Rangkuman Materi Manusia dan Emosinya

Tentang Kecemburuan

" Sebagai umat manusia kita semua menginginkan hidup yang bahagia dan terbebas dari penderitaan,
Kita pun telah belajar bahwa kunci kebahagiaan itu adalah berupa kedamaian batin,
Hambatan terbesar bagi kedamaian batin adalah berupa emosi yang mengganggu seperti kemarahan, kemelekatan, rasa takut dan kecurigaan,
Sedangkan rasa tanggung jawab universal, cinta dan kasih sayang adalah sumber dari kedamaian dan kebahagiaan."
- Dalai Lama -

Bila kita merenungi kata bijak Dalai Lama mengenai kedamaian batin di atas maka kedamaian batin yang dimaksud hanya bisa tercapai apabila kita bisa belajar hidup untuk lebih ikhlas, legowo, pandai bersyukur dan tidak egois. Kedengarannya sangat sederhana untuk bisa berbuat demikian namun pada prakteknya, ambisi dan ego kita akan menjadi batu penghalangnya.

Sedangkan dalam menjalani hubungan cinta kasih antar manusia yang melibatkan nafsu di dalamnya, sudah menjadi kecenderungan ketika salah satu pihak ada rasa marah karena merasa diperlakukan secara tidak adil lalu digabungkan dengan rasa kemelekatan serta rasa takut dan curiga; semua impuls negatif tersebut akan berujung pada rasa kecemburuan.

Cemburu karena marah atas kehadiran orang lain yang dianggap sebagai pesaing dalam cinta kasih. Cemburu karena rasa kemelekatan, takut kehilangan dan curiga akan ketulusan sikap pasangan. Dimana jika rasa cemburu itu dibiarkan merajalela maka biasanya hubungan cinta kasih akan dipenuhi konflik tak berujung bagai berputar-putar pada lingkaran setan.

Rasa cemburu yang muncul di dalam diri seseorang bisa disebabkan oleh dua hal : sifat bawaan atau karakter dasarnya memang suka curiga dan iri; atau disebabkan oleh trauma.

Ada memang orang yang memiliki sifat dasar atau karakter bawaan mudah curiga, mudah iri dan cemburu dengan kebahagiaan atau kondisi orang lain. Sifat negatif ini bisa tercipta karena sistem pendidikan dan kondisi lingkungan dimana orang tersebut dari kecil dibesarkan atau juga karena faktor genetis seperti kelainan fungsi otak atau kelainan hormonal yang membuat temperament menjadi labil.

Sedangkan rasa cemburu yang timbul karena trauma pada umumnya terjadi karena dikhianati atau dibohongi kepercayaannya oleh pasangannya atau sewaktu kecil dia pernah kehilangan figur penting seperti ayah atau ibu yang meninggal, orang tua bercerai atau orang tua yang membuang dia sehingga membuat dia slalu didera rasa takut kehilangan yang terakumulasi menjadi sifat posessif. Ada keterlibatan rasa kurang percaya diri dalam hal ini yakni kurang percaya diri untuk bisa bertahan hidup sendiri atau tidak yakin bisa hidup tanpa bergantung pada kehadiran pasangan.

Bagi seseorang yang memiliki pasangan yang cemburuan dan posesif memang diperlukan kesabaran ekstra, rasa empati yang tinggi, mental yang kuat dan pola pikir yang dewasa untuk menenangkan dan menyakinkan terus menerus kecurigaan pasangannya.

Sedangkan bagi orang yang memiliki rasa cemburu yang akut maka untuk menguranginya diperlukan kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan kepada pasangannya, lebih ikhlas, berpikiran positif dan optimis. Dalam kasus trauma karena pengkhianatan maka dia harus bisa mengikhlaskan dan memaafkan hal yang sudah terjadi.



Foto :
Contoh ekspresi orang yang sedang cemburu dan curiga (diperankan oleh seorang top model terkenal - red).


Hubungan cinta kasih yang diwarnai cemburu membabi buta biasanya akan berubah menjadi hubungan yang menyiksa, penuh konflik, penuh curiga dan menggelisahkan hati serta pikiran. Hal ini akan diperparah lagi apabila orang yang cemburuan berpasangan dengan pihak lain yang berkarakter labil, egois, suka berbohong apalagi suka berselingkuh. Simbiosis keduanya akan membentuk hubungan cinta kasih dalam neraka dunia dimana konflik dan kekerasan akan timbul terus menerus tiada hentinya.

Ibarat pepatah mengatakan ketika haus meminum air laut, maka rasa haus malah semakin terasa menyiksa. Demikian juga dengan rasa cemburu, jika kita turuti maka rasa cemburu malah semakin meningkat intensitasnya.

Bagi anda yang saat ini memiliki pasangan yang mudah cemburu maka langkah pertama cobalah anda melakukan intropeksi diri. Barangkali saja ada suatu sifat buruk anda yang menjadi pemicu rasa cemburunya. Namun apabila memang sifat cemburu itu sudah menjadi sifat asli dia dan hal tersebut sudah berada pada batas toleransi kesabaran anda maka lebih baik tinggalkan dia. Banyak contoh tindak kriminal dan agesif brutal muncul diakibatkan oleh rasa cemburu buta.

Sedangkan bagi anda yang merasa memiliki rasa cemburu yang berlebihan, cobalah melakukan intropeksi diri untuk mencari penyebab dasarnya. Apabila anda cemburu karena takut kehilangan maka cobalah untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian dengan cara membuat anda menjadi insan yang memiliki kelebihan dan berharga. Perluas pula pergaulan dan wawasan hidup anda. Namun apabila cemburu timbul karena anda pernah dibohongi atau dikhianati pasangan maka cobalah untuk memaafkan kesalahannya dan menjalani hidup lebih legowo. Jika ternyata pasangan anda dikemudian hari masih mengulangi kesalahan yang sama maka sudah waktunya anda meninjau ulang bentuk hubungan cinta kasih yang dijalani. Bisa jadi memang dia bukan pasangan yang pas bagi anda.

Sungguh manusia bisa begitu menderita karena cinta yang bermasalah. Dan sungguh cinta tanpa syarat itu bagaikan sesuatu hal yang mustahil untuk dinikmati di dunia yang fana ini !

Namun inti untuk meraih kebahagiaan sejati terletak pada kedamaian batin. Untuk meraih kedamaian batin maka anda harus bisa mengurangi segala kemelekatan nafsu duniawi. Namun sayangnya, bagi insan yang menjalani hidup secara spiritual memang merupakan hal yang mudah dilakukan untuk melepaskan total ikatan nafsu duniawi sedangkan bagi orang awam kemelekatan nafsu duniawi hanya bisa dikurangi intensitasnya saja.
Manusia dan Masalah

" Menghadapi masalah itu penting untuk mengembangkan karakter dan pertumbuhan batin.
Masalah bisa membuat seseorang menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Masalah tidak pernah menjadikan seseorang persis seperti sebelum ia menghadapi masalah itu. "
- Vijay Eswaran

Setiap manusia di dunia ini yang masih hidup pasti memiliki masalah. Masalah bisa timbul karena hasil perbuatan sendiri, berupa musibah atau sekedar kesialan belaka. Namun bila direnungkan lebih mendalam semua yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat.

Hidup ini berjalan secara dinamis dan selalu berubah. Untuk bisa bertahan hidup, semua makhluk hidup termasuk juga manusia, mereka harus mau mengikuti perubahan atau seleksi alam akan menghancurkan dirinya. Demikian juga dengan masalah, masalah adalah salah satu agen perubahan. Manusia untuk bisa berubah maka dia harus memiliki masalah.

Bila kita renungkan kata-kata bijak di atas dari Vijay Eswaran, baik disadari atau tidak, masalah akan merubah seseorang yang mengalaminya. Orang yang terkena masalah bisa berubah dari baik menjadi buruk dan jahat, atau malah sebaliknya : dari jahat kemudian insyaf dan berubah menjadi baik.

