Spiritual, Perumpamaan (Simile) dan Perenungan

Perangkap Tikus 


 Diceritakan bahwa pada suatu ketika hiduplah seekor tikus di rumah petani, dan dia adalah seekor tikus kecil yg bahagia, dia cukup makan, karena adalah hal yg bagus jika ada tikus di rumah anda karena anda tidak memerlukan lagi vacum cleaner, karena si tikus bisa memakan sisa potongan makanan yg berserakan di mana-mna. Tetapi si petani pemilik rumah tidak pernah suka pada tikus ini. Jadi, pada suatu hari si tikus mengintip dari celah-celah dinding, dan dia melihat si petani sedang membuka bungkusan sebuah kotak.

 Ketika dia melihat apa yg ada di dalam kotak itu, si tikus pun menjadi takut. Ternyata si petani membeli sebuah perangkap tikus! Dan si tikus pun menjadi sangat sedih dan takut sehingga dia pergi menemui temannya, si ayam. 

"Petani membeli perangkap tikus! Petani membeli perangkap tikus!*Gawat! Ini benar-benar gawat!" Dan si ayam berkata, "Bukan urusanku. Tidak ada hubungannya dgn ku. Jadi itu adalah masalahmu, tikus. Pergi dari sini!" Dan si tikus pun tidak mendapat simpati dari si ayam.

 Jadi, dia pergi mencari temannya yg lain, Pak Babi. "Pak Babi, Pak Babi, petani membeli perangkap tikus! Ini kabar buruk! Saya bahkan tidak bisa tidur malam ini! Saya dalam bahaya!" Pak Babi berkata, "Bukan urusanku. Itu kan masalahmu. Dia tidak bisa menangkap babi dgn perangkap tikus. Kamu memang bernasib sial. Enyah dari sini!" Jadi si tikus pun benar-benar kecewa dgn temannya Pak Babi ini.

 Lalu dia pergi menemui Bu Sapi. "Bu Sapi, Bu Sapi, tolonglah, petani membeli perangkap tikus, dan saya begitu takut dan paranoid sekarang! Kadang-kadang, kamu bisa lari dan lari, tapi kamu tidak tahu apa yg sedang kamu hindari. Saya bisa terjebak perangkap tikus dan mati!" Dan Bu Sapi berkata, "Kalau begitu, mungkin itu adalah kamma dari kehidupanmu yg lampau, tetapi itu tidak ada hubungannya denganku." Jadi, si tikus ini tidak mendapat simpati apa pun dari teman-temannya. 

Dia pun kembali ke sarangnya, takut. Dan malam itu, seekor ular masuk ke rumah si petani dan ekornya terjebak di perangkap tikus. Ketika istri si petani datang utk melihat apakah tikus itu sudah tertangkap, ular itu menggigit istri si petani. Sehingga istri petani itu pun sakit parah. Karena sakitnya begitu parah, si petani berpikir, "Apa yg bagus utk mengobati penyakit? Sup ayam.....!" Jadi, dia pun menangkap Si Ayam, memotong kepalanya dan memasaknya utk membuat sup utk sang istri.

 Si Ayam kehilangan nyawanya. Dan tentu saja istri petani tidak sembuh-sembuh juga. Semua sanak saudaranya mulai berdatangan mengunjunginya. Dgn teman-teman dan sanak saudara yg berdatangan ke rumah, si petani miskin ini tidak tahu bagaimana menjamu para tamunya itu. 

Jadi, dia pun menyembelih Pak Babi dan membuatkan sosis dan ham utk para tamunya. Jadi, Pak Babi kehilangan nyawanya juga. Dan tidak peduli berapa banyak pun sup ayam yg dia berikan utk istrinya, tidak peduli berapa banyak pun tamu yg datang dan daging yg petani sediakan utk tamunya, akhirnya istri petani yg malang itu meninggal dunia. 

