog (terutama peneliti psikologi evolusioner), biologi evolusioner, dan etolog. Sementara ide-ide tentang altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini menghasilkan perspektif yang berbeda pada altruisme.
 
Altruisme - Egoisme
 
Altruisme adalah dorongan/tekanan dari diri, dan keprihatinan yang sangat (eksklusif) terhadap kesejahteraan orang lain. Ini adalah kebajikan tradisional di banyak budaya, dan aspek inti dari berbagai tradisi agama, meskipun konsep 'orang lain' terhadap siapa perhatian harus diarahkan dapat bervariasi antara agama satu dengan agama lainnya. Altruisme adalah kebalikan dari keegoisan.
Altruisme dapat dibedakan dari perasaan kesetiaan dan tugas. Altruisme adalah motivasi untuk memberi kepada pihak yang harus diberi, siapa pun kecuali diri sendiri. Sementara tugas berfokus pada kewajiban moral terhadap individu tertentu (misalnya, dewa, raja), atau kolektif (misalnya, pemerintah) . Beberapa orang mungkin merasa baik altruisme dan tugas, sementara yang lain tidak mungkin. Altruisme murni adalah menyerahkan nilai tanpa memperhatikan imbalan atau manfaat yang bisa menyebabkan pengakuan dari orang lain.
Istilah altruisme secara luas juga dapat merujuk kepada suatu doktrin etika yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk kepentingan orang lain. Dalam pengertian ini digunakan sebagai kebalikan dari egoisme.
Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam pemikiran filosofis dan etis. Istilah ini awalnya diciptakan pada abad ke-19 oleh pendiri sosiolog dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi psikolog (peneliti psikologi terutama evolusi), ahli biologi evolusi, dan etolog. Sementara ide tentang altruisme dari satu bidang dapat memiliki dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini mengarah pada perspektif yang berbeda pada altruisme.

IMPLEMENTASI TEORI ALTRUISME

Pengertian altruisme:
Altruisme adalah paham yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain atau sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain (Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 1997). Ada sumber yang mengatakan bahwa altruisme merupakan aktivitas yang bersifat sukarela, yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menolong orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan serta hanya mengharapkan rasa puas atau senang.



Implementasi ke dalam Teori

Ada sebuah kisah nyata yang merupakan implementasi terhadap teori altuisme, yaitu kisah Ratu Rania dari Yordania, Ratu yang dianggap berhasil menyatukan bangsanya. Rania adalah istri dari Pangeran Abdullah, yang kini menjadi Raja Yordania. Mereka menikah pada 10 Juni 1993, dengan resepsi yang begitu megah dan meriah. Tepat setahun kemudian, pasangan ini dikaruniai putra, Pangeran Hussein (lahir 28 Juni 1994), yang disusul Putri Iman (27 September 1996) dan Putri Salma (26 September 2000).
Setelah pernikahannya, Putri Rania langsung melibatkan diri dengan berbagai aktivitas demi kepentingan negara. Ia mengetuai Jordan River Foundation, yang bertujuan mempromosikan peningkatan pendapatan dan kekuatan wanita Yordania melalui berbagai ketrampilan kerajinan tangan. Ia juga menyukai olahraga dan menjadi pengurus Jordanian Water Sports Federation. Ia sangat dekat dengan masyarakatnya dan mengetahui dengan baik permasalahan mereka. Ia hangat, menyukai tantangan, dan haus ilmu pengetahuan, ujar salah satu sahabatnya di Jordan River Foundation kepada AFP. Seperti Putri Diana, Rania senang berbicara dengan berbagai kalangan dan berada ditempat-tempat umum. Ia pernah terlihat bersama Pangeran Hussein dan Putri Iman di Hard Rock Cafe untuk menunggu kedatangan Pangeran Abdullah, yang saat itumasih menjadi mayor jendral di kemiliteran. Ia juga menjadi salah seorang putri yang sangat dekat dengan Raja Hussein. Bahkan, saat Raja Hussein kembali setelah berhasil melawan kanker selama tujuh bulan, Rania terlihat menitikkan air mata saat menjemput di Bandar udara. Itu adalah tangis bahagia, kata seorang sahabatnya menirukan ucapan sang putri. Seperti juga umumnya warga Yordania, ia merasa Raja Hussein telah berhasil mengalahkan kankernya. Namun, sejarah kemudian mencatat, Raja Hussein kembali tersungkur karena penyakitnya. Dan, pada saat terbaring kritis, sang raja mengumumkan bahwa ia membatalkan Pangeran Hamzah sebagai putra mahkota dan menjadikan Abdullah sebagai gantinya. Dua minggu kemudian, Raja Hussein meninggal dunia. Maka, di usia 37 tahun, Abdullah menjadi raja baru menggantikan ayahnya.
Dua tahun setelah pengangkatannya, Ratu Rania berkeliling dunia, dari desa terpencil di Kosovo hingga ke Washington DC. Sebagai first lady, Ratu Rania aktif dalam mendukung upaya pemecahan berbagai permasalahan bangsanya, seperti soal lingkungan, generasi muda, hak asasi manusia, pariwisata, dan budaya. Ia juga punya ketertarikan pada proyek peningkatan pendapatan masyarakat, mengampanyekan keselamatan keluarga, dan membangun teknologi informasi pada system pendidikan. Hampir setiap hari, Ratu Rania menghabiskan berjam-jam waktunya untuk ikut dalam berbagai proyek tersebut. Dan ia mengaku menyukai semua kegiatan itu dan tidak merasa direpotkan oleh masalah protokoler. Bahkan dengan kegiatan seabreknya itu, ia mengatakan masih bisa pergi makan siang bersama teman-temannya. Ratu Rania tampaknya juga berhasil memenangkan hati masyarakat dunia. Apalagi, boleh dibilang, ia berhasil menyatukan Yordania, yang 60 persen populasinya adalah orang Palestina dan 40 persennya lagi orang Arab lainnya.
Cahaya ratu yang memiliki hobi membaca, ski air, bersepeda, dan memasak ini semakin berkilau ketika ia mampu menghalau berbagai rumor, intrik, dan kecemburuan yang muncul dalam keluarga kerajaan akibat pengangkatan Abdullah sebagai raja. Ratu Rania berhasil membersihkan rumor dan membangun kembali generasi keluarga kerajaan melalui latar belakang pendidikan yang ia miliki. Selain dianggap sebagai seorang ibu dan istri yang baik, Ratu Rania juga telah meningkatkan perhatian dan meraih kemenangan dalam lingkungan anggota konservatif Kerajaan Yordania. Ia dianggap mampu menangkal isu yang sering dianggap tabu oleh lingkungan keluarga Kerajaan Yordania. Kedekatan dan penghormatan yang diberikan oleh saudara-saudara tiri suaminya membuat posisinya menjadi semakin membaik. Ia sebagai ratu juga berhasil menghindari perpecahan keluarga, akibat kecemburuan yang mencuat tinggi terhadap Abdullah yang naik sebagai raja, setelah 47 tahun Raja Hussein berkuasa.


