Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya Buku Dua

Raga yang Rentan

 Dok, Ada yang Beres Dengan Saya!

Ketika kita masih muda, badan kita bugar, kita sehat. Tapi mungkin kita sebenarnya memiliki apa yang disebut kekelirutahuan, kegilaan, dan kemabukan akan kesehatan. Ini karena kita berpikir bahwa sehat adalah kondisi alami; itulah segala yang kita pernah miliki; kita akan selalu sehat dan bugar; dan ketika kita jatuh sakit, itu menunjukkan kepada kita bahwa ITU bukanlah cara kebenaran bekerja; ITU bukanlah makna kehidupan.

Sakit adalah bagian dari hidup. Terlalu banyak orang berpikir bahwa jatuh sakit itu salah. Itulah sebabnya ketika orang sakit dan pergi ke dokter, mereka berkata, “Dok, ada yang tak beres dengan saya. Saya sakit.” Jika kita benar-benar bijak, kita seharusnya ke dokter dan berkata, “Dok, ada yang beres dengan saya. Saya sakit.”

Tidak ada yang salah dengan jatuh sakit. Siapa bilang bahwa sakit adalah sesuatu yang salah? Tapi, ada orang-orang di sini yang lapor pada saya bahwa ketika sakit mereka mengatakan kepada dokter bahwa ada yang beres dengan mereka. Dan dokter pun jadi kaget karena ini bukanlah hal yang lumrah dikatakan orang.

Ketika kita mulai berpikir bahwa sakit itu salah, sakit itu penghenti atau penghalang bagi cita-cita kita, atau ini adalah sejenis interupsi mengerikan bagi apa yang seharusnya kita kerjakan, atau berpikir bahwa penyakit harus disingkirkan segera agar kita bisa kembali ke kehidupan normal lagi, maka saat itu kita telah melewatkan makna besar penyakit: penyakit hadir untuk menjadi guru kita 

Senyum

Bagaimana kita membuat hal-hal sulit agar berlalu lebih cepat? Caranya, tetap di momen kini. ketika kita bermeditasi, kita tetap dalam momen kini, kita tidak merisaukan masa depan. Bertahan seperti ini sangatlah mudah, namun masih belum cukup.

Kunci keberhasilan meditasi adalah menaruh sukacita dalam meditasi. itulah sebabnya kepada orang-orang yang mulai bermeditasi, saya minta mereka sadar akan tubuh mereka, sadar akan mulut mereka, lalu naikkan ujungnya. Ya, senyumlah sedikit. Nah, meditasi akan jauh lebih mudah.

Saya mengetahui hal ini ketika saya masih mahasiswa. saya bukan tipe pelajar olahragawan. Bagi saya, olahraga itu menyenangkan, sampai beberapa orang mulai jadi terlalu serius menanggapi olahraga, dan saya tak pernah bisa mengerti kenapa mereka demikian. Namun, suatu hari, saya ada dalam perahu ini, di tengah sungai, bersama delapan pria lain, satu orang pengatur tempo, dan tujuh pendayung. Kami sedang dalam balap perahu. Dan astaga, begitu jauh kami harus mengayuh! Ketika baru setengah jarak tempuh, saya sudah tidak tahan lagi. Saya tak punya sisa tenaga lagi uttuk mengayuh dayung ini.

Pada saat itu, jika Anda pernah melihat balap perahu, selalu ada pelatih yang naik sepeda di jalanan di tepian sungai. Pelatih saya meneriaki saya dari tepian, "Kamu bikin wajahmu jadi jelek amat sih?! Senyum!"

Mungkin saya memang membuat wajah yang jelek. Kadang ketika kita bangkit dari meditasi, sebagian dari kita pun membuat wajah yang jelek -- cukup untuk membuat guru kita jadi kesal. Tapi pelatih saya bilang,"Senyum! Nyengir!"

Setidaknya saat itu saya masih muda, saya cukup lunak dan terbuka untuk menerima saran. Jadi saya melakukannya, saya tersenyum, nyengir, dan segera gayung pun jadi lebih mudah dikayuh. Saya mendapat lebih banyak tenaga. Semuanya jadi lebih baik.

Para pelatih tahu trik ini, tapi tahukah Anda bahwa trik ini bisa kita gunakan sendiri dalam hidup kita? Jika hidup kita menjadi sulit, bubuhkan sukacita dan kesenangan dalam hidup Anda. Jika Anda bisa menaruh senyum didalamnya, hidup akan menjadi lebih baik. 

Ajahn Nyamuk

Tembusilah sifat sejati segala sesuatu. Di sanalah kebijaksanaan dan pandangan cerah muncul. Tembusilah masalah seperti bos dari neraka, pasangan dari neraka,atau tubuh seakan di neraka, jika anda sangat sakit atau menderita.

Pertama - tama, coba lihat apa yang kita lakukan jika muncul masalah di dalam hidup ini? Kita langsung menyewa pembasmi hama. Ketika kita menemukan kecoak di rumah, kita panggil pembasmi hama, tembak mereka dengan insektisida. Jika kita mengikuti jalan seperti itu, kali berikutnya kita mendapatkan pasangan yang tidak kita sukai, tembak mereka atau jika kita tidak bisa mendapatkan bahan kimianya, berikutnya datang pengacara penceraian. Terhadap rasa sakit apa pun pada tubuh, tembak mereka dengan peluru ajaib yang di sebut obat kimia penyembuh. Terhadap apa pun yang tidak kita sukai dalam masyarakat, kita memanggil pembasmi hama. Inilah yang di sebut niat buruk.