Karena dia sudah meninggal dunia, anda semua tahu betapa mahalnya biaya pemakaman. Si Petani harus menyembelih Bu Sapi dan menjual dagingnya utk membayar biaya pemakaman. Jadi pada akhirnya, Si Ayam mati, Pak Babi kehilangan nyawanya, Bu Sapi disembelih, gara-gara perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus saja. Itu adalah masalah semua orang, yg menjadi makna dari cerita itu. Karena kadang-kadang anda berpikir, "Ah, itu tidak akan berakibat apa pun pada saya. Tidak ada urusannya dgn saya. Itu urusan orang lain." Dan cerita itu bilang, "Tidak, ia bisa menjadi masalah anda juga." Oleh karena itu, kita seharusnya selalu menolong satu sama lain, walaupun kita berpikir ia tidak akan berakibat apa pun pada kita.

KEADAAN DUNIA


" Akan seperti apa dunia ini ? "
Kita semua bisa mengajukan pertanyaan ini dengan frustasi.
Jangan saling mengajukan pertanyaan seperti itu!

Jika sebaliknya kita bisa bertanya kepada diri kita semua.
" Seharusnya aku jadi seperti apa ? "
Kita mungkin punya jawabannya.

Apakah keadaan dunia
akan menjadi neraka atau Tanah Suci,
semuanya berawal dan berakhir
dengan diri kita sebagai individu.

MUKJIZAT


Agaknya, dengan bertambahnya usia kita, semakin sedikit mukjizat yang dapat kita alami. Mungkin, karena kita punya perasaan yang mengusik ini, bahwa setiap kali kita bangun ke dunia pada pagi hari, segalanya sudah pernah kita lihat.

Tidak ada lagi yang benar-benar menarik. Bahkan persahabatan intim pun bisa menjadi sangat lesu. Sobat akrab dan kekasih pun bisa jadi tidak menarik lagi. Aku melihat bahwa yang penting bukanlah mencari pengalaman baru yang menggairahkan, namun menyadari bahwa hal yang lama kebanyakan masih cukup baik.

Betul, itu mungkin rasa "bosan", tetapi jika setiap hari kita merasa seperti lahir kembali, bersih dari prasangka kemarin dan penilaian yang tidak perlu, dunia lama yang sama ini baru. Mukjizat jadi berlimpah. Bersiaplah melihat pelangi yang sudah bertahun-tahun tidak pernah Anda lihat. Berapa banyak di antara Anda yang betul-betul melihat bulan purnama kemarin malam ? Tidakkah bulan masih semenawan seperti pertama kali Anda melihatnya ?

Hati yang usang adalah hati yang memiliki mukjizat kesadaran. Anda merasa sudah tua ? Celoteh bayi yang tidak keruan di dalam bus kota merupakan sesuatu yang ajaib baginya.

Aku tidak mencoba memistikkan apa-apa--jalan pencerahan bagaimanapun memang merupakan jalan menuju kejernihan. Masalahnya, banyak di antara kita yang belum benar-benar melihat "apa-apa" ("melihat" dalam hal ini berarti " telah menyadari yang esensi " ).

Untuk Anda-Anda di luar sana yang merasa tua dan capai--ingatlah Kita belum menemukan "jurus" di balik segala sesuatunya ini. Sebelum kita menemukannya, janganlah berhenti terpesona akan segalanya.Segalanya tidak seperti apa yang tampak. Usia boleh bertambah, namun mukjizat itu terus berlangsung.Jangan bosan, ayolah, cerahkan diri Anda!
 KEPERCAYAAN


Ada kepercayaan bahwa kita percaya kita percaya dan ada juga apa yang benar-benar kita percayai.
Apa yang benar-benar Anda percayai ?

Jujurlah.
Untuk mencari Kebenaran dan Kebahagiaan Sejati, Anda harus jujur kepada diri sendiri.

Jujurlah.
Di dalam hati, apakah Anda betul-betul yakin bahwa Anda adalah seorang Manusia ?
Jika ya, apa yang membuat Anda menjadi seorang Manusia ?

MATA LEBAR LIAR


Aku perhatikan bahwa dunia keliatan lebih terang dan jelas kalau kubuka mataku lebih lebar. Jangan tertawa! Barangkali Anda pikir kita mestinya sudah menyadari hal ini sejak kanak-kanak, namun aku pikir ini tidak benar. Memandang dunia dengan mata baru yang lebih besar membawa gelombang baru kehidupan menuju segalanya.

