Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya Buku Tiga

Kepekaan

Perangkap Tikus

Suatu ketika ada seekor tikus yang hidup di rumah seorang petani. Ia adalah seekor tikus kecil yang bahagia, sebab ia mendapat cukup banyak makanan. Sungguh bagus punya tikus di rumah, karena itu artinya kita tidak memerlukan penyedot debu. Biar si tikus yang memunguti remah-remah kecil dan mungil…,tapi itu kalau kita bisa melatih si tikus untuk mengambil remah di tempat yang benar. Ha ha ha.

Masalahnya, petani pemilik rumah tak pernah menyukai tikus itu. Suatu hari, ketika si tikus mengintip melalui retakan di tembok, ia melihat petani itu tengah membuka sebuah bungkusan. Saat ia melihat benda dalam bungkusan itu, ia ketakutan. Petani itu ternyata membeli sebuah perangkap tikus !

Begitu gegernya tikus itu sampai-sampai ia langsung menemui sahabatnya, Si Ayam, dan berseru, “Pak Tani beli perangkap tikus! Ini mengerikan! Ini bencana!”
Namun Si Ayam malah berkata,”Bukan masalahku. Tak ada hubungannya denganku, itu urusanmu, Tikus! Pergi sana!”

Tikus itu tidak mendapat simpati dari ayam, jadi ia pergi menemui sahabatnya yang lain, Tuan Babi. “Tuan Babi, Tuan Babi! Pak Tani beli perangkap tikus. Ini berita mengerikan, aku tidak tahu apa aku bisa tidur nyenyak malam ini! Aku dalam bahaya!”

Tuan Babi berkata ,”Gak ada urusannya denganku. Urusanmu! Perangkap tikus gak bisa menangkap babi. Kamu lagi sial saja, sana pergi!”

Tikus itu begitu kecewa dengan Tuan Babi, maka ia menemui sahabatnya yang lain , Nyonya Sapi.

“Nyonya Sapi! Tolonglah aku! Pak Tani sudah beli perangkap tikus! Aku begitu paranoid sekarang! Kamu tahu kan tikus biasanya lari kesana kemari dan tidak tahu lari menginjak apa. Aku bisa menginjak perangkap itu dan aku akan terbunuh…!”

Nyonya Sapi berkata,”Wah, wah…Itu pasti karma dari kehidupan lampaumu…Tapi sayangnya, tidak ada hubungannya denganku.”

Tikus itu tidak mendapatkan simpati dari satu pun sahabatnya. Dengan muram, ia pulang ke liangnya. Malam itu, seekor ular menyusup ke rumah petani itu dan ekornya terkena perangkap tikus itu.

Ketika istri petani datang untuk memeriksa apakah perangkap itu sudah menangkap tikus, ular itu mematuk istri petani itu. Akibatnya, istri petani itu menderita sakit berat. Karena beratnya sakit sang istri, petani itu berpikir , “Apa ya yang bagus untuk orang sakit? Aah … sup ayam!”

Maka petani itu mengambil ayam, memotong kepalanya, membuluinya, dan merebusnya menjadi sup untuk istrinya. Si ayam kehilangan nyawanya.

Istri petani tak kunjung sembuh. Sanak saudara berdatangan untuk memastikan apakah istri petani itu baik-baik saja. Karena banyak tamu berkunjung, petani tidak tahu harus menyediakan makanan dari mana buat mereka. Jadi ia menangkap si babi, menjagalnya, lalu menyajikan sosis dan ham untuk tamu-tamunya. Si babi pun kehilangan nyawanya.

Sekali pun telah melakukan segala upaya, istri petani malang itu meninggal jua. Karena ia meninggal – Anda tahu betapa mahalnya upacara pemakaman, maka petani harus memotong sapi dan menjual dagingnya untuk membayar biaya upacara. Jadi pada akhirnya, si ayam mati, si babi kehilangan nyawa, dan si sapi dijagal…. Semua ini karena perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus, tapi masalah semuanya.