Ciri-ciri altruisme:

  • Munculnya spontan (panggilan hati, terlihat pada situasi-situasi yang darurat).
  • Tidak ada paksaan dari luar.
  • Tujuan untuk menolong orang supaya lepas dari penderitaan tanpa mengharap imbalan, pujian, atau sanjungan.


Semua ciri-ciri altruisme di atas terlihat pada semua kegiatan Ratu Rania, yaitu saat mengetuai Jordan River Foundation, aktif dalam mendukung upaya pemecahan berbagai masalah bangsanya, menjaga keutuhan keluaraga kerajaan, dll. Ratu Rania mengaku menyukai semua kegiatan tersebut.


Altruisme terjadi karena:

  • Prose belajar, imitasi, unsur kesengajaan ( supaya orang-orang tahu bahwa berperilaku altruis itu baik).

  • Ratu Rania senang berbicara dengan berbagai kalangan dan berada di tempat-tempat umum, aktif dalam kegiatan masyarakat, bahkan Ratu Rania dinilai sebagai pengganti figur Putri Diana. Bahkan, dia menjadi satu-satunya ratu dari Arab yang kerap meenghiasi berbagai majalah di Inggris.

  • Keinginan untuk terus-menerus merasakan kepuasan, unsur harapan (ada anggapan bahwa ia hidup melalui pertolongan orang lain, ada hutang budi pada orang lain).
  • Empati (suatu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan dan pengalaman orang lain).

  • Pada saat Putri Rania menangis bahagia sewaktu penyambutan Raja Hussein di Bandar udara karena telah berhasil melawan kanker selama tujuh bulan.

  • Dorongan bawaan (manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial).

  • Ratu Rania senang dan menyukai semua kegiatan sosial yang ia lakukan dan sama sekali tidak merasa direpotkan oleh masalah protokoler

  • Situasi yang mendesak, jadi mau tak mau harus bersikap altruis.




Altruisme dapat dilatih, karena dalam kehidupannya manusia memiliki pengalaman-pengalaman yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Perilaku altruisme juga tidak bebas nilai, karena ada berbagai pertimbangan dalam melakukan perilaku altruisme:

  • Tingkat urgensi (kebutuhan)
  • Norma / batasan-batasan normative
  • Otoriter (ada desakan dari luar yang sifatnya mutlak untuk menolong)
  • Harga diri / status


Dari penjelasan singkat di atas mungkin Ratu Rania termasuk yang melakukan altruisme karena statusnya sebagai Ratu Yordania, dan sebelum menjadi ratupun yaitu seebagai putri dia juga banyak melakukan tindakan altruis. Jauh dari statusnya tersebut, Rania dirasa sudah memiliki sikap altruis yang tinggi jika tidak maka dia tidak mungkin memiliki segudang prestasi yang menyilaukan sebagai seorang Ratu.
Intinya, mengapa kisah Ratu Rania ini termasuk dalam altruisme karena dalam melakukan semua kegiatannya Ratu Rania melibatkan unsur perasaan, yaitu perasaan senang dan suka serta bahagia melakukan tugasnya sebagai ratu tersebut.
 