Cobalah pada orang-orang yang Anda sayangi--lihatlah betapa segarnya mereka, betapa menarik dan luar biasanya mereka,betapa menarik dan luar biasanya mereka dari ujung kaki sampai ujung kepala. Anak-anak hidup penuh sukacita karena mereka selalu memandang dunia dengan mata lebar dan liar setiap hari. Betul tidak? Mari kita buat uji coba kecil; lihatlah telapak tangan Anda. Hebat kan ?

LAPANG TERBUKA


Berselisih pendapat dengan seorang teman, namun cukup waspada untuk segera berhenti
dan memadamkan marah, dan melepaskan kesumpekan di dalam hati sebelum situsai bertambah
buruk. Apa hebatnya? Jika aku betul-betul hebat, aku akan cukup waspada untuk tidak
membuat kemarahan muncul sama sekali. Aku lihat dengan mata hatiku, sebentuk hati kecil
yang keras dan segera aku buyarkan batu itu.

Ada ruang terbuka dalam pikiranku, dengan sedikit mega mendung di sana. Ada sedikit rasa geli.
Aku meributkan soal kecil itu-- itulah sebabnya timbul rasa kesal. Penyadaran ini jadi lucu,
ketika Anda menyadarinya. Ada keterpanaan juga--tanpa panas membakar; cuma ada kebaikan nan
sejuk. Peralihan mendadak dari momen penuh kemarahan kepada kedamaian membuatku betul-betul
menghargai nilai keterbukaan.

Dengan adanya keterbukaan di dalam hati ini, kata-kata tidak enak yang datang ke arah Anda menjadi
gema yang bisa Anda dengar dengan jernih--tanpa prasangka. Dengan hati yang tertutup, kata-kata
amarah menjadi anak panah runcing yang menusuk ke dalam hati itu, karena kata-kata tadi dianggapi
dengan kerancuan, dianggap menjadi senjata yang di lancarkan untuk membunuh. Ia yang terbuka, tidak
akan pernah terluka. Bagaimana mungkin Anda bisa menyakiti ruang lapang terbuka?
( "Kebahagiaan dalam aksara Mandarin bermakna "keterbukaan hati"! )

Bicara dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.

Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.

Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.

Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari hati .

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda Namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak dapat menghentikan tangis bayi hanya dgn merengkuhnya dalam lengan yg kuat.
Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis.
Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung tenang dalam dada anda.

Membebaskan

Ada satu kesalahan yang kerap dilakukan orang dalam hubungannya dengan orang lain, yaitu mencoba membangun keadaan nyaman yang stabil dalam arus kehidupan yang senantiasa berubah.

Pusatkan pikiran Anda pada seseorang yang Anda harapkan mencintai Anda. Apakah Anda ingin menjadi seseorang yang penting, istimewa, dan berpengaruh bagi kehidupannya? Bukankah Anda ingin agar ia memedulikan dan memerhatikan Anda secara khusus?

Bila jawaban Anda, "ya," bukalah mata dan lihatlah betapa bodohnya Anda mengizinkan orang lain untuk menyisihkan diri Anda demi kepentingan mereka, membatasi kebebasan Anda demi keuntungan mereka, mengontrol tingkah laku dan perkembangan Anda agar sesuai dengan kepentingan mereka. Seolah-olah ia berkata, "Jika ingin menjadi istimewa bagi saya, kamu harus memenuhi syarat-syarat saya. Begitu tindakanmu tidak lagi sesuai dengan harapan saya, kamu pun tidak lagi istimewa bagi saya."

Anda ingin menjadi istimewa bagi seseorang, dan Anda harus membayarnya dengan kehilangan kebebasan. Anda harus menari sesuai dengan irama orang lain, persis seperti yang Anda tuntut dari orang lain bila mereka ingin menjadi istimewa bagi Anda.

Manakah yang Anda pilih: berada dengan seorang teman dalam penjara atau berada di alam bebas sendirian? Katakan kepada orang itu, "Aku membiarkanmu bebas menjadi dirimu, berpikir menurut pikiranmu, menuruti seleramu, mengikuti dorongan hatimu, bertindak dengan cara apa pun yang kamu sukai."

Saat mengatakan kalimat tersebut, Anda akan mempelajari satu dari dua hal ini. Pertama, hati Anda menentang kata-kata itu dan Anda akan dicecar agar tetap percaya bahwa Anda memang orang yang suka mengikat dan mengeksploitasi. Inilah saatnya untuk menguji keyakinan palsu, bahwa tanpa orang ini Anda tidak dapat hidup bahagia.