Kita sering berpikir, “Ini tidak akan mempengaruhiku, tak ada urusannya denganku. Ini masalah orang lain.” Tapi kisah ini memberitahu kita :”Bukan! Ini bisa jadi masalahku juga.”
Itulah sebabnya mengapa kita harus saling menolong satu sama lain, walau kita tidak tahu bagaimana hal itu berakibat pada kita. Jika ada masalah dalam hidup Anda, mohon jangan berpikir bahwa ini masalah Anda, atau masalah dia. Alih-alih, pikirkan itu sebagai masalah kita, sebab kita semua berada di dalamnya bersama-sama, dan bagian yang indah dalam proses ini adalah berbagi dengan orang lain.

Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama. Jika upaya kita berhasil dan mencapai akhir yang baik, luar biasa. Tapi meskipun tidak berhasil, hal yang penting adalah : kita bekerja bersama-sama. Pokok masalahnya bukanlah dalam menyelesaikan semua masalah kita, namun ada pada kenyataan bahwa kita tidak bekerja sama. Di situlah masalahnya.

Jika kita belajar untuk saling bekerja sama, kita akan memiliki kehidupan spiritual yang menakjubkan ini, dan kita tidak akan merasa begitu kesepian. Lalu, kita pun makin dekat dengan realitas bahwa kita semua ada dalam perahu ini bersama-sama. 

Nasihat Pernikahan
Ada perumpamaan mengenai pernikahan yang biasanya saya ceritakan kepada pasangan mempelai. Dalam suatu pernikahan di Inggris, sepasang mempelai baru selesai melangsungkan upacara pernikahan mereka dan meminta pemberkahan dari saya.

Maka saya menatap lekat-lekat mata mempelai perempuan, dan berkata " Kini anda sudah menikah. Mulai sekarang, anda seharusnya tidak lagi memikirkan diri anda sendiri."

Mempelai perempuan langsung mengangguk.

Kemudian saya melihat ke mempelai pria " Mulai sekarang, Anda adalah pria yang sudah menikah. Anda sudah menjadi seorang suami. Anda pun tidak seharusnya memikirkan diri Anda sendiri."

Mempelai pria tersenyum. Lalu sejenak kemudian, ia baru mengangguk. Kaum pria memang biasanya begitu.

Sambil masih menatap mempelai pria, saya berkata " Mulai dari hari ini pula, anda pun tidak seharusnya memikirkan istri Anda."

Saya suka sekali mengatakan hal ini, sebab di titik ini mereka berdua keliatan benar-benar bingung! Pengantin perempuan pun mulai berpikir," Apa yang biksu gila ini omongkan?"

Lalu saya ganti menatap pengantin perempuan dan berkata," mulai saat ini, anda juga seharusnya tidak memikirkan suami anda."

Salah satu hal cara yang menakjubkan dalam menasihati orang adalah menggunakan kebingungan; sebab ketika kita dalam kebingungan,semua gagasan lama, cara berpikir untuk menyelesaikan masalah benar-benar tersingkirkan, sehingga kita bisa melihat rute pemahaman yang baru. Jadi kebingungan merupakan salah satu cara melihat kebenaran. Persis seperti ucapan favorit saya : jangan biarkan pengetahuan anda menghalangi di jalan menuju kebenaran.

Kedua pengantin ini berpikir bahwa menjalin hubungan itu berarti memikirkan mengenai pasangannya.

Lalu saya mengatakan," Mulai sekarang, Anda berdua seharusnya berpikir mengenai kita. Anda berdua adalah pasangan. Jika anda hanya memikirkan diri sendiri maka anda sudah melenceng dari hakikat suatu hubungan. Jika anda hanya memikirkan pasangan anda, maka anda pun luput dari maknanya, karena jalinan hubungan bukanlah mengenai saya, bukan mengenai mereka, namun selalu mengenai kita."

Jadi setiap kita menjalin hubungan, itu bukan masalah dia, atau masalah saya, tetapi.. masalah kita. Tak peduli siapa yang memulainya, itu masalah kita. 

Dialog dengan Umat Muslim

Saya pernah membaca buku mengenai Qur'an ketika saya masih muda. Namun saya benar-benar belum memahami konsep berpikir umat Muslim. Pada suatu malam sebelum tahun baru di Singapura, saya di undang berdialog bersama seorang pemimpin umat Muslim di hadapan Menteri Penanggung Jawab Urusan Umat Muslim di Singapura berikut hadirin lainnya. Saat itu, saya tepatnya berupaya untuk mencari tahu seperti apa umat Muslim itu dan bagaimana cara mereka berpikir.