Sering kali itulah kenyataan di dunia. Kita bertemu orang, teroiris, organisasi,atau golongan yang tidak kita sukai. Apa yang kita lakukan? Panggil pembasmi hama! Apakah ini efektif? berapa hama yang harus kita musnahkan sampai kita akhirnya puas? jawabannya : telalu banyak hama. Bahkan, nyatanya jika kita mulai memusnahkan hama, kita sendiri ikut menjadi hama, bisa - bisa kita ikut di musnahkan. hama seseorang adalah kesayangan orang lain.

Ketika kita melihat dengan cara ini, gagasan menyingkirkan hal - hal yang tidak kita sukai bukanlah jalan kedamaian, ketenangan dan pandangan cerah. Alih - alih kita mengikuti jalan lain. Di vihara kami thailand, kami mempelajari ajaran ini dari ajaran Chah. Ia adalah sejenis pemimpin hebat yang memimpin dengan teladan dan pengajaran. Ia selalu berkata,"Apapun yang mengganggumu, jangan coba memusnahkannya, tapi belajarlah dari nya."

Di vihara ini, salah satu pengalaman paling sulit adalah berurusan dengan nyamuk. Anda mungkin pikir ini bukan masalah besar. Namum memangnya anda bisa membayangkan tinggal di dalam rimba? 28 tahun yang lalu, di Thailand, saya hidup dalam rimba, di kelilingi sawah, dan tempat itu adalah sisa rimba kuno tempat begitu banyak nyamuk hidup. Ketika saya tinggal di sana, tidak ada penangkal nyamuk atau obat nyamuk. Pada tahun - tahun pertama, kami tidur di bawah pohon.

Nyamuk senantiasa berada di sana. Bahkan meski dengan segala macam kelambu di pasang, mereka selalu memiliki satu dan lain cara untuk masuk dan membuat anda gila karena mereka begitu gigih. Nyamuk - nyamuk ini juga sadis. Ada perbedaan antara nyamuk sadis dan nyamuk biasa. nyamuk sadis akan datang dan berdengung di sekitar telinga anda dulu, hanya untuk memperingatkan anda,"Saya datang! Saya datang! saya datang!"

Dan sebagai orang baik, anda seharusnya memiliki welas asih. Saya pun berwelas asih. kadang saya berpikir,"Oke, gigitlah dan cepat selesaikan!Ayolah!"

Lalu nyamuk - nyamuk ini, ketika anda melihat mereka mencobloskan mulut ke dalam kulit anda dan nyamuk thai menyengat, namum berhubungan anda adalah biksu yang tangguh, jadi anda biarkan mereka menusuk. Saya mengertakan gigi, menegakkan tubuh, dan mereka menusuk, lalu mencabut tusukannya, berjalan beberapa langkah,lalu menusuk di tempat lain lagi! Mereka begitu pilih - pilih, mereka memanfaatkan benar welas asih saya. Seperti orang - orang yang anda kenal, yang mengambil kesempatan ketika anda begitu baik kepada mereka, beginilah pula nyamuk - nyamuk ini: tusuk, cabut, lalu mengigit sekujur tubuh anda. Saya sampai berpikir,"Nyamuk, kamu benar - benar memaksakan keberuntunganmu!"

buruknya sebagai biksu anda tidak boleh menepuk mereka. Anda pun tidak bisa mengibas mereka. Itu perbuatan sia - sia. Kadang yang bisa anda lakukan adalah menepis atau menyentil mereka, dan tentu saja, ketika tersentil, mereka terbang berkeliling dan mendarat di tempat lain lagi di tubuh anda. Jadi sungguh sia - sia pula.

dan setiap malam, guru kami Ajahan Chah akan datang ke vihara baru kami dari vihara utamanya yang berjarak 6 km jauhnya. Ia datang untuk memimpin kebaktian sore, di ikuti satu jam meditasi lalu ceramah. ketika kebaktian, anda masih bisa menggunakan tangan anda untuk mengusir nyamuk, namum saat senja hari, ketika meditasi di mulai, itulah waktu yang paling buruk. Anda tahu bagaimana biksu berpakaian, kami memiliki begitu banyak bagian kulit yang terbuka, bahkan kepala botak tempat nyamuk bisa mendarat. Anda sih punya rambut, nyamuk tidak bisa mendarat di sana.

lalu nyamuk di Thailand mengetahui secara genetik sejak leluhur mereka bahwa biksu adalah hidangan gratis, bebas saji. Itulah sebabnya mereka berkeliaran paling banyak di vihara ketimbang di tempat lain. Yang kedua, nyamuk Thai selama berabad- abad telah menyantap makanan Thai sehingga ketika mereka melihat biksu bule, mereka menganggapnya sebagai hidangan luar biasa enak. Jadi mereka datang pada orang barat, dan ini bukan berlebihan.

Kami harus duduk disana, tidak terbiasa dengan nyamuk. Saya lahir di Inggris yang telalu dingin bagi nyamuk, nyamuk jelas akan membeku di sana. Namum di Thailand, dan anda duduk di sini, mereka langsung menyasar anda. Saya ingin lari, saya ingin menepuk mereka (tapi saya biksu). Alih - alih, anda duduk di sana bersama guru anda dan penduduk desa, dan merasa seperti orang bodoh. Jadi,bersama seorang biksu Amerika sahabat saya, kami memainkan permainan menghitung nyamuk yang datang mengigit paling banyak selama sejam itu. Biasanya saya hanya bisa menghitung 50-60 nyamuk pada saat yang sama, setelah itu secara harfiah anda tidak bisa menghitung lagi. Nyamuk berjubel telalu dekat. Dan para biksu Thai lainnya hanya duduk di sana. Pada kemudian hari saya tahu bahwa ada sesuatu dalam metabolisme tubuh orang thai yang demekian terbiasa dengan cuaca panas sehingga tidak menarik perhatian begitu banyak nyamuk.