Kedua, hati Anda menyuarakan kata-kata itu dengan tulus; saat itu juga semua kekangan, manipulasi, eksploitasi, dominasi, dan rasa iri akan hilang. Anda pun akan melihat sesuatu yang lain. Orang atau pribadi itu otomatis menjadi tidak istimewa dan tidak penting lagi bagi Anda. Ia menjadi penting karena dirinya, seperti matahari terbenam atau pohon yang menjadi istimewa karena pohon itu sendiri bukan karena buah atau keteduhan yang diberikannya.

Orang yang Anda cintai bukan milik Anda lagi, melainkan milik setiap orang atau bahkan bukan milik siapa-siapa, seperti halnya matahari atau pohon itu. Ucapkanlah kata-kata itu lagi dengan tegas, "Aku membiarkan kamu bebas menjadi dirimu...."

Dengan mengucapkan itu Anda telah membebaskan diri, maka sekarang Anda siap untuk mencintai. Dengan mengikat, yang Anda berikan kepada orang lain bukan cinta, melainkan rantai yang hanya akan mengikat Anda berdua. Cinta hanya dapat tumbuh dalam kebebasan. Orang yang sungguh-sungguh mencintai akan mengusahakan kebaikan orang yang dicintai. Untuk mengusahakan itu, yang utama adalah memberikan kebebasan bagi orang yang dicintai.

Realitas Objektif


Seorang filsuf memberi uraian panjang lebar tentang "realitas objektif" kepada Sang Guru.

Kata Sang Guru, "Yang engkau ketahui itu bukan realitas, melainkan persepsimu atas realitas. Yang engkau alami itu bukan dunia, melainkan keadaan pikiranmu sendiri."

"Dapatkah realitas benar-benar dipahami?"

"Ya, hanya oleh orang-orang yang melampaui pikiran mereka."

"Orang-orang macam apa itu?"

"Orang-orang yang telah kehilangan proyektor besar yang disebut sebagai diri. Karena ketika diri hilang, proyeksi pun berhenti. Lalu, dunia dilihat dalam keindahannya yang polos."

Speedometer Batin


Jika berkendara di luar negeri, meskipun melalui jalan bebas hambatan yang sangat lengang, pengemudi harus tetap waspada memerhatikan speedometer di dashboard mobilnya. Melewati batas kecepatan maksimum akan kena tilang. Kecepatan mobil terpantau secara elektronik.

Hal serupa bisa kita terapkan pada kehidupan batiniah. Bagaimana kita dapat hidup dalam keadaan 'bangun,' (eling)? Mungkin kita perlu memasang speedometer batin. Bukan sebagai keharusan bertindak sadar, tetapi lebih pada refleksi atau penyadaraan dari saat ke saat.

Amatilah diri Anda. Jika dalam situasi tertentu jarum di speedometer batin mulai bergerak naik dari angka nol, perhatikan seberapa tinggi ke-ego-an itu muncul. Misalnya, pada saat seorang teman mengolok-olok Anda. Anda merasa ada kalimatnya yang kena di hati - saat itu diri atau ego mulai muncul, mungkin mencapai angka 20. Tetapi, lalu Anda beranggapan, ah, sudahlah, teman itu hanya bercanda. Pemahaman terhadap realitas tersebut membuat jarum speedometer batin kembali turun ke titik nol.

Tiba-tiba sebuah sepeda motor menyerempet mobil Anda, menyisakan goresan sepanjang 30 sentimeter di salah satu pintu mobil Anda. Oh, tidak! Anda marah besar. Lihatlah, jarum speedometer batin Anda langsung menembus angka 70. Hei, buat apa marah? Mobil sudah tergores, pengemudi sepeda motor dengan cepat berlalu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mau menuntut siapa? Jarum speedometer batin merendah lagi.

Saat jarum speedometer batin berada di angka nol yang menandai titik keheningan, diri atau ego tidak ada. Dalam kekosongan batin, di angka nol itu, kita tidak bergerak ke mana-mana. Ibarat mobil yang berhenti, karena sudah tiba di tujuan. Perjalanan sebelum tiba di tempat tujuan adalah masa lampau. Jika di saat ini kita sudah tiba di tempat tujuan, agaknya kita tak perlu lagi melanjutkan perjalanan menembus masa depan yang berkabut.