Apabila timbulnya masalah dalam hidupnya tersebut dijadikan sebagai momen evolusi kepribadian maka tak menutup kemungkinan masalah yang diderita bisa menempa sisi kebaikan lalu meningkatkan derajatnya menjadi kemuliaan. Sehingga dari semula manusia baik lalu kemudian meningkat menjadi jauh lebih baik lagi.

Namun bagi yang kurang kuat mentalnya, biasanya masalah justru akan semakin memperburuk derajat sikap dan sifatnya. Terutama bagi mereka yang tidak bisa intropeksi diri dan hanya bisa menyalahkan pihak lain atau keadaan, sifat buruk yang dimilikinya akan berubahnya menjadi semakin buruk.

Sudut pandang kita dalam menyikapi masalah yang ada di dalam kehidupan akan menentukan perubahan yang akan kita peroleh. Agar sudut pandang kita dalam melihat permasalahan bisa jernih dan seimbang (obyektif) maka kita harus mau terbuka dan mau melakukan intropeksi diri. Jika kita memandang masalah sebagai suatu pembelajaran hidup secara positif maka masalah tersebut akan menempa sifat kebijaksanaan kita menjadi lebih matang dan dewasa. Namun apabila kita memandangnya secara negatif dan pesimis maka hanya keluhan, depresi, stress, marah dan gejolak perasaan negatif lainnya sebagai hasil reaksi yang kemudian akan menggerogoti jiwa raga kita.

Masalah bagi manusia bagaikan pedang bermata dua : bisa menghancurkan atau memperberdayakan pertumbuhan jiwa.

" Menghadapi masalah itu penting untuk mengembangkan karakter dan pertumbuhan batin.
Masalah bisa membuat seseorang menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Masalah tidak pernah menjadikan seseorang persis seperti sebelum ia menghadapi masalah itu. "
Kemarahan dan Kesabaran
Marah itu banyak macamnya, dari yang cuma cemberut sampai yang sampai membunuh orang. Api kemarahan memang tidak tampak wujudnya dari luar, tapi ia bisa membakar seluruh kebajikan, kebijaksanaan hati/pikiran, kehormatan diri dan kesabaran seseorang.

Kemarahan bisa membuat seseorang berbuat kejahatan walaupun pada dasarnya orang tsb. adalah orang yang halus budi dan bahasanya ..., ia bisa membunuh siapapun orang yang menjadi lawannya, bahkan bisa membunuh dirinya sendiri.

Kemarahan itu timbul pasti ada penyebabnya, untuk itulah kita harus cepat menganalisa dan meredamnya sedini mungkin agar tidak menjadi api yang berkobar-kobar yang siap membakar siapapun lawan kita itu.

Seseorang yang sedang marah besar akan melakukan apapun untuk melampiaskan kemarahannya itu, dan setelah puas marah-marah...hati dan pikirannya akan terasa lega..., kepalanya jadi dingin..., Itulah sebabnya dikatakan mempunyai puncak bagaikan madu yang manis....

Apa sajakah yang bisa menyebabkan kita marah ?

1. Marah, karena kita pernah dirugikan orang lain.
2. Marah, karena kita sedang dirugikan orang lain.
3. Marah, karena kita akan dirugikan orang lain.
4. Marah, karena seseorang yang kita sayangi pernah dirugikan orang lain.
5. Marah, karena seseorang yang kita sayangi sedang dirugikan orang lain.
6. Marah, karena seseorang yang kita sayangi akan dirugikan orang lain.
7. Marah, karena orang yang tidak kita sukai pernah dibantu orang lain.
8. Marah, karena orang yang tidak kita sukai sedang dibantu oranglain.
9. Marah, karena orang yang tidak kita sukai akan dibantu orang lain.
10. Marah, yang seolah-olah tanpa sebab. Misalnya, pada batu kecil yang kita tendang dengan tidak sengaja saat sedang berjalan, juga marah pada diri sendiri.

kemarahan terdiri dari beberapa tingkat. Kemarahan yang:

1. Hanya membuat pikiran keruh, tapi belum sampai membuat muka cemberut.
2. Membuat muka cemberut, tapi belum membuat badan gemetar.
3. Membuat badan gemetar tapi, belum membuat mulut mengeluarkan cacian dan umpatan.
4. Membuat mulut mengeluarkan cacian (ucapan kasar), tapi belum menengok kesana kemari (untuk mencari alat pemukul/senjata).
5. Membuat kepala menengok kesana kemari, tapi belum mengambil alat pemukul/senjata.
6. Telah mengambil senjata, tapi belum mempergunakannya, hanya mengancam.
7. Telah mengancam, tapi belum memukul orang lain.
8. Telah memukul, tapi belum melukai orang lain.
9. Telah melukai orang lain, tapi belum membuat patah tulang.
10. Telah membuat patah tulang orang lain, tapi belum terlepas dari tubuh.
11. Telah membuat anggota badan orang lain terlepas dari tubuh, tapi belum sampai mati.
12. Telah membunuh orang lain, tapi belum membunuh diri sendiri.

Maka, bila ia telah membunuh dirinya sendiri, berarti kemarahannya telah mencapai puncak dan membuat pikirannya gelap sama sekali.

Masih ingin memelihara dan berternak Kemarahan ?
Semua kembali kepada diri kita masing-masing, dan sejauh mana kita tekun berlatih untuk mengendalikan kemarahan ini dalam kehidupan sehari-hari.

KESABARAN


Hal yang paling mendasar untuk dipraktekkan adalah "Bukan terletak pada bagaimana kita dapat menekan dan mengatasi kemarahan"..., karena kemarahan yang sudah timbul bila ditekan , diatasi dan dipendam dalam hati akan banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan diri sendiri , seperti : Tekanan darah tinggi, sakit jantung, stroke dll.

Tapi hal yang lebih penting adalah "Bagaimana kita mengenal, memahami, menyadari dan menimbulkan kesabaran itu sendiri ", yaitu dengan cara mengamati apa-adanya setiap gerak-gerik dan perubahan yang terjadi pada perasaan, pikiran, dan faktor-faktor batin lainnya terhadap obyek yang diterima melalui 6 Indera kita.

Dengan demikian kita dapat melihat dengan jelas bahwa memupuk sifat "ke-Akuan" inilah yang menjadi biang keladi timbulnya kemarahan, ketidakpuasan dll...., namun tentu saja untuk menimbulkan dan mempraktekkan kesabaran ini tidak semudah yang dapat kita bayangkan..
Sikap Mental

"Seekor anjing tidak berarti anjing yang baik hanya karena dia pandai menyalak. Seseorang tidak berarti orang yang baik hanya karena dia pandai bicara."
- Buddha -




Tak jarang kita dibuat terpesona dan terkesan ketika kita bertemu seseorang yang begitu pandai dalam merangkai kata dan kalimat. Ucapan dan tutur katanya sangat mempesona dan persuasif sehingga dengan mudahnya dia bisa mempengaruhi hati dan pikiran kita.

Artikulasi yang menawan dalam berbicara disertai rangkaian kosa kata yang begitu indah yang dilontarkan seseorang dalam berkomunikasi memang bisa dijadikan sebagai tolok ukur tingkat kecerdasan yang bersangkutan. Namun sayangnya semua itu tidak bisa dijadikan sebagai parameter atau patokan ketulusan, kebaikan dan integritas yang ada di dalam hati sanubarinya.

Bagi sebagian kecil insan yang peka mata hatinya, bisa dengan mudah menilai jatidiri seseorang yang demikian pandai bertutur kata. Bagi orang awam diperlukan waktu untuk menyadari kebenaran dan kebersihan hati orang yang pandai berbicara. Bagaimana pun juga kebenaran cepat atau lambat akan terkuak seiring dengan waktu yang berjalan. Kebenaran sejati tak bisa disembunyikan dengan cara apapun juga, tidak juga dengan kata-kata nan indah sekalipun.

