Hidup ini penuh dengan Pertanyaan, dan seringnya kita belum mampu
langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Di thread ini akan
dikumpulkan, pertanyaan-pertanyaan dengan hidup, untuk mencari jawaban
paling tepat, dan paling bisa membantu hidup anda.
Hidup
juga diisi dengan banyak pilihan, bentuk pertanyaan kehidupan dimana
untuk melanjutkannya kita harus memilih dari pilihan yang ada, Anda
bebas memilihnya, namun tidak bebas akan konsekuensinya.
Temukan Kunci Kebahagiaan anda, dan Berbahagia
Siapakah yang Mengamati Pikiran?
Ada “si aku” yang mengamati pikiran. Siapakah “si aku” itu? Kalau ada kesadaran pasif,pengamatan pasif, perhatian pasif terhadap suatu objek, “si aku” tidak ada. Yang ada hanya pengamatan, tidak ada “si aku” yang mengamati.
Kalau Anda mengamati suatu objek, kemudian si pemikir atau pikiran mulai menamai, menilai, menyenangi, atau membenci, berarti “si aku” sudah menyusup dalam pengamatan Anda. Objek yang diamati dengan subjek yang mengamati tidak berbeda. Diri yang mengamati dan yang diamati tidaklah berbeda.
Cobalah amati kapan “si aku” itu menyusup dalam pengamatan Anda. Lihatlah kapan “si aku”
muncul dan membuat jarak dari objek yang diamati. Ketika terjadi jarak objek-subjek, muncul dualitas, di situlah konflik lahir.
Bisakah terjadi pengamatan pasif terhadap suatu objek, tanpa intervensi pikiran atau “si aku”? Kalaupun muncul pikiran atau “si aku,” sadari saja geraknya, sampai ia berhenti dengan sendirinya.
Ada “si aku” yang mengamati pikiran. Siapakah “si aku” itu? Kalau ada kesadaran pasif,pengamatan pasif, perhatian pasif terhadap suatu objek, “si aku” tidak ada. Yang ada hanya pengamatan, tidak ada “si aku” yang mengamati.
Kalau Anda mengamati suatu objek, kemudian si pemikir atau pikiran mulai menamai, menilai, menyenangi, atau membenci, berarti “si aku” sudah menyusup dalam pengamatan Anda. Objek yang diamati dengan subjek yang mengamati tidak berbeda. Diri yang mengamati dan yang diamati tidaklah berbeda.
Cobalah amati kapan “si aku” itu menyusup dalam pengamatan Anda. Lihatlah kapan “si aku”
muncul dan membuat jarak dari objek yang diamati. Ketika terjadi jarak objek-subjek, muncul dualitas, di situlah konflik lahir.
Bisakah terjadi pengamatan pasif terhadap suatu objek, tanpa intervensi pikiran atau “si aku”? Kalaupun muncul pikiran atau “si aku,” sadari saja geraknya, sampai ia berhenti dengan sendirinya.
Siapa yang disebut Diri?
Dalam Kristen ada yang disebut jiwa, dalam Buddha tidak ada entitas yang disebut diri (anatta), dalam Hindu ada atman. Mari kita menyelami apa yang disebut diri tanpa latar belakang teori atau doktrin mana pun, entah Kristen, Hindu, Buddha, atau yang lain.
Lihatlah mobil di jalan raya. Apa yang disebut mobil? Apakah rodanya, setirnya, tempat duduknya, mesinnya? Bukankah mobil adalah semua itu? Bukankah mobil tak lain sekadar nama dari kumpulan semua unsur-unsur itu sehingga sebenarnya mobil sendiri secara ontologis tidak ada?
Begitu pula apa yang disebut diri individual. Tidak ada diri tanpa kesadaran dengan seluruh isinya yang adalah ingatan, pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, dan seterusnya. Kalau Anda berpikir, Anda ada; kalau Anda tidak berpikir Anda tidak ada.
Diri-individual secara ontologis sebenarnya tidak ada. Ketika orang merasa memiliki entitas yang disebut diri-individual, rasa-diri itu sesungguhnya merupakan ilusi yang diciptakan oleh pikiran. Ketika pikiran tidak ada, rasa-diri itu pun tidak ada. Bisakah Anda mengalami langsung kebenaran itu, bukan memahami sebagai teori?
Dalam Kristen ada yang disebut jiwa, dalam Buddha tidak ada entitas yang disebut diri (anatta), dalam Hindu ada atman. Mari kita menyelami apa yang disebut diri tanpa latar belakang teori atau doktrin mana pun, entah Kristen, Hindu, Buddha, atau yang lain.
Lihatlah mobil di jalan raya. Apa yang disebut mobil? Apakah rodanya, setirnya, tempat duduknya, mesinnya? Bukankah mobil adalah semua itu? Bukankah mobil tak lain sekadar nama dari kumpulan semua unsur-unsur itu sehingga sebenarnya mobil sendiri secara ontologis tidak ada?
Begitu pula apa yang disebut diri individual. Tidak ada diri tanpa kesadaran dengan seluruh isinya yang adalah ingatan, pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, dan seterusnya. Kalau Anda berpikir, Anda ada; kalau Anda tidak berpikir Anda tidak ada.
Diri-individual secara ontologis sebenarnya tidak ada. Ketika orang merasa memiliki entitas yang disebut diri-individual, rasa-diri itu sesungguhnya merupakan ilusi yang diciptakan oleh pikiran. Ketika pikiran tidak ada, rasa-diri itu pun tidak ada. Bisakah Anda mengalami langsung kebenaran itu, bukan memahami sebagai teori?
0 komentar:
Posting Komentar