Memahami dengan Rendah Hati

Masalah timbul karena orang berpikir mereka cukup cerdas untuk memperbaiki segalanya. Mula-mula, mereka mencoba. Kalau ada perlawanan, mereka memaksa. Lalu, mereka memaksa lebih keras hingga niat mereka hilang dalam pergumulannya dan ketidakharmonisannya. Kelicikan dan kejeniusan menjadikan segalanya lebih parah.

Bersikap lunaklah terhadap dunia. Tempatkanlah kekecilan dari apa yang diketahui di sebelah kebesaran dari yang tidak diketahui. Pahamilah dengan rendah hati. Hormatilah yang diketahui. Terlebih lagi, hormatilah yang tidak diketahui.

Percayalah akan keberadaan alamiah dari segalanya. Biarlah setiap orang mencari jalannya sendiri. Rahasia yang sama itu berbeda bagi setiap orang. Janganlah memberitahu siapa pun, tetapi janganlah menyimpan rahasia.

Umur ada batasnya, tetapi misteri tak ada batasnya. Sungguh bodoh berusaha menangkap yang tak terbatas di dalam yang terbatas. Karena itu, pemahaman hendaknya tidak menghalangi jalan masing-masing hal.

Pelajaran dari Udang

Udang memakai kerangka pada bagian luar tubuhnya. Ia menanggalkan kulitnya 26 kali selama hidup. Udang melepaskan kulitnya untuk mengakomodasi pertumbuhan badannya.

Manusia bisa mengambil pelajaran dari udang. Apakah kita mempunyai kedok yang perlu dibuang? Mungkin ide yang baik untuk memeriksa kehidupan kita dan melepaskan kedok-kedok kita. Sudah saatnya membuang kedok iri hati, kesombongan, kemarahan, ketidakpedulian, egoisme, dan sebagainya. Pribadi yang berkembang akan terus-menerus membuka kedok-kedoknya. (William Arthur Ward)

Mengosongkan agar Penuh

Keutuhan kehidupan adalah sedemikian rupa, sehingga
dengan mengalah engkau bisa mengalahkan,
dengan melenturkan engkau bisa meluruskan,
dengan mengosongkan engkau bisa penuh,
dengan mati engkau bisa lahir kembali,
dengan memiliki sedikit engkau akan beruntung,
dan dengan memiliki banyak engkau bisa bingung.

Sadarlah akan ini,
seseorang yang kreatif merangkul keutuhan,
tanpa memamerkan diri, ia bersinar,
tanpa menyatakan diri, ia dipercayai,
dengan tidak mengenal diri sendiri, ia mulai menjadi dirinya sendiri,
dan dengan tidak bersaing, ia sukses.

Menemukan kedamaian dan kompetensi,
ia mendapatkan imbalan sederhana yang mungkin diinginkan yang lain.

Mengalahlah, maka engkau tidak perlu patah,
kosongkanlah, maka engkau bisa penuh,
relakanlah dan temukanlah milikmu sendiri.

Arti Hening

Kadang-kadang, banyak rombongan datang beramai-ramai, dan keheningan dalam biara runtuh berantakan.

Ini membuat para murid marah, tidak demikian Sang Guru. Agaknya, ia senang dengan keramaian maupun dengan keheningan.

Kepada para murid yang tidak puas, suatu hari Sang Guru berkata, "Hening itu bukan ketiadaan suara, melainkan ketiadaan diri manusia."

FALSAFAH LIMA JARI

1. Ada si gendut jempol ƴğ selalu berkata baik & menyanjung.
2. Ada telunjuk ƴğ suka menunjuk & memerintah.
3. Ada si jangkung jari tengah ƴğ sombong krn paling panjang.
4. Ada jari manis ƴğ selalu menjadi teladan, baik & sabar sehngga diberi hadiah cincin.
5. Dan ada kelingking ƴğ lemah & penurut

Dengan perbedaan positif & negatif ƴğ dimiliki masing2 jari, mereka bersatu utk mencapai 1 tujuan ( saling melengkapi).

Pernahkah ƙΐŧα bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti.