Pada akhirnya kebaikan, ketulusan dan integritas seseorang akan dibuktikan melalui sikap mental dan prilaku kesehariannya. Sedangkan manisnya tutur kata hanyalah polesan keindahan fisik luar semata.
Kesepian
  ' The hunger for love is much more difficult to remove than the hunger for bread '
' Kelaparan karena cinta sangat sulit sekali untuk dihilangkan dibandingkan kelaparan karena roti '
- Mother Teresa/Bunda Teresa -



Semakin modern pola hidup manusia maka cenderung semakin mengurangi kontak fisik dan kehangatan sesama manusia. Gaya hidup sibuk penuh tekanan hidup di kota-kota megapolitan seperti Tokyo, Paris, New York dan kota-kota besar lainnya bahkan di Jakarta sendiri telah menciptakan sosok-sosok manusia yang kesepian dan hampa di dalam hatinya.

Bila kita perhatikan kehidupan malam hingar bingar di ibukota, sejatinya juga banyak disebabkan oleh rasa kesepian dan hampa dalam menjalani kehidupan. Dalam kondisi ekstrim, rasa kesepian dan hampa akan mendorong seseorang melakukan bunuh diri karena telah kehilangan arah dan pegangan hidup. Kehidupan yang penuh tekanan masalah membuat pikiran jenuh dan bosan, maka dengan melakukan bunuh diri mereka berharap bisa menyelesaikan semuanya.

Di kota-kota besar, jumlah penduduk yang padat ternyata justru banyak melahirkan sosok-sosok manusia yang kesepian. Ironisnya, di kampung dan desa-desa yang hidupnya cenderung sederhana dan jumlah penduduknya pun tak sepadat di ibu kota justru kasus kesepian jarang terjadi karena keramahtamahan dan saling memperhatikan kebutuhan satu dengan yang lainnya memperkuat tali ikatan emosional mereka.

Kehidupan di kota-kota besar yang sangat kompetitif, tak mengenal ampun bagi yang lemah/kalah dan tuntutan kebutuhan hidup yang lebih mengarah ke nafsu hedonisme mendorong mayoritas penduduknya berubah menjadi makluk sosial yang individualistis dan egois. Seorang anak yang lebih pantas disebut anak pembantu terkondisikan demikian karena kedua orang tuanya sibuk bekerja pergi pagi pulang malam demi karir dan uang sehingga si anak sebagian besar diasuh dan diberi limpahan kasih sayang dari seorang pembantu alih-alih kasih sayang dari ke dua orang tua kandungnya (maka bisa disebut : anak pembantu). Suami dan istri yang pada akhirnya berselingkuh dengan rekan sekerjanya bisa terjadi karena masing-masing pihak terlalu sibuk bekerja dan sebagian besar waktunya habis untuk di kantor sehingga interaksi dan kehangatan rumah tangganya tidak terpelihara dengan semestinya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya, dimana pada intinya semua bermuara oleh rasa kesepian dan hampa.

Maka tak salah apabila Bunda Teresa berpendapat bahwasanya kelaparan karena cinta sangat sulit sekali dihilangkan dibandingkan kelaparan karena roti/makanan, karena kelaparan akan cinta lebih bersifat emosional dan psikologis bukan masalah fisik semata. Kelaparan akan cinta disebabkan oleh rasa kesepian, jenuh bosan dan kehilangan arah hidup. Impuls-impuls sifat negatif ini bila dibiarkan bisa berubah menjadi sifat yang adiktif dimana bila tidak diatasi dengan benar maka kecenderungannya akan semakin akut.

Kelaparan akan cinta dan juga kesepian sebagai penyebab utamanya bisa diatasi dengan pendekatan kepada Tuhan secara spiritual. Kedekatan emosional kepada Tuhan secara spiritual akan menciptkaan sifat ikhlas, legowo dan tenang sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh gejolak nafsu kehidupan. Maka oleh sebab itulah, mengapa orang-orang yang memiliki pondasi keimanan dan spiritual yang kuat mereka tidak mudah melakukan upaya bunuh diri apabila putus asa atau bersedih hati karena mereka memiliki pegangan kuat yakni kuasa Tuhan terhadap kehidupan mereka.

Jadi, apabila saat ini anda sedang berduka atau kesepian gara-gara cinta maka ada baiknya anda mulai berdoa dan mengadu pada Tuhan. Kepasrahan dan keikhlasan sepenuhnya pada kuasa Tuhan akan memberikan ketenangan dan kenyaman hati sebagai produk akhirnya. 
Intropeksi Diri dan Emosi

" Mengenal diri sendiri merupakan awal dari perbaikan diri "
~ Pepatah Spanyol ~



Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing yang bersifat unik sebagai individu. Tentunya kita sebagai makluk sosial mengharapkan diri kita maupun orang lain bisa tampil serta berprilaku sebaik mungkin sesuai dengan harapan serta norma yang berlaku.

Seringkali kita mendengar istilah 'Intropeksi Diri' yakni suatu proses pengenalan diri secara sadar yang mengacu ke dalam diri pribadi. Intropeksi diri jika dilakukan dengan tujuan yang positif bisa meningkatkan kelebihan sifat seseorang dan mengidentifikasikan sifat negatif dari yang bersangkutan namun apabila dilakukan terlalu berlebihan maka intropeksi diri ini justru berubah menjadi proses yang kontraproduktif karena bisa menurunkan rasa percaya diri, pesimis dan terlalu sensitif yang bisa berakibat si pelaku menutup diri karena merasa kurang nyaman dengan kondisi diri sendiri.

Saya pribadi setiap hari melakukan intropeksi diri yang lebih bersifat perenungan dengan cara menulis buku harian. Dalam buku harian tersebut saya lakukan dialog dengan kata hati; positif maupun negatif, senang atau susah, kesal atau bahagia, semua reaksi tersebut saya tulis tanpa disensor mengalir begitu saja. Tak cukup hanya di situ, ada beberapa hal yang tengah terjadi dalam kehidupan seringkali saya diskusikan dengan teman dekat atau seseorang yang saya percaya dengan tujuan untuk memperoleh masukan agar penilaian lebih berimbang. Saya menyadari proses dialog dengan diri sendiri melalui buku harian dan berdiskusi dengan pihak lain yang berjalan secara berkesinambungan memampukan jiwa saya untuk lebih awas dan sadar dengan inti tujuan kehidupan.

Intropeksi diri secara aktif pun bisa dilakukan dengan cara memperbanyak bacaan yang berisi tentang seluk beluk kehidupan orang (biografi ataupun autobiografi), kisah nyata dan buku-buku lain yang berisikan perjalanan hidup manusia. Ada beberapa acara tv yang berbobot yang bisa juga dijadikan sebagai bahan intropeksi diri seperti : acara talkshow Oprah Winfrey, acara talkshow Kick Andy, dan semacamnya.

Semakin sering kita melakukan intropeksi diri secara obyektif maka kita akan semakin awas terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri juga bisa meningkatkan rasa simpati dan empati terhadap makluk hidup lain. Proses perenungan pengenalan diri akan memampukan kata hati kita untuk menjadi guru sejati bagi diri sendiri.
Emosi dan Moralitas
 Emosi malu merupakan penjaga nilai moral. Adanya rasa malu melanggar nilai-nilai moral pada anggota masyarakat akan menjamin tetap tegaknya nilai-nilai moral itu. Begitu juga perasaan bersalah berperan dalam menjaga agar suatu nilai moral tertentu tidak dilanggar sekaligus melakukan kompensasi jika dilanggar. Misalnya, Anda menempeleng anak kecil yang telah berbuat ribut. Nilai moral menganggap tindakan Anda sebagai pelanggaran. Anda menyadarinya dan lalu muncul rasa bersalah. Setelah munculnya rasa bersalah, boleh jadi Anda akan berbuat meminta maaf dan melakukan tindakan lain yang menyenangkan si anak sebagai kompensasi rasa bersalah.