Sampai Menjadi Spontanitas

Pada suatu ketika, dua orang anak laki-laki kakak beradik tengah berjalan-jalan menyusuri tepian sungai. Tatkala mereka asyik menimati gemericik air bening dan temaram senja, tiba-tiba tampaklah oleh mereka seekor kalajengking hanyut terbawa arus sungai.

Hewan yang cukup ditakuti oleh sesamanya ini rupanya belum pernah les berenang, sehingga hanya bisa menggelepar tanpa daya ketika harus tercemplung di dimensi alam yang bukan zona nyamannya. Bisa dipastikan senja itu tidak indah sama sekali bagi kalajengking sial yang tengah hanyut menyongsong hilir ajalnya ini.

Menyaksikan tragedi maut ini, sang adik bergegas mencari cari ranting pohon atau apa saja yang bisa dipakai untuk mengangkat hewan malang itu dari badan sungai, namun dia tidak menemukan apa pun disekitar situ yang bisa dipakainya. Rupanya alam belum tentu menyediakan piranti "P3K" pas saat- saat genting seperti ini. Kalajengking itu terus terseret arus...

Tanpa berfikir panjang lagi, sang adik mengejar dari bibir sungai dan langsung menjulurkan tangan kosong meraih kalajengking itu. Kena!Namun, belum dia memindahkan kalajengking itu kedaratan yang aman, si kalajengking rupanya kaget setengah mati ada yang mencekalnya dengan mendadak. Kontan, si kalajengking menghunjamkan sengat saktinya ke pencengkeram dak dikenal yang tak diketahui gelagatnya itu.

"Aaaaaaaahhh...!" jerit si adik yang tersengat, jari -jari mungilnya spontan melepaskan kalajengking yang hendak diselamatkannya. Dan...kalajengking itu pun kembali tercemplung ke sungai, tergulung riak...kalau bisa ngomong, pasti kalajengking itu akan bilang ,"Tuolooonngg..!!"

Tanpa menggubris keadaan tangannya, sedetik kemudian sang adik kembali menjulurkan tangan yang sama untuk menggapai kalajengking itu sebelum terseret arus lebih jauh.Dia langsung melemparkan si kalajengking ke tanah pasir ditepian. aman...Si kalajengking menggeliat, terpana sejenak, lalu pergi begitu saja, jelas tanpa mengucap terima kasih sedikitpun kepada juru selamatnya..

Menyaksikan drama dadakan ini, sang kakak terlongo longo dan begitu melihat tangan adiknya yang memerah lepuh, mulailah dia mengomel, "Kamu ngapain sih? lihat tuh sekarang tanganmu menjadi begitu!"

"Nggak apa-apa kok kak, cuma sakit sedikit saja...," kata adiknya sembari meniup-niup tangan mungilnya yang agak melepuh.

"Kamu ini menyusahkan saja!Kita kesini kan mau bersenang -senang!Sekarang repot jadinya!Kita malah harus ke dokter!"tukas sang kakak.

"Iya Kak, maaf kalau jadi merepotkan,"lirih adiknya.

Kakaknya terus menyalahkan,"Kamu kan tahu kalajengking itu bisa menyengat. Ngapain kamu tolong?Itu namanya bodoh!"

Kali ini sang adik menjawab,"Kalajengking menyengat kan kebiasaannya. Apa dia salah? saya menolong kan sudah kebiasaan saya. Apa saya salah?"

sang kakak pun terdiam...

Dalam perspektif materialisme, nilai-nilai semacam itu barangkali tidak mendapat tempat bahkan di anggap konyol.

Ada lagi kisah seorang anggap saja bernama Budi. Budi ini sangat kondang dengan kemurahan hatinya. Orang -orang miskin di kotanya tahu bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan pintu rumah Budi dengan tangan kosong.

Suatu hari seorang pengemis datang meminta uang kepada Budi untuk membeli obat bagi putri sang pengemis yang lagi sakit keras. Budi waktu itu sedang tidak ada uang. Ia lalu mencari-cari apa yang bisa diberikannya kepada sang pengemis, akhirnya Budi memberi pengemis itu sebuah cincin mahal. Pengemis itu terpana, dan berlalu dengan sukacita, tentu.

"Apa-apaan yang kamu berikan?!"teriak istrinya. "Cincin itu harganya 3 juta!"

"Hah" 3 juta?" sentak Budi. Ia spontan mengejar pengemis tadi sembari berteriak,"Ooii, tungguuuu!!" sang pengemis berhenti dan berbalik mendengar teriakan itu, "Ada apa Tuan?"

"Cincin itu harganya 3 juta!" seru Budi. Pengemis itu pun menjadi ketar-ketir kalau Budi meralat pemberiannya yang mahal tersebut. "Iya, Tuan...,jadi..?"

"Jangan dijual terlalu murah ya!" ujar Budi sambil tersenyum.

Crita diatas menunjukkan bahwa Budi bukanlah manusia tolol yang tidak paham nilai uang. Dia memahami nilai-nilai duniawi ini, namun dia membuat pilihan sadar untuk menjalankan keyakinannya itu dan menerima konsekuensi dari pilihan hidupnya, tak peduli apa pun yang orang lain katakan.