Ƙΐŧα terlahir dgn segala perbedaan ƴğ ƙΐŧα miliki dgn tujuan utk bersatu:
* saling menyayangi
* saling menolong
* saling membantu
* saling mengisi dάπ
* saling menghargai.
Bukan Untuk:
- saling menuduh,
- saling menyalahkan,
- saling merusak.....

Semua perbedaan dari ƙΐŧα adalah keindahan ƴğ terjadi agar ƙΐŧα rendah hati utk menghargai org lain, tdk ada satupun pekerjaan ƴğ dpt ƙΐŧα kerjakan sendiri.

Mungkin Kelebihan ƙΐŧα adalah kekurangan org lain,
Sebaliknya kelebihan org lain bisa jadi Kekurangan ƙΐŧα.

Tdk ada yg lebih bodoh atau lebih pintar,

Bodoh atau pintar itu relatif sesuai dgn bidang/talenta yg ƙΐŧα syukuri masing² menuju impian ƙΐŧα..

Keseluruhan yg ƙΐŧα miliki menjadi sempurna..
Bukan individualis ƴğ sempurna..

Orang pintar bisa gagal,
Orang hebat bisa jatuh,
tetapi,

Orαπğ ƴğ rendah hati dalam segala hal akan selalu mendapat kemuliaan

Anjing Kecil

Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika ia mendekati kandang kuda, ia mendengar hewan besar itu memanggilnya. "Kamu pasti penghuni baru di sini. Tak lama lagi kamu akan tahu, pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari hewan lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang. Saya kira, hewan sekecil kamu tidak bernilai sama sekali baginya," kata kuda.

Anjing kecil itu menundukkan kepala dan segera pergi. Saat berjalan, dari kandang sebelah ia mendengar seekor sapi berkata, "Saya adalah hewan paling terhormat di sini, sebab nyonya membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna untuk keluarga di sini."

Satu demi satu hewan di situ ikut serta dalam percakapan. Mereka menceritakan betapa tinggi kedudukan mereka di ladang itu. Ayam mengatakan bagaimana ia telah memberi telur, domba memberi mantel bulu, dan kucing mengenyahkan tikus-tikus dari rumah pemilik ladang. Semua hewan sepakat, anjing kecil tidak bisa memberi apa pun untuk keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman hewan-hewan itu, anjing kecil pergi ke tempat sepi dan menangis. Seekor anjing tua mendekati dan mendengarkan cerita anjing kecil. "Memang benar, kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, tidak bisa memberi telur, susu, atau bulu. Tetapi, kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan," kata anjing tua.

Malam itu, ketika pemilik ladang baru pulang kerja dan tampak lelah, anjing kecil lari menghampirinya. Ia menjilat kaki dan melompat ke pelukan pemiliknya. Mereka lalu berguling-guling di lantai. Pemilik ladang memeluk dan mengelus anjing kecil itu, lalu berkata, "Meskipun saya pulang dalam keadaan lelah, tetapi saya merasa segar bila kamu menyambut saya. Kamu sungguh paling berharga di antara semua hewan di ladang ini."
... dan yang paling besar di antaranya adalah kasih...
(John Aikin)

Bunyi yang Punya Arti

Suatu hari, seorang Indian meninggalkan daerah tempat tinggalnya, mengunjungi seorang teman yang berkulit putih di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap lalu-lalang orang-orang sangat mengganggu orang Indian itu.

Kedua orang tersebut berjalan bersama. Tiba-tiba orang Indian itu berhenti. "Sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?" tanyanya. Temannya tersenyum dan berkata, "Yang saya dengar hanya suara klakson mobil dan derap langkah orang. Apa yang kau dengar?" "Ada seekor jangkrik di dekat sini. Saya bisa mendengar suara nyanyiannya," jawab orang Indian itu.

Berjalan ke depan beberapa langkah, orang Indian itu menatap tembok sebuah rumah. Di situ ada tanaman merambat dan di atas salah satu daunnya seekor jangkrik sedang bernyanyi keras sekali. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, teman orang Indian itu berkata, "Secara alami kamu bisa mendengar lebih baik daripada kami."

Orang Indian itu tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang Indian tidak bisa mendengar dengan lebih baik daripada orang kulit putih. Saya akan buktikan."