Situasi ini begitu berat, bagaikan di neraka. Jadi kadang kami mengeluh pada guru kami, "Bisakah kami melakukan sesuatu? Bisakah menyediakan lotion nyamuk atau obat nyamuk lingkar?" Ajahn Chah berkata, "Tidak", dan malah bilang "kalian harus memanggil nyamuk sebaga Ajahan Nyamuk. Guru Nyamuk. Jangan coba menyingkirkan mereka. Makluk - makluk ini ada di sini untuk mengajari kalian sesuatu." Ia melanjutkan "Mulai sekarang, saya bukan guru kalian lagi. Ini guru baru kalian, Ajahan Nyamuk. Mereka datang memberi kalian ceramah. Dengar baik -baik dan hentikan upaya menyingkirkan meraka."

Betapa ini adalah pelajaran kecil yang luar biasa! Karena kami harus belajar langsung dari kehidupan nyata. Dan anda bisa belajar jauh lebih banyak ketimbang dari membaca buku, masuk universitas atau mendengar ceramah. Di sini anda benar- benar belajar dari kenyataan bagaimana menanggung kesukaran dan derita dalam hidup.

Nyamuk benar - benar mengajari kami bagaimana bermeditasi dengan benar. Saya benar - benar terpusat pada napas. Saya tidak bisa melamun atau memikirkan hal lain karena ketika batin kehilangan pemusatannya, seketika itu juga rasa gatal luar biasa itu terasa di kepala dan tangan saya. Jadi setelah beberapa lama,saya belajar bagaimana masuk ke dalam keadaan meditasi mendalam, di mana anda tidak bisa merasakan tubuh anda lagi, keadaannya begitu damai. Lalu hal - hal yang aneh terjadi, ketika saya keluar dari meditasi mendalam, di tempat nyamuk -nyamuk berkerumun di tangan saya, tidak ada bekas gigitan sama sekali. Karena biasanya setelah di gigit anda akan melihat bejolan kecil merah atau lecet,setidaknya akan tetap kelihatan merah. Namun tidak ada benjolan sama sekali.Awalnya saya berpikir ini pasti karena kekuatan meditasi. Namum beberapa tahun lalu saya menpejalari bahwa nyamuk tertarik dengan gas karbonhidisa yang keluar dari pori - pori anda. Semakin besar metaboslisme anda, semakin tahu bahwa anda ada di sana.

Dan saya menpelajari bahwa semakin kita cemas dan tegang dalam menghadapi kesulitan dan derita hidup, makin bertambah hebat pula derita nya. ketika kita benar - benar rileks dan melepas, masalah pun akan sirna. 

Masalah Adalah Gurumu

bahkan meskin masalah itu benar - benar mengganggu dan tak tertahankan, kita bisa belajar sesuatu dari nya. Bahkan tatkala makanan yang tersedia demikian buruk atau ketika kami harus duduk bersila begitu lama, mendengarkan ceramah yang membosankan, karena Ajahn Chah bicara sepanjang malam. Smua buku yang anda baca mengenai ceramahnya, beberapa batangan mestika kebijaksanaan yang inspiratif itu, kadang anda harus menunggu 7-8 jam ceramah sampai anda bisa mendapat satu dari mereka. Apa yang para biksu lakukan adalah menelusur dan menyaring smua isi ceramah ini dan menaruh mutiara kebijaksanaan ini ke dalam buku hingga anda bisa mendapatkannya dengan mudah. Ajahn Chah sama sekali tidak seperti itu. Anda harus mendengarkan berjam - jam untuk mendapatkan salah satu wejangan inspiratif itu. Kadang ceramahnya begitu panjang. Ia berkata bahwa hal ini mengajarimu sesuatu. Jadi jika anda mengalami sesuatu yang sulit di tanggung, anda harus menganggap hal itu sbg guru anda.

Yang pertama - tama bisa anda pelajari adalah apa yang kita sebut sebagai kebenaran Mulia pertama, yakni hidup ini tidaklah mudah. Hidup adalah duka, apa sih yang anda harapkan dari Hidup? Jika perkerjaan anda sangat mudah, dan anda menikmatinya, mereka tidak perlu membayar gaji anda. Gaji adalah sogokan, untuk membuat anda melakukan hal yang tidak anda sukai. Jadi pandanglah selalu gaji anda sebagai sogokan. Jadi jangan harap bisa menikmati perkerjaan anda. Jika anda menikmati pekerjaan anda, anda akan menjadi orang seperti saya, yang melakukannya gratis, tampa harap kembali.

Terutama bagi anda yang punya gaji besar, anda bisa mengharapkan duka yang besar. Sama pula halnya dengan tubuh anda: berapa banyak dari anda yang mengharapkan tubuh anda tetap sehat? Adalah delusi terbesar yang diciptkan oleh masyarakat bahwa anda seharusnya tetap sehat, dan jika anda sakit, maka itu salah anda! Anda seharusnya lebih sering pergi ke dokterr, tidak banyak makanan berlemak, lebih sering berolah raga, jangan telalu gemuk, dan astaga, betapa banyaknya tur rasa bersalah yang harus kita lalui dari masyarakat yang menuntut kita agar selalu sehat! Apa salahnya jatuh sakit? Jadi, saya sedikit berontak dan menuntut hak saya untuk bisa jatuh sakit.