Pilihan selalu ada di tangan kita masing-masing:apakah kita menjalani apa yang kita yakini sebagai suatu kebenaran ataukah kita ikut-ikutan dengan apa yang khalayak anggap "lumrah"?

Segenap pengembangan spiritual yang benar akan secara alamiah membuat kita menjadi lebih penuh kasih sayang, tanpa pamrih apapun. Apa pun tindakan kebaikan yang kita pilih, lakukanlah dengan segenap hati, sesering mungkin, sampai tertanam menjadi kebiasaan, sampai menjadi karakter, sampai menjadi spontanitas
 

Indahnya Membiasakan Diri Berbuat Nyata

Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.

Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :

Saya kelaparan …
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya

Saya tergusur …
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya ingin bekerja ….
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya

Saya sakit …
dan Anda berlutut bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan Anda sendiri

Saya telanjang, tidak punya pakaian …
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya, bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.

Saya kesepian …
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Tuhan,
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan …

Setelah membaca puisi itu …

Pemuka agama tadi terharu dan berkata : kasihan wanita itu … lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.

Dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.

Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.

Orang-orang bijak mengatakan :
Satu perbuatan nyata, sekecil apa pun, jauh lebih berarti dibandingkan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata sama dengan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata akan mengundang beberapa perbuatan nyata lainnya.

Marilah setiap hari kita (saya dan Anda) membiasakan dengan minimal SATU perbuatan nyata (tentu saja perbuatan baik untuk membantu orang lain).

Ini akan MENGUNDANG perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Alangkah indahnya membiasakan diri berbuat nyata (berbuat baik).
 
EMPATI
By: Andy F Noya


Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat,pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah.Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan.Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah ke luar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.

Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita.Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya,artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat.Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan,umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya.Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang.Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet,bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut.

Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu. Mulailah sekarang juga.

Berbuat Baik Ga Ada Ruginya

Tahukah Anda melakukan sesuatu yang baik akan membawa keuntungan positif dalam hidup Anda . Memberi jauh lebih baik dari menerima. Menolong dan memberi orang lain memiliki pengaruh psikologi dan fisik positif pada kesehatan.

Dalam beberapa penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa peserta yang memberikan dukungan dan cinta pada orang lain memiliki kesehatan yang lebih baik. Mereka cenderung awet muda dan terhindar dari depresi dibanding mereka yang tidak pernah memberikan.

Sehingga, jika Anda ingin terlihat lebih baik, hidup sehat dan mungkin awet muda, sisihkan waktu untuk membantu orang lain. Mulailah dan terus lakukan dengan sesuatu yang kecil. Berikut cara sederhananya:


1. Melakukan sesuatu bagi orang lain


Tawarkan untuk membuat atau mendapatkan secangkir kopi atau teh saat Anda telah mendapatkannya. Cucikan gelas rekan kerja Anda ketika Anda selesai mencuci milik Anda.

2. Tawarkan bantuan pada orang asing


Berikan tempat duduk di kereta atau bis yang penuh atau membawakan makanan bagi mereka yang lapar.

3. Menjadi sukarelawan dalam masyarakat


Jangan hanya memikirkan atau membicarakannya tetapi lakukan!

4. Membantu pekerjaan-pekerjaan rumah


Bantulah ibu Anda dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah, kemudian tetangga yang memerlukan bantuan untuk menyapu rumah atau bahkan menyiram tanaman.

5. Berikan tumpangan pada teman atau rekan kerja


Jika Anda memiliki kendaraan, tanyalah tetangga apakah perlu tumpangan ke kantor atau hanya ketempat pemberhentian bus atau kereta. Dan janganlah minta uang!

Ada banyak hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain sehari-hari. Dalam melakukannya, faktor berbuat baik yang harus selalu dikedepankan. Ini adalah sesuatu yang uang tidak bisa beli dan bahkan tidak melibatkan uang.

Kebaikan sejati
Sungguh teramat mudah menjadi orang yang bijaksana. namun teramat sulit menjadi seorang yang benar. Lebih mudah memberitahu orang lain tentang kesalahannya daripada merubah kesalahan kita sendiri, karena itu teman, lebih baik kiranya kita banyak bekerja daripada melulu berteori. Kebaikan terjadi bila seseorang berbuat bukan karena berbicara tentangnya.
 
"Three Happiness / Tiga Kebahagiaan"

Berbahagia Sebelum Melakukan Suatu Kebajikan
Berbahagia Sewaktu Melakukan Suatu Kebajikan
Berbahagia Sesudah Melakukan Suatu Kebajikan
 
 
 
 
CINTA ALTRUISTIK

Cinta adalah sebuah kata yang memiliki makna yang sangat luas. Bila kita menanyakan definisi tentang cinta kepada setiap orang, maka akan didapatkan beragam pengertian dan definisi tentang cinta.