Kita tahu bahwa emosi sering bersifat spontan dan tanpa diniatkan dahulu. Pengalaman mengalami emosi berlangsung begitu saja. Tiba-tiba saja marah, kagum atau sedih. Saat Anda berhadapan dengan jurang, tiba-tiba saja Anda langsung gemetar takut. Namun demikian, sebagian pengungkapan ekspresi emosi merupakan sesuatu yang diatur oleh moral. Misalnya Anda jatuh cinta secara romantik pada saudara kandung. Secara moral hal itu tidak dibenarkan. Oleh karenanya emosi cinta itu tidak akan diungkapkan. Lalu misalnya Anda marah kepada anak Anda. Adalah tidak bermoral jika Anda memukulnya. Oleh sebab itu Anda tidak melakukannya.

Pada saat seseorang melakukan tindakan sadar untuk mengatur emosi yang terjadi secara spontan, maka pengaturan itu boleh jadi dipandu oleh nilai moral. Misalnya Anda berupaya menurunkan tingkat kemarahan, sebab marah-marah sembarang tempat dan sembarang situasi, dan juga pada sembarang orang, bukanlah sesuatu yang dianggap baik. Begitu juga misalnya rasa curiga berlebihan terhadap orang lain dinilai tidak bermoral, yang oleh karenanya maka Anda berusaha menurunkan kecurigaan Anda. Anda akan lebih mengontrol rasa curiga Anda.

Emosi yang kita alami juga memberikan informasi pada kita nilai penting moralitas tertentu. Adanya emosi membuat kita sensitif terhadap situasi yang relevan dengan moralitas tertentu atau malah kadang membuat solusi atas dilema moral yang dialami. Pada saat Anda menyaksikan seseorang yang melakukan pelanggaran moral, misalnya ayah memerkosa anak gadis sendiri, maka emosi tidak suka Anda timbul begitu besar. Itu artinya emosi memberikan Anda suatu panduan bahwa peristiwa itu sangat melanggar moral.

Pernahkah Anda merasa bangga memberikan bantuan? Misalnya Anda merasa bangga memberikan sumbangan dalam jumlah besar ke sebuah Panti Asuhan. Mengapa bangga itu Anda alami? Boleh jadi adalah karena Anda telah melakukan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh moral. Menyumbang pada yang menderita susah sangat dihargai dalam moralitas di masyarakat. Sebaliknya Anda mungkin merasa getir karena mengambil keuntungan dari penjualan rumah orang yang sedang dililit hutang. Sebab, meskipun tidak salah, mengambil untung saat orang susah kurang dihargai oleh moralitas masyarakat kita.
Emosi dan Seksualitas
 Dorongan seksual yang dipicu oleh perasaan nikmat dan ketertarikan bisa mendominasi pikiran dan tindakan. Jika sudah berhasrat, seseorang bisa pendek pikiran. Apapun dilakukan demi memenuhinya. Tidak jarang orang mau melakukan tindakan beresiko, seperti melakukan pemerkosaan, pergi ke tempat pelacuran atau mengundang pelacur. Bahkan sering ada yang sampai melakukan incest, atau melakukan hubungan seksual dengan keluarga sedarah.

Beberapa emosi sangat erat berkait dengan aktivitas seks. Emosi takut misalnya. Emosi itu membuat seseorang yang mengalaminya akan sulit melakukan hubungan seks yang nikmat. Adapun rasa takut akan diketahui orang lain pada saat melakukan hubungan seks, membuat banyak hubungan seks dilakukan diam-diam tanpa gaduh. Demikian juga emosi takut berperan dalam hubungan seks itu sendiri. Misalnya takut hamil, sehingga hati-hati melakukannya. Takut gagal ereksi. Takut tidak memuaskan. Takut sakit jika vagina dimasuki penis, dan berbagai takut dengan berbagai sebab lainnya.

Banyak orang sengaja melakukan hubungan seks yang sedikit menimbulkan cemas. Adanya emosi cemas semakin menantang dalam melakukannya. Misalnya melakukan hubungan seks di tempat ganti pakaian di Mall, hubungan seks di mobil yang diparkir di pinggir jalan, hubungan seks di lift, hubungan seks di taman, dan lainnya tempat-tempat umum. Campuran rasa cemas akan diketahui orang dengan hasrat seks, membuat hubungan seks semakin nikmat. Begitu pengakuan yang melakukannya.

Salah satu emosi yang sering muncul pada saat hubungan seks adalah perasaan bersalah. Terutama jika seks dilakukan tidak dengan pasangan sah alias selingkuh. Perasaan bersalah juga umum ditemui pada hubungan seks antara pasangan-pasangan yang belum menikah. Hubungan seks semacam itu dianggap banyak orang tidak bermoral sehingga memunculkan rasa bersalah bagi mereka.

Emosi cinta romantik atau asmara merupakan salah satu jenis emosi yang mendorong orang melakukan hubungan seksual. Ketertarikan seksual itu sendiri dianggap sebagai salah faktor dari cinta. Kebanyakan orang melakukan seks karena didorong oleh perasaan cinta. Bahkan, tidak jarang orang menilai cinta dari hasrat melakukan hubungan seksual. Jikalau tidak berhasrat melakukan hubungan seksual dengan yang dicintai maka lalu dianggap tidak cinta.
Emosi dan Menghadapi Masalah

" Moment terbaik seseorang adalah ketika dia tidak lagi lari dari kenyataan hidup, tetapi dia berusaha untuk menerima kenyataan hidup itu dan mencoba untuk mengetahui serta memperbaiki kekurangan dirinya. "
~ Normant Vince Peale ~



Reaksi pertama ketika kita memiliki masalah yang berat pada umumnya adalah kesal, gelisah bahkan marah-marah sebagai bentuk pelampiasan dari kegelisahan. Stress & depresi menjadi hasil akhir apabila permasalahan inti belum juga terselesaikan.

Tidur secara berlebihan, kecanduan obat terlarang atau alkohol, gila belanja dan lain sebagainya hanyalah suatu bentuk pelarian yang sejatinya hanya bisa melupakan sesaat inti permasalahan namun tidak akan menyelesaikannya.

Pikiran kacau, kekawatiran akan hal-hal buruk, takut akan resiko perubahan dan rasa kurang percaya diri seringkali menjadi penghambat utama seseorang untuk berani mengambil tindakan penyelesaian permasalahan.

Sebenarnya apabila masalah yang ada itu segera disikapi dan diselesaikan dengan segera maka sebagian besar ketakutan itu ternyata tidak terbukti. Namun untuk berani bertindak, diperlukan ketenangan hati & pikiran agar kita bisa lebih fokus dalam menilai dari segala aspek secara lebih berimbang.

Dalam proses menemukan solusi agar bisa mengambil tindakan yang tepat maka sangat diperlukan kemampuan untuk melakukan intropeksi diri, sabar bahkan mendamaikan hati & pikiran. Hasil yang didapat nantinya akan menjadi hikmah pembelajaran penting bagi kehidupan kita selanjutnya.

Jawaban kunci dari semua masalah yang terjadi di kehidupan ini apakah itu cinta kasih, keuangan maupun pekerjaan ; semuanya ada di dalam diri kita sendiri.
Emosi dan Gender
 Sebelum membahas lebih jauh, mula-mula harus dibedakan antara perbedaan seks dan perbedaan gender. Perbedaan seks adalah perbedaan yang ditentukan secara biologis. Misalnya dalam fungsi seksual. Adapun perbedaan gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh faktor budaya dan psikologis.

Umumnya orang menganggap bahwa perbedaan pengalaman atau ekspresi emosi antara perempuan dan laki-laki sungguh-sungguh ada. Masyarakat kita memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat kita cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah.

Peran gender sangat mempengaruhi keadaan emosional. Perempuan menekankan pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa bertanggung Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang laki-laki.