Sering kali kita memiliki sikap semacam ini : kita menolak penyakit ini.Akibatnya kita membawa serta banyak masalah emosional dan kejiawaan di sekitar penyakit itu yang membuatnya kian buruk. Jadi kita seharusnya memanggil penyakit: Ajahn penyakit, dan juga kematian: Ajahn kematian. Ketika seseorang meninggal atau anda meninggal, kematian mengajari anda bahwa segala sesuatu tidaklah tetap. Anda tidak akan selalu muda dan sehat, segala hal akan berubah, akan berlalu.

Guru - guru inilah yang mengajri kita pelajaran bahwa dalam hidup ada banyak hal yang tidak bisa kita ubah, jadi kita belajar untuk menerimanya. Ketika kita belajar untuk menerimanya, hasilnya akan sungguh luar biasa. Kedamaian,ketenangan, dan kebahagiaan. Ketika kita berhenti berupaya mengubah mereka ketika ada sesuatu yang tidak bisa anda ubah, apa yang anda lakukan? Tidak melakukan apa pun.

Itulah mengapa gagasan kesunyian sungguh penting. Pada zaman modern ini, kita smua sangat piawai dalam melakukan banyak hal, namum tatkala terjadi pengolakan,derita, keresahan atau hal - hal yang mengganggu seperti nyamuk, berapa banyak dari kita yang bisa belajar tidak melakukan apa pun? Ketika hidup demikian sulit?

Jadi, ada waktu untuk melakukan berbagai hal, dan ada waktunya untuk duduk diam dan tidak melakukan apapun. Bos kita laksana dari neraka, tubuh kita seperti dalam neraka, kita tidak berdaya melakukan apapun. Ketika kita belajar menerima hal - hal ini, sesuatu yang mendasar berubah. Apa yang berubah saat itu adalah penderitaan bahtin lenyap.

Buddha mengatakan bahwa ada dua bagian duka : bagian yang jasmaniah - yang ada di dunia luar sana, dan bagian yang bahtiniah - yakni reaksi kita terhadap duak jasmaniah. Dan inilah ajaran dari Buddha sendiri : sering kali bagian jasmaniah yang ada di dunia seperti bos dari neraka, tubuh dari neraka, nyamuk atau krisis ekonomi, adalah sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Namum kita mampu melakukan sesuatu terhadap reaksi kita, bahtin kita, bagaimana kita menanggapi secara emosional dan spritual. Di bagian itulah kita memiliki kendali penuh, dan kita selalu bisa melepasnya, membiarkan pergi, dan berada dalam kedamaian, atau apapun. Inilah kepiawaian agung seorang yang tercerahkan, yang bukan teori belaka, namum bisa di praktikkan. 

Menyelami rasa sakit

Suatu hari saya pergi ke dokter di Byford. Saya jatuh sakit. Saya duduk di sana menunggu giliran di panggil. Saat itu saya masih mengajar meditasi di banyak penjara di Perth dan kebetulan sekali pagi itu salah satu petugas setempat juga bikin janji bertemu dokter. Ia masuk ke ruang tunggu, menoleh ke arah saya, lalu mengenal saya dan berkata, "Tak di sangka bisa melihat anda di sini." Saya merasa begitu bersalah. Saya seharusnya menjadi biksu yang menjalani gaya hidup sehat tampa stres apa pun, tapi saya malah ada di sini, di ruang tunggu dokter. Tapi hei! Bahkan para biksu pun jatuh sakit!.

Apakah anda pernah merasa begitu bersalah ketika anda sakit? Seakan anda melakukan sesuatu yang salah? Kita seharusnya memahami bahwa tidak ada yang salah karena jatuh sakit. Jika kita sakit, nikmati sajalah!

Setelah setahun menjadi petapa hutan di Thailand, saya terjangkit deman tifus. Saya di rawat di sebuah negera berkembang, di desa yang terbelakang, dan di rumah sakit yang amat mengenaskan. Jadi kondisi di sana benar - benar memprihatinkan.

saya ingat ketika saya harus berberapa kali pergi ke toilet. Tidak ada pispot di sana dan anda tidak akan di urus oleh perawat. hanya ada satu perawat pria, dan dia hanya berkerja setengah hari dari jam enam pagi sampai jam enam sore, namum pada malam hati tak seorang pun berjaga untuk merawat anda.

Pertama kali hal itu terjadi, ketika saya masih punya cukup energi untuk bicara kepada para biksu yang tergolek di sebelah saya,"Hei perawat malamnya belum datang juga..." Biksu itu menjawab,"Tidak ada perawat jaga malam. Kalau malam hari kamu benar - benar sakit, anggap aja itu karma buruk."

Jawaban itu sama sekali tidak membuat saya puas, malah membuat saya makin ketakutan. Saat itu saya benar - benar sakit. Lalu, jika anda ingin ke toilet,bangsal itu lebarnya sekitar delapan dipan dan toilet berada di ujung ruangan. Secara harfiah saya harus berpegangan ke rangka ranjang agar bisa berdiri, kemudian ketika anda punya cukup tenaga setelah 3-4 menit, anda harus menerjang ke ranjang berikutnya, berpegangan di sana lagi, sampai anda punya cukup tenaga lagi untuk pindah ke ranjang berikutnya. Butuh waktu setengah jam untuk bergerak dari ujung ke ujung ruangan - saya tidak melebih - lebihkan. Dan ketika saya sampai ke toilet itu, saya duduk di sana selama satu atau dua jam, karena saya tidak mau sampai harus kembali ke toilet lagi.