Definisi yang paling umum dan popular di kalangan masyarakat, “cinta adalah keseimbangan dalam menerima (to take) dan memberi (to give)” . Definisi itu ingin menjelaskan bahwa didalam kamus cinta berlaku sebanyak apapun harapan yang kita terima dari yang dicintai tergantung sejauhmana kita memberi sesuatu kepadanya. Namun, pengertian cinta yang mendahulukan menerima (to take) dari pada memberi (to give) dalam kenyataannya seringkali tidak seimbang. Bahkan boleh jadi kita lebih banyak menerima ketimbang memberi. Sehingga di kalangan muda-mudi ada pemeo, “ada uang abang kusayang, tak ada uang abang kutendang“.

Jika kita mau mengintrospeksi diri, kita cenderung mencintai dengan cara yang kita anggap baik, bukan menyesuaikannya dengan kebutuhan dari yang kita cintai. Akhirnya kita menganggap telah melakukan banyak hal untuk yang kita cintai. Sementara kita merasakan bahwa pengorbanan kita tidak dihargai dan kita tidak mendapatkan yang diharapkan dari yang kita cintai. Hal ini sebenarnya dapat dihindari jika kita mencintai secara produktif dan altruistik, sebagaimana dikemukakan Erich Fromm, seorang filsuf dan psikolog asal Jerman, dalam bukunya The Art of Loving.

Menurut Erich Fromm, cinta mengandung unsur kepedulian (care), tanggung jawab (responsibility), respek (respect), dan pengenalan (knowledge). Dalam pandangan Fromm, cinta tidak pasif melainkan aktif bertindak. Sebuah contoh sederhana adalah kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mencintai bunga jika kita tidak menyiramnya. Karena cinta yang peduli dan bertanggung jawab adalah cinta yang memberi tanpa berharap untuk mendapat balasan.

Erich Fromm menambahkan, cinta dasarnya adalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis dan spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orang lain. Menurut Fromm, cinta yang berprinsip take and give bukanlah cinta sejati, tetapi cinta dagang. Itulah sebabnya konsep cinta yang ditawarkan Fromm disebut sebagai cinta yang altruistik.
Cinta Altruistik ditandai dengan adanya perhatian, keinginan untuk selalu memberikan sesuatu, dan selalu siap menerima dan memaafkan kesalahan atau kekurangan yang dicintainya. Cinta diartikan sebagai suatu tugas yang harus dilakukan tanpa pamrih.

Bentuk cinta ini diungkapkan melalui pengorbanan diri, kesabaran dan rasa percaya terhadap orang yang dicintai.
Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah contoh dari cinta altruistik. Betapapun besarnya pengorbanan, demi kecintaan pada buah hatinya, ia akan senatiasa melakukannya. Tentu saja kecintaan itu tidak memiliki pamrih sekecil apapun.

Begitu juga cinta seorang guru terhadap tugasnya dan cinta terhadap muridnya. Dengan kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah pekerjaan mulia dalam rangka mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik, maka pengorbanan bagi seorang guru adalah keniscayaan. Walaupun, seringkali pengorbanan yang dilakukannya itu tidak sebanding dengan apa yang ia terima.

John F. Kennedy, salah seorang presiden Amerika dalam salah satu pidatonya yang sangat terkenal, mengatakan. “Janganlah anda bertanya tentang apa yang bisa diberikan Amerika kepada anda, tetapi tanyalah tentang apa yang bisa anda berikan kepada Amerika“. Pidato itu ingin menyindir rakyat Amerika, terutama kaum mudanya, yang sudah mengalami kemerosotan dalam semangat cinta tanah airnya. Banyak kaum muda yang menolak mobilisasi, berdemonstrasi menentang kenaikan bahan makanan pokok, menolak kenaikan pajak dan lain-lain. Ucapan Kennedy ini menjadi masyhur untuk digunakan menyemangati bangsa agar mau berkorban demi kecintaan pada tanah air.

Cinta altruistik memang cinta yang unik. Cinta yang didasari oleh ketulusan. Cinta yang mendatangkan energi kuat untuk melakukan pengorbanan apa saja. Seringkali kita berbuat kebaikan kepada orang lain, tetapi balasannya tidak sebanyak kebaikan yang kita lakukan. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah luput untuk memberi ganjaran kepada umatnya yang senantiasa berbuat kebaikan. Meminjam kata-kata seorang bijak, “Give to the world the best you have, and the best will comeback to you“. Berikan yang terbaik yang engkau miliki, niscaya yang terbaik pula yang akan engkau terima.
 
Buah Perbuatan Baik

Gelombang air bermula dari riak-riak air yang kecil yang menyebar ke mana-mana. Semakin besar gelombang air, semakin besar pula dampak dan pengaruhnya. Demikian juga "kebaikan". Kebaikan itu dimulai dari tindakan-tindakan pribadi dan juga menyangkut hal-hal yang kecil. Ketika kebaikan pribadi itu menyebar ke mana-mana, terjadilah gelombang kebaikan yang makin besar.

Suatu malam di sebuah kota di Philadelphia, AS, sepasang suami istri yang sudah tua masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka bertanya kepada seorang resepsionis, "Masih ada kamar untuk kami berdua?"