Tempat bisa mempengaruhi pengalaman emosi yang dialami antara laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan, hal-hal yang terkait dengan emosi positif biasanya ada di dalam rumah. Misalnya kehangatan, kebahagiaan, keamanan dan kenyamanan. Sedangkan diluar rumah sering dikaitkan emosi negatif, seperti tidak nyaman, tidak aman dan kejam. Bagi umumnya laki-laki, luar rumah lebih menarik karena memberikan tantangan emosional. Misalnya tantangan mendapatkan rasa bangga.
Emosi dan Spiritualitas
 Emosi sudah tentu memainkan peran dalam spiritualitas. Perasaan terhubung dengan sesuatu yang transenden, yang disebut Tuhan, memainkan banyak dimensi emosi. Perasaan terhubung itu juga merupakan sejenis emosi tersendiri. Sepertinya ada campuran antara rasa takut, sayang, bahagia, dan rendah diri.

Orang melakukan pemujaan dan ritual ibadah didorong oleh emosi-emosi tertentu. Seperti misalnya emosi takut akan dilaknat dan dimasukkan neraka. Selain itu mungkin juga didorong perasaan berharap, bahwa jika melakukan ibadah tertentu maka akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan; kelak mati akan mendapat surga, hidup menjadi berkelimpahan rejeki dan sebagainya.

Salah satu emosi yang sering muncul pada saat orang melakukan ibadah adalah perasaan damai dan aman. Oleh sebab itu ritual ibadah bisa digunakan untuk memunculkan emosi damai jika sedang dilanda kecemasan. Anda mungkin pernah melakukannya. Saat Anda mengalami cemas, maka Anda beribadah. Setelahnya cemas Anda akan menghilang.

Pada saat orang merasa mulai kehilangan harapan dan putus asa, adanya sesuatu yang transenden bisa mencegahnya berlanjut. Orang selalu merasa optimis meski situasi riil sama sekali tidak mendukung optimisme itu sebab adanya emosi percaya yang sangat kuat terhadap Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan akan menolong dan memudahkan entah bagaimana caranya.
Emosi di Tempat Kerja
 Apa jadinya jika diantara rekan-rekan terjadi perasaan tidak saling suka? Kerja tidak akan maksimal. Jika tidak ada rasa saling percaya, sulit akan melakukan kerjasama yang baik. Sebaliknya jika muncul rasa percaya antara rekan-rekan kerja, maka bisa muncul kerjasama yang membuat pekerjaan akan lebih berhasil.

Pada situasi kerja, sangat banyak faktor emosional yang memainkan peranan. Pekerja yang mengalami emosi positif, seperti senang, gembira, damai dan aman, akan lebih baik kinerjanya dibandingkan mereka yang mengalami banyak emosi negatif, seperti curiga, sedih, dan takut. Mereka yang mengalami emosi positif juga lebih puas dalam pekerjaannya. Oleh sebab itu pengunduran diri juga rendah. Emosi cemas akan dimarahi atasan jika pekerjaan tidak sempurna bisa membuat seorang pekerja stres berat. Atasan yang mudah marah-marah pada bawahan akan membuat bawahan bekerja dalam tekanan. Muncul juga ketidaksukaan pada atasan. Pendek kata, emosi sangat berpengaruh di tempat kerja.

Emosi juga bisa menjadi pedoman dalam bekerja. Misalnya malu dan bangga. Adanya malu karena gagal melakukan sesuatu yang baik dan berhasil akan menjadi pelecut bagi seorang pekerja untuk bekerja baik. Malu tidak naik-naik jabatan, akan membuat seorang pekerja berusaha bekerja keras agar di promosikan. Adapun jika bangga karena berhasil berprestasi dalam bekerja, maka orang akan berusaha keras dalam bekerja. Jika merasa bangga cepat naik jabatan, maka orang akan berupaya keras agar segera dipromosikan naik jabatan.

Mengingat besarnya pengaruh emosi di tempat kerja, maka manajemen tempat kerja yang baik sudah seharusnya memperhatikan faktor-faktor emosional tersebut. Pemimpin yang berhasil adalah yang bisa memanajemen emosi di lingkungan kerja.
Emosi di Bidang Seni

Seni adalah ungkapan kehidupan yang oleh karenanya menjadi wajar jika umumnya seni merupakan ekspresi dari emosi. Sekurang-kurangnya ada ungkapan emosi di sana. Terentang dari mulai seni tulisan, musik, drama, dan seni rupa, semuanya menampilkan emosi. Banyak cerita-cerita, musik-musik, film-film dan lukisan-lukisan yang menerangkan bagaimana emosi dialami dan terjadi pada diri manusia. Ada yang mengeksploitasi takut seperti cerita horor. Ada juga yang mengeksploitasi kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, dendam, dan lainnya.

Penikmat seni bisa ikut mengalami emosi seperti yang tergambar dalam karya seni. Penonton film horor akan ikut merasa takut. Penonton film tragedi akan ikut menangis. Pendengar musik alam, akan ikut merasakan damai. Tapi apakah emosi itu riil? Sepanjang Anda merasakan adanya emosi itu dalam diri Anda, maka emosi itu adalah riil. Meskipun tentu saja dengan kesadaran bahwa penyebabnya tidak benar-benar riil. Film horor hanyalah bohong-bohongan.

em1Seni bisa memperkuat dan menurunkan emosi. Misalnya musik. Suara musik berperan penting dalam memperkuat atau menghilangkan emosi tertentu. Musik yang mendayu-dayu akan lebih cocok untuk suasana romantik sehingga memperkuat emosi cinta. Musik yang menyayat akan lebih memperkuat suasana sedih. Musik yang cepat dan menghentak akan lebih memperkuat suasana gembira.

Pada akhirnya harus dikatakan bahwa tanpa emosi, sebuah karya seni menjadi tidak bermakna. Sebaliknya penikmat tidak akan dapat menikmati karya seni jika tidak memiliki emosi tertentu terhadap karya seni itu. Ketidaktertarikan pada sebuah karya seni menunjukkan bahwa emosi Anda tidak positif pada karya seni itu. Misalnya Anda tidak suka sebuah film, maka boleh jadi Anda secara emosional kurang dibangkitkan oleh film itu.
 Emosi Malu

Malu adalah salah satu emosi sebagai hasil penilaian terhadap diri sendiri. Selain malu, emosi yang muncul dari penilaian terhadap diri sendiri antara lain adalah bangga, sombong, bingung dan rasa bersalah. Anda harus menilai dulu apa yang telah Anda lakukan, baru Anda bisa merasa malu. Misalnya Anda ketahuan kencing di celana pada saat menonton film horor. Maka lalu Anda menilai apakah kencing di celana itu pantas atau tidak. Jika Anda merasa tidak pantas, maka Anda mungkin merasa malu.

Rasa malu dan juga rasa bersalah merupakan emosi yang menjadi alat kontrol sosial. Adanya malu dan rasa bersalah mengekang kita untuk melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkannya. Nah tindakan-tindakan yang menimbulkan rasa malu dan bersalah adalah tindakan yang tidak sesuai dengan standar. Jadi, malu dan rasa bersalah memberikan informasi pada kita apakah kita telah bertingkah laku standar atau tidak.

Dalam kehidupan sosial, ada banyak hal yang tidak bisa diterima masyarakat. Terdapat aturan-aturan standar tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik, ada juga standar tentang mana yang bagus dan mana yang jelek. Standar itu terentang dari perilaku, cara berpikir, rupa fisik, tujuan hidup, sampai gaya hidup. Misalnya telanjang di muka umum, selingkuh, menghianati teman, kumpul kebo, bohong, berprasangka, bicara jorok di depan umum, menghina orang, dan kentut di muka umum adalah hal yang tidak baik. Kalau melakukannya maka bisa menimbulkan malu. Pendek kata, malu diakibatkan karena diri dianggap tidak memenuhi standar. Mereka yang tidak memenuhi standar masyarakat sering dianggap ‘tidak tahu malu’ atau ‘memalukan’.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Karl G Heider, pada orang Minangkabau dan orang Jawa menunjukkan bahwa rasa malu ditimbulkan oleh beberapa situasi yakni, melakukan kesalahan, tidak mampu membayar hutang, memiliki stigma buruk, secara fisik maupun dalam berpakaian dianggap jelek, masalah pribadi diungkapkan kepada banyak orang, dimarahi atau ketakutan, dan mengalami kegagalan.