Saya melewati keadaan seperti ini selama 4 minggu. Pada awalnya saya tidak tahu bahwa saya kena scrub typhus. Saya pikir ini adalah deman tifoid biasa. Di vihara hutan kami ada banyak tungau dan mereka membawa penyakit ini. Jadi penduduk setempat kebal terhadap penyakit ini, jadi departemen kesehatan Thailand mengira tak ada lagi scrub typhus di daerah itu, sampai orang barat berdatangan.

Saya adalah salah satu dari enam orang pertama yang berdiam di vihara itu. Kami semua akhirnya terkena virus tifus berat itu. Saya masih muda dan cukup bugar,jadi penyakit itu tidak sampai mematikan, namum kadang saya merasa begitu lemas. Saya ingat suatu sore saya mengalami deman parah. Setelah berminggu minggu deman, lemah, stress, nyeri, saya memutuskan untuk meditasi saja daripada cuma terbaring.

Anda bisa bermeditasi jika anda menaruh perhatian di sana dan melakukannya sesuai petunjuk. Umumnya, anda melakukankannya dengan setengah hati, malas karena anda tidak harus benar - benar melakukannya. Namun saya berpikir,"Aku akan sungguh - sungguh bermeditasi dengan benar." Jadi saya meringkuk dalam posisi janin, lalu masuk ke dalam meditasi yang benar - benar dalam. Sungguh damai, hening, lega, bebas dari deraan deman.

Kejadian itu menunjukkan kepada saya sebuah fakta bahwa bahtin bisa terpisah dari badan. Bukan dalam artian batin mengambang di sekitar badan itu terjadi ketika kita mati dan biasanya sudah terlambat jika itu sampai terjadi. Alih -alih, kita masuk secara mendalam ke tempat nyeri, sakit, dan deman tidak ada.

Kejadian ini sungguh luar biasa, dan saat itu saya belum sempat merenunginya,namum saya tahu kisah guru saya sendiri, Ajahn Chah, yang pernah mengatakan bahwa ia mengidap malaria selama tiga tahun. Sebagian besar biksu dari generasi itu menderita malaria karena mereka tinggal dalam hutan dan tidak ada kelambu atau penangkal nyamuk, jadi mereka harus menanggung serbuan nyamuk. Deman malaria sungguh sangat melumpuhkan. Lalu dalam masa tiga tahun terkena malaria,ketika kita baru merasa agak baikan setelah beberapa lama, saat kita merasa kurang enak badan karena cuaca, saat itu deman akan kembali menyerang karena parasit masih bercokol dalam darah kita.

Ajahan Chah bercerita bagaimana ia mengatasi deman malarianya. Suatu hari, ia mendapat serangan deman lagi, dan intinya ia merasa muak dengan deman, Jadi ia memutuskan untuk bermeditasi. Namum bagian menarik dari meditasinya adalah ia tidak berupaya menyingkirkan rasa sakit atau lari darinya, namum pergi ke arah berlawanan atau melakukan apa yang di sebut psikologi terbalik. Ia langsung pergi tepat ke rasa sakit, tepat ke dalam penyakit itu, tidak berusaha menyingkirkannya, tapi untuk mempelajarinya dari lubuk hati. ketika ia memasuki pusat bara ini, yang terlihat seperti semak terbakar, yang makin lama makin panas, ia berada di tengah - tengahnya, dan ternyata bagian tengah itu sejuk.Namun ia bisa merasakan api di sekelilingnya. Hawanya semakin panas, namum lalu berhenti sama sekali. Perasaannya menjadi begitu teduh dan indah. Kemudian ia tidak pernah terjangkit malaria lagi. Saya pernah bertemu beberapa orang lain yang mengalami hal seperti ini.


Jadi alih - alih berusaha menyingkirkan penyakit, deman, nyeri ataupun lari darinya, mereka sesungguhnya langsung menuju pusatnya, berhadapan dengan iblisnya, bertatap muka hidung ke hidung, berusaha mencari tahu apa yang membuat kita kabur darinya, apa masalahnya, apa itu deman, apa itu sakit.

Itulah mungkin salah satu alasan mengapa scrub typhus saya pun sembuh. Saya tidak benar - benar tahu apa yang terjadi saat itu, namum saya curiga bahwa tatkala deman saya berhenti, saya mulai mendapat energi, terus dan sembuh.

Itulah kekuatan meditasi. Inilah tempat pernaungan luas ketika kita sedang sakit, atau jika kita akan sakit. 

Jimmy Hendrix Menyembuhkanku

Pada lain kesempatan, saya menemukan cara lain menangani penyakit, namum bukan melalui meditasi. ketika saya masih mahasiswa, saya baru saja menamatkan kuliah di Cambridge, lalu saya masuk ke Durham University di Inggris utara di jurusan keguruan. Saya baru masuk ke asrama ketika saya mendapatkan serangan flu berat. Saya tidak biasanya malas, tapi hari itu saya benar - benar tidak bisa masuk kuliah.

Seluruh siswa di asrama itu pergi kuliah, dan sayalah satu satunya yang tergolek di ranjang, merasa benar - benar sakit, tidak bisa bangkit bahkan untuk meraih secangkir teh. Merasa seperti mau mati, saya membatin, "Semoga malaikat mau datang ke kamarku sekarang. Ayo datang! Datang! Ambil Aku!" Saya merasa benar -benar sakit.