Jawab si resepsionis, "Maaf, Pak. Penuh semua. Di kota ini kebetulan sedang ada tiga pertemuan besar, sehingga semua hotel penuh. Tetapi saya tidak mungkin menolak Bapak dan Ibu dan menyuruh pergi tengah malam begini, sementara di luar hujan dan badai. Kalau mau, Anda berdua boleh menginap di kamar saya. Saya akan segera membereskan kamar saya untuk Anda."

Pagi harinya, ketika hendak membayar, tamu itu berkata, "Kamu seharusnya bukan menjadi pegawai biasa begini melainkan menjadi manajer hotel besar bertaraf internasional! Mungkin kelak saya akan membangun hotel tersebut dan kamu menjadi manajernya."

Pemuda resepsionis itu melihat mereka dan tersenyum.Lalu, mereka bertiga tertawa.

Dua tahun berlalu. Si resepsionis hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat yang mengingatkannya pada malam hujan badai. Laki-laki muda ini juga diminta datang mengunjungi pasangan tua tersebut di New York. Terlampir, tiket pulang-pergi untuk si pemuda.

Di New York, laki-laki tua itu membawanya ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Lalu, ia menunjuk sebuah gedung baru yang megah disana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.


Gambaran Waldorf-Astoria Hotel, pada saat itu (Abad XIX)

"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk dikelola olehmu."

"Anda pasti sedang bercanda," jawab laki-laki muda itu.

"Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata laki-laki tua itu, sambil tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor dan struktur bangunan megah tersebut adalah Waldorf-Astoria Hotel. Laki-laki muda itu, adalah George C.Boldt.


Teman-teman yang Luar Biasa!!

Keramahan dan kebaikan resepsionis itu, untuk menerima tamu yang mengalami kesulitan di tengah malam, sebetulnya bukan perbuatan yang sulit untuk dilakukan. Semua orang sebetulnya bisa melakukannya. Apa sulitnya menyapa, menyalami dan menerima orang dengan senyum ramah? Apa sulitnya memperlakukan semua orang dengan kasih, kemurahan, dan rasa hormat?

Berbuat baik itu tidak rugi! Jangan malas berbuat baik, apalagi karena pesimis. Mari, mulai berbuat baik dari diri kita sendiri.
 
5 Pearls of Wisdom from Warren Buffett

Warren Buffett adalah investor dan pengusaha Amerika yang masuk dalam daftar orang terkaya sedunia. Berikut ini Warren membagikan kiat-kiatnya dalam menjalani hidupnya yang sukses:

Pearls of Wisdom 1: Percaya pada Diri Sendiri

"Saya selalu yakin suatu saat nanti saya akan kaya. Saya tidak pernah meragukan keyakinan itu." Dari kecil, Warren adalah pribadi yang pemalu tapi dia selalu mempercayai dirinya. Ia tahu betul kemampuannya dan punya keyakinan dan keberanian untuk mengikuti kata hatinya ketika memang diperlukan. Hal ini sudah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Ayahnya mengajarinya bahwa penting untuk mendengarkan dirinya sendiri dibanding meminta pendapat orang lain.

Pearls of Wisdom 2: Terus Belajar

Warren Buffett adalah penggemar berat Benjamin Graham, Bapak Investasi Nilai. Warren selalu belajar hal-hal baru dari tokoh-tokoh panutannya di bidang investasi sepanjang hidupnya. Ia juga menghabiskan masa kecilnya dengan membaca semua bacaan tentang investasi dan kerja kerasnya ini terbayarkan dengan kesuksesan besarnya. Maka itu, jangan takut untuk belajar hal-hal baru. Warren terus belajar dari orang-orang di sekitarnya selama hidupnya dan tidak pernah sekali pun berpikir dirinya sudah tahu semua hal.

Pearls of Wisdom 3: Jalani Hidup Sederhana

Meski punya kekayaan miliaran dolar, Warren hanya memakai uangnya sebesar $100.000 (sekitar Rp946.800.000) per tahun untuk kebutuhan hidupnya. Warren akan mengawasi pengeluarannya seperti seekor elang dan selalu tahu betul uangnya dipakai untuk keperluan apa saja. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah menuruti kata hatinya untuk membeli barang-barang mewah meski dia menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Pearls of Wisdom 4: Berhati-hati dalam Berteman

"Lebih baik bergaul dengan orang-orang yang lebih baik dari kita. Pilihlah teman dan rekan yang perilakunya lebih baik dari perilaku kita dan kita pun akan terpengaruh karenanya." Warren Buffett selalu berkumpul dengan orang-orang sukses lainnya dan akan meminta nasihat dari mereka yang lebih cerdas darinya. Ia tahu betul jika dirinya bergaul dengan orang-orang sukses, sikap mereka, energi positif dan kesuksesan mereka akan memberikan pengaruh padanya.

Pearls of Wisdom 5: Ada yang Lebih Berharga dari Uang

Warren tidak memandang uang sebagai satu-satunya penentu kesuksesan seseorang. "Saat Anda sudah mencapai usia setua saya, Anda akan menilai kesuksesan Anda dalam hidup dari berapa banyak orang yang menyayangi Anda. Itulah penguji utama seberapa kualitasnya hidup Anda."