Kontrol sosial di masyarakat hingga saat ini masih dilakukan oleh emosi malu. Perasaan malu telah menjamin norma dan moral masyarakat ditegakkan. Namun demikian, seiring perubahan pola pikir, akan terjadi juga pergeseran. Misalnya, dulu bergandengan tangan mesra di muka umum menimbulkan rasa malu karena tidak lazim. Namun saat ini hal itu tidak menimbulkan malu bagi banyak orang. Oleh karena itu perilaku bergandengan tangan mesra mudah dijumpai dimana-mana. Lalu misalnya, dulu korupsi menimbulkan malu, sehingga orang enggan melakukannya. Saat ini, banyak orang yang melakukannya tidak merasa malu sama sekali. Oleh karena itu kontrol sosial berupa emosi malu sudah tidak berlaku lagi untuk kasus korupsi.

Apa yang membuat malu pada satu budaya belum tentu membuat malu pada budaya lain, tergantung standar masing-masing budaya. Lalu sebenarnya apa pengaruh budaya terhadap emosi? Pengaruh budaya dalam emosi sangat terlihat hanya dalam hal memaknai kejadian. Satu peristiwa boleh jadi akan menimbulkan marah pada satu budaya namun tidak pada budaya lain. Misalnya memegang kepala pada orang Jawa adalah hal lazim, namun memegang kepala pada orang Bugis dianggap sebagai penghinaan. Oleh sebab itu orang Jawa tidak marah, namun orang Bugis marah. Lalu misalnya, berciuman bibir dengan kekasih di depan umum adalah hal lazim di Amerika. Namun jika itu dilakukan di Indonesia maka akan menimbulkan malu.
Seputar Emosi Takut

Pernahkah Anda merasa takut? Misalnya bertemu orang yang menyeramkan, bertemu binatang buas, bertemu ular, atau takut jatuh? Sudah sewajarnya Anda pernah merasa takut. Setinggi apapun keberanian orang, ia mesti pernah mengalami rasa takut. Orang-orang yang berani tidak lahir begitu saja. Mereka menjadi berani karena telah belajar mengatasi rasa takut.

Pada saat ketakutan, seseorang bisa gemetar dan gugup. Susunan kata-katanya menjadi kacau balau. Sering salah-salah ucap. Kadang bulu kuduk merinding. Tidak berani melihat objek yang membuat takut. Terduduk gemetar dan diam. Tidak berani saling menatap mata. Kadang juga kabur menjauh dari hal yang menakutkan. Ekspresi takut sangat kentara. Sekurang-kurangnya orang akan menunjukkan kegelisahan. Begitu kuatnya dorongan fisiologis dari rasa takut sehingga orang banyak memberikan perhatian terhadap emosi ini.

Apakah penyebab emosi takut? Kita takut terhadap sesuatu yang berpotensi membahayakan diri kita. Ancaman bahaya itu bisa berupa rasa sakit, terhina dan terluka, atau bahkan kematian. Misalnya kita takut terhadap ular karena ular kita nilai membahayakan bagi kita. Kita takut naik pesawat terbang, karena berpikir pesawat terbang tidak aman. Kita takut dalam gelap, karena dalam kegelapan banyak bahaya yang tidak bisa kita antisipasi. Kita takut pada seseorang karena bisa menyakiti kita. Kita takut untuk membaca sebuah buku kontroversial karena khawatir itu akan menggoyahkan kepercayaan lama kita. Pendek kata, segala sesuatu yang kita anggap berbahaya bisa menimbulkan rasa takut.

Takut juga bisa ditimbulkan karena kita berada dalam situasi yang tidak familiar. Bayangkan tiba-tiba Anda berada di tengah hutan rimba tanpa seorangpun di dekat Anda. Jika Anda belum pernah memasuki hutan, maka mungkin Anda akan takut. Begitupun saat Anda masuk ke sebuah daerah yang belum Anda kenal, maka bisa jadi Anda merasa takut. Singkatnya, merasa terasing bisa menimbulkan rasa takut.

Ancaman kehilangan dukungan juga bisa menimbulkan rasa takut. Bayangkan jika Anda mencuri uang orangtua Anda. Anda mungkin merasa takut ketahuan. Sebab, jika ketahuan maka Anda akan kehilangan dukungan dari mereka. Anda akan dikecam seluruh anggota keluarga. Begitu juga Anda takut menolak ajakan teman-teman Anda untuk naik gunung karena Anda khawatir akan kehilangan teman-teman Anda. Seorang istri takut melawan kekerasan suaminya karena was-was akan diceraikan.

Dari berbagai penyebab takut di atas, dapatlah kita menggolong-golongkan takut. Setidaknya ada empat kategori takut yang berbeda, yakni :

  1. Takut pada kejadian interpersonal. Misalnya takut dikritik, ditolak, berkonflik, dan diserang orang lain.
  2. Takut karena permasalahan eksistensial. Misalnya takut pada kematian, luka badan, darah, pembedahan, dan penyakit.
  3. Takut pada binatang. Misalnya takut pada binatang buas, pada berbagai jenis serangga, dan pada beragam jenis reptil, seperti ular.
  4. Takut yang berhubungan dengan tempat. Misalnya takut pada keramaian, takut pada ketinggian, takut pada tempat tertutup, takut melakukan perjalanan sendirian, dan lainnya.


Biasanya emosi takut selalu dikaitkan dengan emosi cemas. Takut dianggap sebagai inti dari kecemasan. Rasa cemas merupakan antisipasi dalam menghadapi rasa takut. Biasanya takut dan kecemasan berlebih akan membentuk seseorang memiliki fobia, atau ketakutan terhadap hal-hal khusus tertentu. Pada tulisan di atas telah disebutkan beberapa jenis fobia. Sebagai tambahan, ada fobia terhadap kematian (thanatophobia), fobia terhadap binatang (zoophobia), fobia dikubur hidup-hidup (taphophobia), fobia terhadap rasa sakit (algophobia), dan lainnya.

Takut memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Emosi takut membuat seseorang mampu menghindari bahaya karena memberikan peringatan darurat. Adanya takut membuat seseorang mampu berlari menjauh dari bahaya. Fobia sebagai antisipasi takut juga sangat penting. Fobia terhadap tempat dan hal-hal berbahaya membuat orang tidak menceburkan diri pada bahaya yang mungkin mengancam jiwanya.

Ada dua mekanisme yang membuat takut bisa menghindarkan seseorang dari bahaya. Pertama, takut berfungsi mengatur tubuh untuk kabur dan memfokuskan perhatian pada hal tersebut. Saat seseorang takut, fokusnya hanyalah untuk kabur semata. Kedua, takut bisa membuat kesadaran terputus, gerak refleks dicegah dan bahkan menyebabkan pingsan. Dalam kondisi pasif ini, seseorang bisa juga terhindar dari bahaya. Misalnya pada saat akan diperkosa lalu jatuh pingsan, maka boleh jadi perkosaan akan batal dilakukan.
 Emosi Sedih
 Emosi sedih juga merupakan emosi dasar manusia, diluar marah, bahagia, takut, jijik, dan terkejut. Emosi ini sangat umum kita jumpai. Pun diri kita sendiri suatu kali mestinya pernah merasakan sedih. Coba Anda ingat-ingat kapan Anda pernah merasakan sedih. Anda pasti akan mengingat sekurang-kurangnya satu kali kesedihan yang pernah Anda alami.