Selama seluruh acara ini saya melihat. Saya tidak berupaya mencari-cari perbedaan di antara kami, namun benar-benar mencari tahu perasaannya. Saya menyadari bahwa ia adalah manusia, sama seperti saya, yang baik, tulus dan ingin melakukan kebajikan di dunia, serta saya berupaya mencari hal-hal yang sesungguhnya bisa kami sepakati, tetapi bukan dalam artian mendangkal, namun dalam tingkat yang mendalam. Dan begitulah bagaimana komunikasi terjalin.

Saya ingat dalam acara itu - yang seharusnya adalah acara " D and D" ( Bukan Dinner and Dance, tetapi mereka sebut Dinner and Dharma). Yang bisa saya makan hanya beberapa potong cokelat. Sungguh sulit menjadi seorang bhikkhu, karena kadang kami harus pergi ke acara-acara seperti ini, di mana mereka menyajikan beraneka makanan lezat yang menakjubkan, padahal yang boleh kami makan hanyalah satu-dua potong cokelat saja.

Jadi sementara kami berdialog di tengah jamuan makan malam tujuh hidangan, di antara hidangan ketiga dan keempat, ketika mereka masih akan menyajikan hidangan lagi, para hadirin masih meminta kami untuk tetap meneruskan dialog karena pembicaraan kami sangat menarik, dan mereka mendapatkan begitu banyak dari dialog antara biksu Buddhis dengan ulama Muslim yang tengah berupaya saling memahami, saling mendekati, yang merupakan sesuatu yang indah dan menakjubkan.

Ketika kita bisa melakukannya, maka hal ini bisa membantu komunikasi. Tetapi kita harus benar-benar hening, damai, dan sungguh mendengarkan, benar-benar mendengar dengan cara yang belum pernah kita lakukan sebelumnya.

Dengarkanlah gagasan tentang cara kita melihat hal-hal yang begitu asing, yang ada di luar pemahaman kita. Lihatlah dengan cara yang benar-benar baru. Bisakah kita melakukan hal ini kepada pasangan kita? Anak kita? Lingkungan kita? Alih-alih hanya mendengar dari kebiasaan dan cara bereaksi kita yang lama, yang berujung kebosanan, " Aduh, ini lagi ini lagi..."

Dengan cara melihat yang baru, akan muncul cara menanggapi yang baru. Kemungkinan-kemungkinan baru terbuka, dan disana, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.

Mendengar Total

Untuk bisa melihat dengan cara yang baru, belajar hal yang baru, kita harus mendengarkan dengan total, sepenuhnya hal ini bisa terjadi jika kita menaruh energi ke dalam momen kini.

Jika kita menaruh energi ke dalam momen kini, energi kita akan bertambah, bertambah, dan bertambah, sampai kadang tidak masuk akal bagi saya bagaimana secara fisik kita bisa mendapatkan begitu banyak energi.

Ketika ada orang bicara dengan kita, jika kita tahu cara mendengar sepenuhnya,kita akan berada di sana bersama mereka, dengan segenap indra kita terbuka terhadap segenap informasi yang mereka sampaikan kepada kita.

Bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga intonasi, lalu apa yang ada di balik kata-kata. Bagaimana kata-kata itu bisa diucapkan, bahasa tubuh, cara mata memandang, apakah tubuh tegak atau membungkuk, dan banyak lagi. Masing-masing hal ini memberi kita informasi yang merupakan bagian dari suatu kesatuan yang terlampau sering kita lewatkan.

Seringkali ketika orang bicara kepada kita, kita tidak mendengarkan mereka. Mereka bisa saja bersama kita, namun kita tidak melihat mereka. Mereka bisa saja menyentuh kita, namun kita tidak merasakannya sebab kita tidak benar-benar ada di sana. Kita tidak benar-benar terlibat dalam momen kini.