Acts of Love

To serve each other. To respect each other. To trust each other, to honor each other. To love each other, to cooperate with each other. To care for each other. To forgive one another. To focus on peoples' good. To laugh with one another. To learn from one another. To pray for each other.

***

Saling melayani. Saling menghormati. Saling percaya, saling menghargai. Saling mencintai, saling bekerja sama. Saling peduli. Saling memaafkan. Fokus pada kebaikan orang lain. Tertawa bersama. Saling belajar dari orang lain. Saling mendoakan.

Semua itu adalah perbuatan cinta kasih. Nilai dan tindakan ini akan saling menghubungkan kita dengan sesama dalam dunia ini. Alam adalah salah satu contoh yang tepat bagaimana kita seharusnya saling menjaga hubungan baik dengan sesama.

Perhatikan: Alam hidup untuk saling memberi. Serangga memberikan pada burung, yang kemudian memberi pada makhluk hidup berkaki empat, dan lalu memberikan lagi ke makhluk hidup berkaki dua. Yang Mahakuasa membuat segala sesuatunya sempurna. Maka.. mari, kita saling mengasihi sesama.

Manusia dan Pentingnya Kesadaran

One of his students asked Buddha, "Are you the messiah?" "No", answered Buddha.
"Then are you a healer?"
"No", Buddha replied
"Then are you a teacher?" the student persisted. ...
"No, I am not a teacher."
"Then what are you?" asked the student, exasperated.
"I am awake", Buddha replied.
- Buddha Wisdom -


Salah 1 murid Buddha bertanya,"Apakah kamu messiah?"
"Bukan," jawab Buddha
"Jadi apakah kamu seorang penyembuh?"
"Bukan," jawab Buddha
"Jadi apakah kamu seorang guru" si murid bersikeras
"Bukan, saya bukan guru."
"Jadi kamu itu apa?" tanya si murid, putus asa
"Saya adalah orang yang sadar/eling", jawab Buddha
- Kata Bijak Buddha -


Awake di dalam bahasa Indonesia selain berarti bangun/bangkit, kata ini juga bisa diartikan sebagai sadar atau eling. Percakapan di atas yang terjadi antara seorang murid dengan gurunya memiliki makna spiritual yang sangat mendalam bahwasanya untuk meraih kebijaksanaan tidaklah memerlukan sebuah label. Untuk bertindak secara bijaksana yang diperlukan hanyalah sikap sadar atau eling. Sadar atau eling dalam setiap tindakan, sikap dan tutur kata.

Berbagai macam ritual yang hanya menekankan kuantitas bukan qualitas bukanlah suatu tindakan yang bijaksana. Ritual berkualitas hanya bisa didapatkan bilamana kita melakukannya dengan penuh kesadaran/eling dan fokus sepenuhnya.

Sebagai contoh sederhana prilaku hidup tanpa kesadaran/eling adalah ketika anda meninggalkan rumah, tiba-tiba saja anda bertanya-tanya di dalam hati apakah kran air sudah dimatikan? apakah pintu rumah sudah anda kunci sebelum pergi? apakah lampu kamar sudah dimatikan? dan seterusnya. Andaikan saja sebelum anda meninggalkan rumah, anda berjalan keluar dengan penuh kesadaran/eling maka pertanyaan& keraguan tersebut tidak akan muncul di dalam benak anda. Masalah yang sepele namun bisa menimbulkan kegelisahan hati & pikiran akibat ketidaksadaran/tidak eling dalam bersikap.

Segala tindakan sekecil apapun bila dilakukan dengan penuh kesadaran & eling akan menghasilkan kebijaksanaan.

Pemurah, pemaaf dan penyabar

Pemurah itu artinya jadi orang yang murah hati, suka membantu orang lain, suka menolong orang lain yang membutuhkan, mulai dari keluarga, teman-teman dan makhluk lain. Pemurah bukan penyogok atau penyuap, namun lebih dekat ke penyantun atau penyokong.



Pemaaf itu artinya orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain. Tidak perlu puasa senin kamis untuk bisa memaafkan orang lain. Pemaaf pasti bukan pendendam, dan bukan berarti boleh diinjak injak oleh pihak lain. Perlu kasih sayang yang tulus untuk bisa memaafkan, dan sedikit kebijaksanaan.



Penyabar adalah orang yang tidak mudah marah. Batinnya selalu tenang, tidak bergelora, tidak pernah panas membara.

Emosinya terkendali, demikianlah pula pikirannya selalu waspada dan sadar penuh.



Ada yang orang yang pemurah, namun bukan pemaaf dan bukan penyabar.

Ada orang yang pemaaf, namun bukan pemurah dan bukan penyabar.

Ada orang yang penyabar, namun bukan pemurah dan bukan pemaaf.



Paling bagus kalau ketiga-tiganya terdapat pada satu orang, apalagi kalau terdapat pada banyak orang.

Dunia akan lebih enak untuk dihuni.

Mengapa harus berteriak ?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya : "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab: "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

" Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata: "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan : "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta?

Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian? " Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.

Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan : "Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda."