Ekspresi sedih bisa dengan gampang dilihat. Seseorang yang bersedih akan terlihat dari ekspresi wajahnya yang sendu. Matanya mungkin berkaca-kaca karena menangis. Geraknya jadi lamban. Kata-katanya menjadi berat. Menjawab pertanyaan lebih singkat dan cenderung menjadi pasif.

Apa saja yang menimbulkan sedih? Kita bersedih saat berpisah dari sesuatu yang kita sayangi. Entah itu berupa orang (keluarga kita, pasangan kita atau orang yang kita cintai dan kita kagumi diam-diam), barang (benda-benda kesayangan dari mulai barang koleksi sampai mobil dan rumah), atau binatang (anjing, kucing, burung, atau apapun piaraan kita). Kita juga merasa bersedih saat mengetahui ada yang menderita. Misalnya orang tertimpa bencana atau mengalami kesusahan hidup. Lalu kita bersedih karena merasa ditolak atau tidak disetujui. Misalnya lamaran cinta kita ditolak. Kemudian kita juga bersedih jika merasa tidak memiliki harapan. Misalnya tahu bahwa penyakit yang diderita sudah tidak dapat diobati.

Biasanya emosi sedih sangat dekat dengan depresi. Pembahasan sedih tidak akan lengkap tanpa membahas depresi. Namun, depresi bukanlah sedih, melainkan percampuran antara rasa sedih, pesimis, tanpa harapan, dan mungkin juga marah. Jadi, depresi adalah emosi yang kompleks. Sementara itu, sedih bisa dibilang merupakan emosi tunggal.

Sedih bersifat fungsional. Tidak melulu merugikan seperti yang dikira umumnya orang. Seseorang yang bersedih akan lebih tergerak untuk memberikan bantuan. Misalnya Anda merasa sedih mengetahui seorang anak yang ditinggal mati semua keluarganya karena tersapu tsunami. Tentunya Anda lebih mungkin untuk memberikan bantuan pada anak itu ketimbang bila Anda tidak bersedih. Pun pada saat Anda mengalami kesedihan, dan kesedihan Anda itu diketahui orang, maka orang akan berupaya memberikan bantuan. Misalnya saat Anda sedih ditinggal mati orangtua Anda, maka orang-orang akan membantu Anda saat itu. Pendek kata, sedih juga berguna.

Emosi Bahagia

Sama halnya seperti emosi marah, emosi bahagia merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar manusia. Beberapa jenis emosi yang maknanya berdekatan adalah senang, aman, nyaman, cinta, damai, dan sayang. Emosi bahagia juga dianggap bersifat universal. Semua orang dari semua bangsa merasakan emosi bahagia.

Apakah yang paling ingin dicapai oleh manusia? Merasakan emosi bahagia. Lain tidak. Berbagai perilaku diarahkan untuk mencapai itu. Kerja sekeras tenaga mencari harta ditujukan agar bahagia hati. Belajar bersusah-susah, agar bahagia hati. Menikah, berpacaran, agar bahagia hati. Orang sangat enggan melepaskan hal-hal yang membahagiakan. Kalaupun dilepaskan, biasanya karena berharap akan mendapatkan rasa bahagia melakukannya. Tanpa emosi bahagia, itulah neraka dunia.

Ekspresi bahagia mudah dikenali. Anda dengan gampang tahu apakah seseorang sedang bahagia atau tidak. Orang yang berbahagia menunjukkan wajah sumringah dan cerah. Tersenyum lebih sering dan lebih lebar. Tertawa lebih kerap. Juga menjadi lebih baik hati dan lebih pemaaf. Jadi, jika Anda ingin meminta maaf, lakukan saat si dia sedang bahagia. Anda akan dimaafkan olehnya.

Apa yang membuat Anda merasa bahagia? Secara umum, orang merasa bahagia karena tercapainya keinginan dan kesuksesan, memperoleh keberuntungan, mendapatkan penerimaan, serta mempersepsi adanya sesuatu yang menyenangkan. Misalnya orang berbahagia ketika berhasil lulus kuliah. Orang bahagia ketika memperoleh undian. Orang berbahagia saat teman-teman datang membantu dan saat merasa dicintai. Orang berbahagia saat mendengar kebahagiaan. Begitu banyak hal di dunia ini yang bisa menimbulkan emosi bahagia.

Bahagia merupakan sesuatu yang sangat subjektif. Merupakan kesalahan jika menilai bahwa orang yang memiliki semua yang diinginkan orang lebih berbahagia. Mereka yang kaya raya, berkuasa, menawan, dan populer, belum tentu lebih bahagia daripada yang miskin, lemah, jelek dan tidak ada yang mengenal. Namun demikian, harus diakui bahwa kesejahteraan material juga berpengaruh terhadap emosi bahagia yang muncul. Umumnya, semakin makmur seseorang maka emosi bahagia yang dirasakan juga meningkat.

Setiap orang berbeda dalam kapasitasnya merasakan bahagia tergantung kepribadian. Adapun bahagia itu sendiri merupakan sifat kepribadian, yakni kestabilan dalam merasakan hal-hal baik tentang dirinya sendiri dan lingkungan. Artinya ada orang yang nyaris selalu merasakan bahagia sedangkan ada yang sering tidak bahagia. Anda mungkin pernah mendengar ada orang yang pemurung sebaliknya ada orang yang selalu bergembira.

Orang banyak mengalami emosi bahagia atau senang, adalah orang berpeluang panjang umur. Resiko mengalami sakit lebih rendah dibandingkan mereka yang kurang mengalami bahagia. Kekebalan terhadap penyakit juga lebih tinggi. Hal tersebut karena pada saat seseorang mengalami emosi bahagia, kondisi fisiologisnya berada dalam keadaan puncak. Semakin banyak emosi bahagia, akan semakin baik bagi hidupnya.

 Tentang Keharmonisan

 " Dibutuhkan dua orang untuk memiliki sebuah perkimpoian, namun hanya dibutuhkan satu orang saja untuk merubahnya. Pada akhirnya kita merasa putus asa dalam sebuah hubungan perkimpoian karena kita tidak bisa mengendalikan pasangan. Sesungguhnya yang kita butuhkan adalah belajar untuk mengendalikan diri kita sendiri."
~ Melvyn Kinder and Connell Cowan ~


Untuk bisa harmonis dalam hubungan cinta kasih baik itu dalam pernikahan maupun sekedar berpacaran maka diperlukan kerja sama dan keseimbangan diantara kedua belah pihak. Kedua belah pihak harus bisa saling memberi dan menerima dalam bentuk apapun secara berimbang.

Banyak diantara kita apabila hubungan cinta kasih yang ada ternyata tidak bisa berjalan secara harmonis sesuai dengan yang diharapkan maka reaksi yang muncul adalah merasa diri menjadi korban dan mencari-cari alasan untuk menyalahkan pasangan. Padahal apabila kita renungkan secara lebih mendalam, masalah yang muncul sedikit banyak kita pun punya andil di dalamnya. Kita berada di dalam suatu kondisi tertentu dalam cinta kasih bila dirunut dari awal sebenarnya adalah hasil dari pilihan kita sendiri.

Oleh sebab itu, daripada kita sibuk menyalahkan pasangan maka akan jauh lebih baik jika kita mulai melakukan intropeksi diri dan mulai melakukan perubahan dalam menyikapi cinta kasih dimulai dari diri sendiri. Dengan demikian, perubahan yang diharapkan akan lebih mudah tercipta.

Tentang Rasa Syukur

 " Ada dua hal dalam hidup untuk diraih yakni : pertama, mendapatkan apa yang Anda inginkan; dan kedua, setelah itu, menikmatinya. Namun hanya manusia yang paling bijaksanalah ... yang bisa meraih hal yang kedua."
~ Logan Pearsall Smith ~


Apa yang kita inginkan bila suatu saat bisa diwujudkan maka belum tentu hal tersebut bisa menjadi jaminan untuk hidup bahagia. Banyak contoh dalam hidup ini dimana orang yang sukses secara materi, jabatan maupun hal-hal lain ternyata mereka masih juga tidak berbahagia. Mengapa bisa demikian?