Terlampau sering masalahnya adalah orang lain tidak sungguh-sungguh mendengar. Mereka hanya separuh atau bahkan 90 persen berada di tempat lain. Inilah alasannya mengapa kita tidak mendengar, kita tidak memahami. Kita bisa saja hidup bersama seseorang bertahun-tahun dan kita masih saja belum memahaminya, karena selama bertahun-tahun itu kita tidak pernah benar-benar mendengar dengan total.

Bagi kita yang memiliki masalah dalam hubungan sesama, dengan pasangan kita, mengapa bisa begitu? Apakah anda atau pasangan Anda sudah mendengar dengan sepenuhnya? Apakah anda benar-benar ada disana, sepenuhnya terlibat dalam momen kini ketika mereka hendak mengatakan sesuatu kepada Anda?

Jika anda berkecimpung dalam dunia usaha, saya mengajarkan cara mendengar total kepada orang-orang dalam dunia bisnis. Suatu ketika, saya memberikan ceramah dalam konferensi sumber daya manusia ke 11 di Singapura dan salah satu hal kecil yang saya lakukan adalah mengajari orang-orang ini untuk mendengar sepenuhnya, bahwa ketika orang lain berbicara kepada anda, bukalah sepenuhnya bahwa ketika orang lain bicara kepada anda, bukalah pikiran, hati dan telinga anda sepenuhnya kepada mereka. Jika anda bisa melakukannya, maka anda akan selalu memiliki pelanggan yang setia. Pelanggan akan tahu bahwa kebutuhan mereka didengarkan.

Dari rekan-rekan kerja, Anda akan mendapat informasi mengenai bagaimana keadaan mereka dan sedang apa, sehingga anda tidak akan melakukan begitu banyak kesalahan. Bisnis, perusahaan, atau pekerjaan anda di kantor akan menjadi lebih harmonis, sebab anda berkomunikasi satu sama lain. Anda hadir bersama orang lain, anda sepenuhnya mendengar ketika orang lain bicara.   

 5. Keracunan Makanan
6. Tidak Menyadari Perubahan
7. Aku Ini Benar Atau Salah Ya?
8. Keluar dari Kabut
9. Peka Akan Kehidupan
10. Jeruk
11. Jika Bertemu Buddha di Jalan

Jangan Serius-Serius Amat

12. Rinzai Santai
13. Robot Biksu
14. Mengalihyakinkan Beruang
15. Dikejar Coffin
16. Sepeda dan Burung Dalam Sangkar
17. Loncat dari Jembatan
18. Menyelidiki Rasa Sakit
19. Hidup Dengan Agak "Liar"

Ketidakpastian

20. Tidak Ada yang Pasti
21. Just Do It
22. Cuma Begini?!
23. Tersenyum Ketika Runyam
24. Belajar Berhenti
25. Ini Pun Akan Berlalu
26. Semua Ini Bukan Milikku
27. Kenapa Aku?
28. Ahso Ahso
29. Kekuatan Keyakinan

Kematian dan Kehidupan

30. Berita Kanker
31. Saya Dermakan Hidup Saya
32. Dua Tujuan Hidup
33. Pelayanan Membawa Sukacita
34. Jasa Jemput Jenazah
35. Peti Mati Buatan Sendiri
36. Empat Utusan Kebenaran
37. Kehidupan Adalah Hukuman Mati
38. Turut Berduka

Hidup Mawas

39. Persepsi yang Melenceng
40. Puji Dahulu 15 Detik!
41. Lempar Koin
42. Bom, Polisi, Anjing Pelacak
43. Gajah Istana
44. Kiper Menangkap Bayi
45. Penguatan Positif
46. Memahami Pendarasan
47. Ramalan Jodoh
48. Kutukan Biksu
49. Aku Tidak Cukup Baik

Kebahagiaan dan Inspirasi

50. Gemuk dan Tertawa
51. Mencuci Kaki Ajahn Chah
52. Album Foto
53. Sukacita Inspirasi
54. Ikutilah Inspirasi
55. Inspirasi dalam Tragedi
56. Empat Kakek
57. Momen di Antara Momen
58. Menantang Gagasan Kebahagiaan
59. Kaisar dan Dua Petapa



0 komentar:

Posting Komentar