Gara-gara Lubang di Jubah



Ada kisah mengenai biksuni yang tinggal di Sri Lanka. Ia adalah biarawati yang sangat bajik, tinggal di gua, sangat sederhana, dan tiap pagi pergi menerima derma makanan. Ia nyaris tak punya apa-apa.

Suatu hari, ia bangun pagi dan melihat seekor tikus telah menggigit dan melubangi jubahnya. Maka ia berpikir, "Aku akan meminta kain rombeng dan benang untuk menambal lubang ini." Jadi, ketika ia menerima derma makanan, ia meminta kepada seorang penyantunnya, "Bolehkah saya meminta secarik kain rombeng dan benang untuk menambal lubang di jubah saya? Tikus menggigitnya hingga berlubang."

Ia menambal lubang itu, namun tikus terus dan terus melubangi jubahnya. Maka biksuni ini berpikir, "Buang-buang waktu saja selalu meminta benang dan kain rombeng untuk menambal jubahku. Aku tahu apa yang benar-benar kubutuhkan: kucing! Kucing bisa mengusir semua tikus itu. Kucing tidak akan memakan tikus, yah.. kadang makan juga sih, tapi itu kan salah mereka."

Jadi, kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta kepada salah satu pendukungnya, "Bolehkah saya meminta seekor kucing?" Tentu saja selalu ada beberapa kucing ekstra di desa, jadi mereka memberinya seekor kucing.

Kini ia memiliki seekor anak kucing di guanya. Tentu saja anak kucing tidak bisa makan makanan manusia. Jadi kucing itu makin lama makin kurus, hingga biksuni itu membatin, "Aku akan meminta susu untuk kucing itu."

Jadi kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta susu kepada salah satu pendukungnya. Kucing itu senang saat mendapat susu, namun dia menginginkannya semangkuk sehari. Jadi biksuni ini berpikir, "Jika aku punya sapi... aku tak perlu lagi meminta susu."

Jadi kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta kepada salah satu pendukungnya, "Bolehkah saya meminta seekor sapi?" Para pendukungnya sangat setia dan mereka memberinya seekor sapi. Jadi ia bisa memerah susu sapi, memberikan susu itu kepada kucing, dan kucing itu mengusir tikus. Ia tidak perlu menambal jubahnya terus-terusan.

Tapi Anda pun tahu bahwa sapi pun harus makan. Jadi setiap kali ia menerima derma makanan, ia meminta segulung jerami atau rumput dari pendukungnya, dan rumput itu sangat berat untuk dipanggul pulang dan pergi. Jadi, setelah beberapa waktu ia berpikir, "Alih-alih meminta rumput setiap hari, aku sebaiknya meminta ladang."

Jadi kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta kepada salah satu pendukungnya, "Jika kalian tidak keberatan, bisakah saya meminta sebidang ladang?" Para pendukungnya begitu dermawan dan berpikir bahwa itu adalah karma baik, mereka memberikannya sepetak ladang.

Biksuni malang ini kini punya ladang, namun ia harus merumput, menabur benih rumput, memotongnya lagi, memanggul rumput, kembali untuk memberi makan sapi, memerah susu, memberi makan kucing dan seterusnya.

Ia berpikir, "Apa yang benar-benar kuperlukan adalah seorang bocah, supaya ia yang mengurus sapi, dan barulah aku bisa meditasi." Jadi kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta kepada salah satu pendukungnya seorang anak laki-laki, dan para pendukungnya berkata, "Kami punya anak laki-laki. Mungkin ia bisa belajar banyak dari Anda."

Jadi, ia punya anak laki-laki dan tentu saja anak itu sangat nakal dan perlu diajari banyak hal. Anak itu juga tidak bisa tinggal dalam gua, apalagi bersama seorang biksuni! Ia pun harus membangun gubuk terpisah untuk bocah itu.

Jadi, kali berikutnya ia menerima derma makanan, ia meminta kepada salah satu pendukungnya, "Saya butuh papan, kayu, dan bahan bangunan untuk membangun gubuk untuk anak laki-laki asuhan saya."

-------------------

Semuanya bermula dari lubang di jubah.... Ini adalah kisah bagus yang senantiasa saya camkam dalam batin, mengenai betapa banyaknya hal yang benar-benar kita butuhkan, dan kita bisa lihat. Biksuni ini mulai dari lubang di jubah, dan kini ia sudah memiliki seluruh desa dan ladangnya!

Kita pun bisa melihat setiap langkah dari perjalanan kita, dan kita membenarkan keinginan kita, kemauan kita. Hingga kadang pada akhir hayat, kita bisa melihat wisma besar dan mobil mewah kita, semua harta benda kita yang berawal seperti lubang di jubah biksuni malang itu. Jadi, apa yang benar-benar kita inginkan? Semakin banyak yang kita inginkan, semakin banyak konflik yang kita tuai.

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

 http://25.media.tumblr.com/tumblr_m5jgdhml7A1ryxo0qo1_500.jpg

Doa Yang Tidak Dikabulkan - Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan , percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku?

Bagian diriku yang mana yang kurang?Mengapa aku diperlakukan kejam ?
Aku berpaling pada ayahku. Katanya: “Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku: “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang….

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

--

Kebetulan? Who knows?