Tapi ada suara ketukan di pintu, dan saya adalah satu - satunya yang tertinggal di asrama itu. Saya ingin berkata,"Pergi!" Saya tahu itu pasti bukan malaikat pencabut nyawa, sebab jika iya, pasti sudah saya suruh masuk. Tamu itu terus mengetuk dan mengetuk, hingga akhirnya saya bangun dan membukakan pintu, rupanya itu pengantar paket. Pada zaman itu, jika adan suka musik, anda pasti akan punya stereo tape. Sungguh luar biasa betapa banyak pernik dan perangkat yang harus anda rakit agar bisa memaninkan sebuah kaset. Tidak ada ipod pada zaman itu. Stereo tape itu adalah benda yang saya kirim dari rumah saya ke asrama ini, dan akhirnya benda itu sampai juga.

Saya pikir,"Wow, hebat!" Dan saya tidak menyadari apa yang saya lakukan karena saya begitu senang. Saya membawa paket itu ke kamar saya, membongkarnya,merakitnya menjadi satu. Butuh waktu setengah jam sampai saya berhasil memasukkan kaset pertama saya : kaset Jimmy Hendrix. Ketika alat itu mulai memainkan lagu "Voodoo Child," flu saya sudah lenyap total. Mata saya berkaca -kaca, namum tidak ada batuk atau inggus yang keluar dari hidung saya.

Seperti mujizat saja. Namun jelas sekali apa yang terjadi adalah kebahagiaan dan kegembiraan mengalihkan batin saya dari sakit, dan penyakit itu pun sembuh.Sungguh luar biasa melihat betapa sakitnya saya sebelumnya, dan setengah jam kemudian sembuh total. Harus saya akui, saya tidak kuliah, saya mendengarkan kaset itu seharian.

Seperti halnya meditasi, ketika anda merasa bahagia, tubuh anda rileks. Jadi kebahagiaan, kedamaian, adalah salah satu penangkal penyakit yang hebat. Jadi,kapan pun saya membesuk pasien di rumah sakit, saya membuat mereka tertawa, saya menceritakan lelucon.

Sering kali hal kita lakukan saat membesuk orang adalah membuat orang malah menjadi kian merana dan tambah parah penyakitnya. bagaimana cara membuat orang sakit makin sengsara? Caranya tanykan bagaimana perasaan mereka hari itu.... 

Siap mati, siap hidup

Anehnya, dengan segala pengetahuan kita, dengan segenap pengalaman kita, apa yang paling tidak bisa kita terima adalah bahwa kematian bisa terjadi kapan saja. Kita tidak menerima ikhlas kenyataan ini. Akibatnya, kita memiliki pengharapan yang tidak realistis akan kehidupan, berpikir bahwa kita bisa merencanakan berapa lama kita akan hidup.

Ada dua orang lansia di Perth, keduanya adalah sahabat karib. Saat hal yang paling mereka sukai melebihi apa pun adalah menonton olahraga kriket. Saking cintanya, mereka sampai menanti - nantikan The Ashes, pertandingan kriket tahunan Austalia lawan Inggris yang akan di adakan perth dalam beberapa minggu. Namun ketika mengobrol, mereka bertanya - tanya, "Jika kamu mati dan masuk surga, mereka main kriket di surga gak ya?"

Sebagai pencinta kriket yang saleh, mereka pun bikin perjanjian"Siapa yang mati lebih dahulu akan turun dan memberitahukan jawabannya kepada yang lain : apakah mereka main kriket di surga."

Segera saja salah satu dari mereka mati dan dalam beberapa minggu kembali mengunjungi sahabatnya dan beraksi,"Aku punya dua berita kepadamu, kawan. Yang pertama:ya, mereka main kriket di surga. Yang kedua: giliranku memukul baru selesai, berikutnya giliranmu!"

Ini menunjukkan bahwa kematian bisa datang kapan saja, bahkan ketika anda tidak mengharapkannya. Jadi maknanya adalah ketika kita bisa memahami kebenaran hidup,alasan mengapa anda datang ke tempat ibadah adalah untuk lebih mendekati realitas kehidupan kita. Ketika kita memahaminya, kita cenderung tidak lagi berharap akan apa yang kehidupan bisa berikan kepada kita.

Kita memahami bahwa ketika kita bertemu dengan seseorang dan jatuh cinta, itu tidak akan bertahan selamanya. Kita memahami bahwa ketika kita menjalani masa -masa indah bersama, masa - masa itu pun punya waktu kadaluwarsa. Dan akan tiba saatnya ketika tubuh kita pun harus kita lepas. Ini seakan seperti ketika kita tengah mendayung perahu sewaan di danau, lalu ada orang berteriak dari tepian,"Hei nomor 10! Waktumu habis!"

Tak peduli betapa kerasnya kita ingin memberontak, dengan mengatakan kita belum siap, kita tidak bisa menunda kematian. Aneh sekali bahwasanya tak seorang pun atau sedikit sekali orang yang selalu siap jika kematian datang mengetuk. Banyak yang akan berkata, "Saya belum siap sekarang. Bisakah anda kembali lago besok? Dan bahkan besok pun, kita belum siap."

Kadang saya bertanya kepada orang -orang, "Berapa lama anda ingin hidup?" Orang-orang pada usia 20 an akan menjawab, "Sampai umur 60-70." Sungguh hebat seandainya saya bisa menaruh pernyataan tadi hitam di atas putih, sebab ketika mereka sampai pada usia 60, 70, mereka akan berkata,"Tidak, tidak, tidak.... 80 saja. 80 Cukup panjang." Ketika mereka sampai 80 tahun, mereka bilang "jangan,jangan...90 saja aja."

Sungguh aneh sedikit sekali orang yang siap untuk mati, padahal salah satu ciri orang bijak adalah siap mati. Ketika kita siap untuk mati, pada saat itulah kita siap untuk hidup. 