Orang Indian itu lalu mengambil uang logam dan menjatuhkannya ke trotoar. Bunyi gemerincing uang logam membuat banyak orang di sekitar tempat itu menoleh ke arahnya. Kemudian, orang Indian itu memungut uang logam tersebut dan menyimpannya.

Saat mereka berjalan lagi, orang Indian itu berkata, "Tahukah kamu, sobat, suara uang logam tidak lebih keras daripada suara nyanyian jangkrik. Meski demikian, banyak orang mendengarnya dan menoleh. Alasannya, bukan lantaran orang Indian bisa mendengar lebih baik, tetapi kita selalu mendengar dengan lebih baik pada hal-hal yang biasanya menarik perhatian kita."

Keinginan

Segala bentuk keinginan positif disertai perencanaan yg matang dan dilaksanakan pada saat yg tepat, serta berpengang pada hidup saat ini, maka akan menghasilkan kesuksesan yg mantap.

Hidup saat ini mengingatkan kita utk tdk melekat pada keinginan kita, krn segala keinginan itu akan berhadapan dgn keberhasilan dan kegagalan.

Mengurangi keinginan yg dimaksud adalah keinginan rendah dan egois, yg hanya mengumbar keserakahan, kebencian dan kebodohan yg tdk membawa manfaat spiritual. Jika keinginan, cita-cita, tujuan hidup tdk didasari oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, tentunya akan membawa manfaat bagi kehidupan kita.

Mempunyai cita-cita harus membawa manfaat bagi kehidupan spiritual kita, dan juga sebagai sarana utk kesuksesan duniawi. Jadi jgn sampai potensi dunia ini disalah artikan yg akhirnya membawa kemerosotan batin. Dan cita-cita yg tampa disertai tindakan hanya akan menjadi impian saja, utk keberhasilan duniawi kita perlu kerja dan ulet serta cekatan sesuai profesi masing-masing. Begitu juga dgn hal spiritual juga harus mempunyai kemauan, usaha, pengorbanan dan kesabaran.

Jika cita-cita, harapan ataupun keinginan tdk bisa menjadi kenyataan, maka kita seharusnya mulai meninjau dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita seharusnya mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Apabila kebutuhan sdh terpenuhi barulah keinginan disusun berdasarkan tingkat kepentingan. Dgn mampu membedakan kebutuhan dan keinginan, tentu sdh cukup masalah kehidupan yg dpt diselesaikan.

Contohnya seseorg dgn uang seratus ribu, mungkin hanya memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu, seperti makanan, pakaian, sarana kesehatan. setelah kebutuhan pokok terpenuhi, barulah memikirkan memenuhi keinginannya, misalnya membeli ini/itu, memang memiliki uang senilai seratus ribu mungkin saja dirasakan kurang, tapi itulah kenyataan.

Jadi siapapun membeli ini/itu terlebih dahulu daripada kebutuhan pokok, merupakan keinginan rendah yg didasari kebodohan.

Dua Orang Ibu dan Seorang Bayi

"Tidak ada ibu kandung yang tega melihat anaknya sendiri dipotong."

Pada zaman dahulu, di sebuah desa kecil yang masih asri di Tiongkok, hiduplah dua orang bersaudara dalam rumah yang sama. Kedua isteri mereka sedang mengandung. Wanita yang lebih tua mengalami keguguran, tetapi tidak memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Ketika keduanya mengurung diri dalam kamar tertutup dan wanita yang lebih muda melahirkan seorang anak lelaki, wanita yang lebih tua mencuri sang bayi di waktu malam.

Selama tiga tahun, kedua ibu ini memperbutkan sang bayi. Akhirnya masalah itu diajukan kepada bupati di daerah tersebut. Setelah mendengarkan pembelaan masing-masing sang bupati mengatakan: "Karena hanya ada seorang bayi, saya tidak melihat bagaimana mungkin saya memberikannya kepada salah seorang dari Anda berdua. Hal terbaik yang mungkin saya lakukan hanyalah memotong sang bayi menjadi dua. Silakan masing-masing mengambil setengahnya."