Sakit & Makna Hidup

Ketika badan sakit, batin tidak perlu ikut-ikutan sakit. Ketika sakit, kita tidak perlu berupaya untuk menjadi lebih baik saat ini, dan juga tidak perlu berupaya mengenyahkan rasa sakit, namu pergilah tepat ketengah-tengah penyakit atau demam atau kurangnya energi itu, untuk merasakannya lebih jauh.

Kesalahan orang-orang ketika mereka jatuh sakit adalah mereka minum peredam sakit, menonton televisi, berupaya menumpulkan batin dengan kantuk, atau berupaya melawan penyakit itu. Sungguh sayang menyia-nyiakan kesempatan yang begitu besar, sebab jika kita melawan penyakit, kita tidak mempelajari makna terbesar kehidupan.

Inilah pelajaran penting mengenai makna hidup tatkala sakit; segalanya diluar kendali kita. Maksudnya, kita tidak ingin sakit, tapi kita sakit juga. Kita tidak menginginkan ketidaknyamanan, namun kita mendapatkannya. ini menunjukkan kepada kita bagaimana menjadi rendah hati, dan bagaimana kita bekerja sama dengan kehidupan ketimbang selalu berupaya mengendalikan kehidupan.

Orang-orang menderita, karena mereka tidak paham bahwa mereka tidak selalu bisa pegang kendali. semakin cepat kita menyadari hal ini, semakin cepat pula kita menjadi damai. 

Kerusakan Otak Ajahn Chah

Pada usia lanjutnya, guru saya Ajahn Chah mengalami kerusakan otak. Otaknya mengeluarkan banyak cairan sehingga menimbulkan tekanan di dalam. Ia mengalami stroke, lumpuh, dan tak mampu bicara.

Sangat menarik berada di dekat orang yang telah melatih batinnya sedemikian hebat. Sebagian besar biksu menyadari, ketika seseorang berbicara kepada Ajahn Chah, ia sebenarnya memerhatikan. Kami melihat, guru kami mengendalikan batinnya dengan sempurna, meskipun ia tak mampu mengendalikan tubuhnya. Ia bisa masuk ke meditasi mendalam, walau mengalami kerusakan otak.

Karena ia biksu yang terkenal, Raja Thailand menyediakan perawat laki-laki untuk menjaganya selama 24 jam, bergantian dalam beberapa giliran jaga. Selain itu, ada tiga atau empat biksu yang melayani guru kami.

Suatu kali, Ajahn Chah berhenti bernapas. Perawat yang menjaganya ketakutan. Semua perawat tahu, sang guru akan mati. Tetapi mereka tidak ingin Ajahn Chah mati pada saat giliran jaga mereka. Perawat itu lalu berusaha memberikan napas buatan, sementara para biksu mengatakan, Ajahn Chah hanya memasuki meditasi mendalam. Lalu, dibuat kesepakatan. Perawat akan memeriksa darah Ajahn Chah setiap beberapa menit untuk memastikan masih ada oksigen yang cukup di dalam darah untuk dikirim ke otak.

Ajahn Chah berhenti bernapas selama beberapa jam. Tetapi sepanjang waktu itu, kadar oksigen dalam darahnya tetap stabil. Para biksu meyakini, Ajahn Chah berada dalam keadaan meditatif sangat dalam, yang disebut Jhana keempat. Meskipun otaknya rusak dan tubuhnya tidak berfungsi lagi, namun batinnya begitu tajam, penuh ke-eling-an, sehingga ia masih bisa melakukan meditasi Jhana. Otak bisa saja rusak, tetapi karena ia selalu melatih batinnya, maka batinnya sangat sadar. 

Berdamai Dengan Sakit

Ada orang di Australia Barat yang bekerja di pertambangan.ia mulai bekerja pada malam hari, selalu di giliran malam,sendirian, untuk menanam bahan peledak di sana. Ia adalah ahli dalam hal peledak. Ia akan pergi ke dalam tambang memasang peledak, dan memicu peledak hingga meledak.

Pagi harinya pekerja lain akan datang untuk mengais puing dan biji tambang,memasukkan ke truk untuk diangkut ke permukaan. lni adalah pekerjaan yang begitu berbahaya, hingga ia melakukannya sendirian pada malam hari ketika tak seorang pun bekerja. ia mengatakan bahwa hari itu ia telah memiliki firasat bahwa sesuatu akan terjadi malam itu, namun ia tetap pergi bekerja.

 la memeriksa baik-baik peledaknya, semuanya beres, seharusnya tidak berbahaya. Namun setelah memasang peledak, sebelum ia memasang alat picunya, mendadak ia mendengar suara dari arah belakangnya. ltu adalah salah satu kereta tambang. Seseorang rupanya Iupa memasang rem pada kereta ini dan kini kereta Ini menggelinding ke arahnya.

la mengatakan bahwa pekerjaannya memasang peledak itu sebegitu rapinya hingga tak ada ruang untuk melompat meloloskan diri. Kereta itu menghantamnya tanpa bisa dihindarkan! Meskipun ia terlempar hingga jatuh ke rel, namun ia tak bisa merasakan kakinya. Ternyata kereta itu memutus kakinya. Ia terbaring di sana pada tengah malam dan perlu waktu beberapa Jam sebelum kelompok glliran kerja pertama menemukannya. ketika terbaring di sana, la mengatakan bahwa itu adalah salah satu perasaan paling menakjubkan yang pernah ia alami dalam hidupnya.