Wanita yang lebih tua tersenyum dan segera menjawab, "Tuan, saya menerima keputusan tua." Akan tetapi, adik iparnya menangis dan memohon kepada sang bupati dengan mengatakan, "Saya mohon, tuan, jangan memotong bayi ini. Biarlah dia mendapatkan bayi ini!"

Ketika keputusan diambil, sang bupati memberikan bayinya kepada yang rela "mengorbankan" bayinya kepada wanita yang lebih tua. "Tidak ada ibu kandung yang tega melihat anaknya sendiri dipotong," demikian sang bupati mengatakan.

Pesan moral cerita:
Pengorbanan adalah cinta sejati.

Nasihat Ayah

Alkisah, suatu hari, Putri datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran di teras belakang rumah.
"Ayah," sapa Putri dengan kepala tertunduk dan nada suara yang murung.

Sambil menurunkan koran yang sedang dibacanya, sang ayah memandang putrinya yang beranjak remaja itu. "Ada apa, Nak?"

"Ayah. Putri merasa capek. Putri sudah belajar mati-matian di sekolah, untuk mendapat nilai bagus. Tapi teman sekelasku bisa dapat nilai bagus dengan cara mencontek. Itu kan tidak adil namanya. Putri juga capek karena harus membantu ibu membersihkan rumah hingga waktu belajarku jadi kurang, sedangkan temanku pada punya pembantu. Kenapa kita tidak punya pembantu, Ayah?"

Dengan suara lebih lantang, si Putri melanjutkan uneg-unegnya.

"Putri juga capek, karena harus menabung dulu untuk bisa membeli sesuatu, sedang temanku bisa belanja tanpa harus menabung. Lebih capek lagi, Putri harus menjaga segala ucapan dan tingkah laku, sedangkan teman-temanku seenaknya berbicara sampai Putri sakit hati! Pokoknya, Putri capeeek deh menahan diri. Putri ingin seperti mereka. Bebas berkata dan melakukan apapun." Dari suara sendu, Putri pun kemudian menangis tersedu-sedu.

Sambil mengelus kepala anak si putri penuh sayang, ayah berkata, "Jangan menangis Putri. Ayo ikut, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu!"

Sambil bergandengan tangan, ayah-anak itu menyusuri jalan yang berlubang di sana sini dengan banyak genangan air, semak berduri dan berbagai serangga yang berdengung di sekitar mereka.

"Ayah, kita mau ke mana sih?" tanya si Putri bingung. "Jalanan begitu kotor, aduuh... kaki Putri luka tergores duri. Iiih banyak nyamuk dan serangga pula!"

Sang ayah hanya menjawab pendek, "Sabar Putri, tegar Putri, sebentar lagi...."

Akhir perjalanan, mereka sampai di sebuah telaga yang menakjubkan. Airnya sangat jernih dan segar. Di sekelilingnya bunga yang cantik dan pepohonan yang rindang, serta burung dan kupu-kupu beraneka warna. Si Putri terpana kagum.

"Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi padahal tempat ini amat indah? Karena tidak banyak orang yang mau bersusah payah menyusuri jalan kecil yang jelek tadi sehingga mereka tidak bisa menikmati surga alam yang begitu indah. Untuk menikmati sesuatu yang indah, perlu perjuangan dan kesabaran. Sama seperti kehidupan ini, harus sabar, tegar dalam bersikap baik, sabar dalam kejujuran, sabar dalam memperjuangkan kebenaran nilai. Tegar dalam menghadapi setiap kesulitan dan masalah yang muncul."

"Tapi Yah, kan tidak mudah untuk selalu bersabar dalam kebenaran."

"Memang," jawab sang ayah dengan lembut. "Karena itu, Ayah dan ibu senantiasa menggenggam tangan Putri, membimbing dan mendukung dalam kebaikan dan kebenaran. Hingga kelak suatu saat nanti, Putri mampu tegak berjalan sendiri, mulia bagi keluarga dan sesama. Apakah Putri mengerti?"

"Mengerti Ayah, terima kasih."

Hidup adalah perjuangan, Mari kita menjalani hidup dengan penuh keberanian, keuletan, dan kesabaran.

Kelelawar yang Kesepian

Alkisah, ada seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah pohon. Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari.

Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan. Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon.

Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya. Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.

Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.

Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya. Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat.

Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.

Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, "Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita." Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, "Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku."

Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri. Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.

0 komentar:

Posting Komentar