 Ia mengalami apa yang disebut pengalaman religius, karena ia melepas rasa nyerinya yang begitu dahsyat. Ketika mereka menemukannya, mereka membawanya ke rumah sakit, dan ia bertahan hidup. Ia mengatakan bahwa salah satu pekerja yang mengunjunginya belakangan adalah orang yang lalai memasang rem kereta.

 Ia melihat pekerja itu hilir mudik di selasar rumah sakit, takut masuk karena merasa begitu bersalah. Ia memanggil pekerja itu, ”Tidak apa-apa. Tidak masalah sama sekali. Malah aku ingin berterima kasih karena kamu memberiku pengalaman yang menakjubkan itu!' Hal ini begitu membingungkan pekerja yang lalai tadi. Ia bukannya masuk malah melarikan diri.Pekerja tambang ini berterima kasih kepada pekerja lalai tadi,yang telah memberinya pengalaman yang senilai dengan sebuah kaki: pengalaman melepas.

 Begitulah bagaimana kadang kita bisa menghadapi penyakit: melepas! Tentu ada hal yang bisa kita lakukan misalnya minum obat atau berolahraga, atau apa pun, kita bisa melakukan itu. Namun berdamailah dengan penyakit itu, selidikilah, amatilah. Jika tak sembuh juga, dan membawa kematian, itu pun oke juga. Bagian dari penyakit, bagian dari rasa takut akan penyakit itu, adalah rasa takut bahwa penyakit itu akan membawa kita pada kematian dan kita takut akan hal itu! 

11. Mati dengan Elegan
12. Mati itu Oke

Siap Menerima Perubahan

13. Kekuatan Rasa Takut
14. Empat Cara Melepas
15. Satu Hal pada Satu waktu
16. Mau Di Sini
17. Memberi tanpa harap kembali
18. Batin Telfon
19. Motorku Hilang
20. Nyaris Bunuh Diri
21. Perlunya Tantangan
22. Tidak Berduka, Mana Mungkin?
23. Tidak Trauma, Kok bisa?
24. Nasruddin dan Kuda Sultan

Pukat Kelekatan

25. Mencari Yang Sempurna
26. Empat Ibu
27. Tahun-Tahun Alkohol di Cambridge
28. Gara-gara lubang di Jubah
29. Etika dan Integritas
30. Survei Agamawan
31. Valium dan Meditasi
32. Sahabat Terbaik
33. Jangan Menjadi Makhluk Kebiasaan
34. Cinta Menyembuhkan Obesesi dan Adiksi

Penolakan Terhadap Dunia

35. Hidup Bersama Orang Sulit
36. Eksperimen Kue
37. Orang sulit itu Tidak Ada
38. Makin Sulit Tersinggung
39. Pidato Penganugerahan Medali Curtin
40. Pukulan Kucing
41. Begadang dan Teh ilegal
42. Apa Hal yang Terburuk yang Pernah Kau Lakukan?
43. Malaikat Maut
44. Alih-alih Hanya Menjadi Korban
45. Siksa Neraka
46. Pertanyaan Samurai

Batin Keliru Tahu

47. Upacara Ayam
48. Upacara yang Perlu dan Tak Perlu
49. Cenayang
50. Mimpi Bisa Salah
51. Selamat Tinggal Ayah..
52. Good, Bad, Who Knows?
53. Ingatan dari Ingatan
54. Ini Benar, yang Lain Salah
55. Kembaran Ajahn Chah
56. Insomnia
57. Cabai Nasruddin
58. Kerugian Harvard
59. Bola Cahaya
60. Ujian Bernama Kehidupan
61. Anak Idiot
62. Empat Pendeta
63. Utopia Surga
64. Puisi untuk Bunda

Cinta Tanpa Keakuan

65. Anak-anak Down Syndrome
66. Selamat Jalan Sayang
67. Melepas Identifikasi Diri
68. Berbagi Kekonyolan
69. Aksi Kebaikan Tak Terduga
70. Narapidana, Triad dan Punk
71. Secarik Kertas untuk Musuhmu
72. Malu Menerima
73. Pastor Fransiskus
74. Menginspirasi Anak

Damai Bahagia Tanpa Syarat

75. Kami Memang Lebih Bahagia
76. Yang Terjadi Selalu Lain
77. Dilarang Lembur!
78. Daya Tahan Pun Tak Bertahan
79. Keledai Dalam Sumur
80. Dulu Kamu, Kini Aku
81. Hening Membantu Komunikasi
82. Penjara Eropa Timur
83. Balairung di Puncak Bukit
84. Bunga dan ilalang

Arif Menyikapi Kehidupan

85. Jimat
86. Buang-buang Waktu
87. Wadah dan Isi
88. Kiasan Goni
89. Aku Bukan Remaja Lagi
90. Temanku Bunuh Diri!
91. Suamiku Tak Tertarik Padaku Lagi
92. Vitamin C-ompassion
93. Kanker dan Keheningan
94. Investasi vs Komitmen
95. Merendahkan Agama Sendiri
96. Pasukan Senjata dan Taktik Khusus
97. Pelaut dan Profesor

Hati Bebas Lepas

98. Apa yang Terjadi Jika Tidak Terjadi?
99. Logika Piala Dunia
100. Mengapa Jujur itu Sulit Sekali?
101. Bolehkah Saya ke Wat Pah Nanachat?
102. Dusta Putih
103. Tidak Butuh Banyak Agar Bahagia
104. Garis Nadir Kehidupan
105. Kisah Patacara
106. Saya Cuma Tahu Bahwa Ini Salah
107. Nick, Orang Yunani
108. Ketika Semuanya Terbakar

0 komentar:

Posting Komentar