Semua berpangkal pada rasa syukur. Kenikmatan dan kebahagiaan bisa muncul dari sikap syukur atas apa yang telah diperoleh. Rasa gelisah, stress dan ketidakpuasan pun hanya bisa dihilangkan dengan rasa syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada Tuhan kepada kita. Namun untuk bisa bersyukur maka diperlukan sifat bijaksana dan tidak berlebihan dalam segala hal. Besar kecil hasil yang didapat maka akan tetap terasa nikmat.

Kebanyakan dari kita masih gelisah dan tidak bisa menikmati hasil usaha karena hati dan pikiran kita terikat oleh ambisi untuk bisa lebih dan lebih sehingga tak ada kata cukup. Alhasil, berapapun hasil yang kita peroleh akan sulit dinikmati.


Rasa Malas

Malas adalah penyakit mental. Siapa dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari gapaian.

Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll. Jika keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.

Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Mengapa disebut penyakit mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh individu-individu yang malas tidak jelas tidak akan pernah maju.

Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas jenis yang satu ini relatif lebih bisa ditanggulangi. Nah, bagaimana cara mengatasinya? Berikut kiat-kiatnya:

MEMBUAT TUJUAN
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.

Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan.

Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan- tujuan hidupnya. Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik (GPU, 2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang ingin diselesaikan, dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat secamilanik). Contoh komitmen; pada ulang tahun yang ke …. saya sudah harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih promosi pekerjaan, mencapai gelar S-3, memiliki rumah dan mobil, melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara, dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga.

MENGASAH KEMAMPUAN

Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan- tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Contoh; jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.

Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang benar. Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada posisi dan lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat.

Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.

PERGAULAN DINAMIS

Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama- lama dengan para orang malas dan pesimistik.

Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.

Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia-manusia optimis, self- motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.

DISIPLIN DIRI

Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Salah satu Motivator Indonesia, yang bunyinya; Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita. Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja?

Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.

Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut.

Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.

Iri dan Dengki

Bila Anda coba memperhatikan secara cermat orang-orang di sekeliling Anda, baik di lingkungan tempat tinggal ataupun tempat Anda bekerja. Mungkin Anda setuju pernyataan ini, bahwa tidak sedikit orang memiliki rasa iri dan dengki bila melihat orang lain lebih dari dirinya. Seperti misalnya ada orang lain yang lebih pintar di sekolah atau di tempat kerja, bukannya dijadikan tempat belajar atau bertanya, tapi malah terancam dijadikan objek sasaran untuk disaingi dengan cara tidak sehat atau dicari-cari kelemahan, kelengahan ataupun kesalahannya, supaya kelebihan orang tersebut tidak terlihat/ tertonjolkan atau kalau bisa dilenyapkan agar luput dari pandangan guru atau atasan.

Jika orang lain lebih makmur dan kaya, maka akan dicurigai dan dipergunjingkan bahwa cara memperolehnya dengan cara yang tidak benar, seperti: menipu, korupsi, atau bahkan dituduh mendapatkannya dengan menggunakan ilmu hitam.

Kelebihan yang dimiliki seseorang ternyata malah sering jadi tempat sasaran kedengkian dan keirian hati orang sekelilingnya. Apakah banyak manusia memiliki sifat tidak baik tersebut? Apakah semua orang yang memiliki kelebihan, baik itu kesenangan, kebahagiaan ataupun kenikmatan akan menjadi sasaran sifat iri dan dengki orang lain? atau hanya pada orang-orang tertentu? atau hanya pada orang-orang yang sombong dengan kelebihannya? atau hanya pada orang-orang yang semulanya dianggap lemah dan kecil? Sebaliknya juga timbul pertanyaan apakah setiap orang memiliki sifat iri dan dengki? Apakah kita mampu mengendalikan sifat buruk tersebut?

Pengertian Iri dan Dengki

Iri hati dan dengki hati adalah dua dari beberapa sifat buruk manusia yang juga disebut sebagai penyakit batin. Kedua sifat buruk atau penyakit batin tersebut sebenarnya memiliki pengertian yang tidak sama namun bisa disebut bersumber dari penyebab yang sama.
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan anugerah, rezeki atau kesuksesan yang didapat oleh orang lain, dan cenderung berusaha untuk menyainginya.
Sedangkan dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia atau mendapat nikmat atau kesuksesan dan berusaha untuk menghilangkan kebahagiaan, nikmat atau kesuksesan tersebut.

Rasa iri dan dengki baru tumbuh apabila orang lain menerima kenikmatan, kesuksesan atau kebahagiaan. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, kesuksesan atau kebahagiaan, maka akan ada dua sikap reaksi yang akan timbul pada manusia lainnya.

Ia benci terhadap nikmat yang diterima orang lain dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap reaksi inilah yang disebut perpaduan antara dengki dan iri hati.
Ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari orang lain, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap reaksi kedua ini dinamakan keinginan.

Dari kedua sikap reaksi manusia tersebut sikap iri dan dengki yang bisa membahayakan atau membawa bencana bagi orang lain. Sebagian manusia cenderung tidak mampu mengelakkan diri dari sifat iri dan dengki ini. Sifat buruk ini bisa terjadi pada setiap manusia dalam berbagai hal, yakni antara lain iri dan dengki kepada tetangga yang punya mobil baru, iri dan dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, iri dan dengki kepada seseorang di kantor atau di sekolah yang lebih trampil atau pintar, dan lain sebagainya.

Penyebab Timbulnya Rasa Iri dan Dengki

Rasa iri dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, antar teman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa iri dan dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada orang yang berjauhan cenderung tidak ada ikatan sama sekali.

Iri dan dengki antar sesama manusia disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah:

Merasa dirinya paling hebat, terlampau kagum dan pemujaan terhadap kehebatan dirinya. Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
Kesombongan, Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh kenikmatan atau kesenangan, dan menyebabkan orang tersebut berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya.
Kikir, orang seperti ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela ada kenikmatan pada orang lain. Karena sudah ada permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Maka akan diusahakannya jangan ada perolehan kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat kenikmatan atau kebahagian, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.
Takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang pegawai dengan pegawai lainnya untuk mendapatkan perhatian yang lebih banyak dari atasannya, dan sebagainya.
Ambisi memimpin, senang pangkat dan kedudukan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang ingin menandinginya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu habis saja karirnya, atau paling tidak hilang pengaruhnya.


Cara Menghindarkan Diri dari Sifat Iri dan Dengki

Agar kita terhindar dari penyakit batin iri dan dengki sebaiknya selalu bersikap rendah hati, tidak merasa lebih dari orang lain. Orang yang rendah hati walaupun misalnya ia tahu bahwa ia memiliki banyak kelebihan dibanding orang lain ia tidak akan merasa bangga apalagi membanggakan kelebihannya. Setiap kelebihan yang dimilikinya akan dinikmatinya dengan penuh rasa syukur dan terima kasih kepada TUHAN Yang Maha Pencipta yang telah memberikan kelebihan dan keberuntungan tersebut terhadap dirinya. Demikian pula kekurangan yang ada pada dirinya ia akan dengan ihklas menerima ketentuan TUHAN tersebut apabila ia memang tidak dapat menutup atau memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya ini. Kekurangan pada dirinya bisa berupa kekurangan fisik ataupun kurang cerdas misalnya, ia akan tetap percaya diri untuk berhadapan dengan orang lain karena dibalik kekurangan pada seseorang pastilah ada pula kelebihan yang dimilikinya. Bila ia melakukan perbuatan baik atau berbuat amal kebaikan maka ia melakukan tersebut karena didorong oleh keihklasan yang tulus untuk menolong kepada sesama. Amal kebaikan tersebut dilakukannya karena rasa kasih dan simpatinya pada orang lain.

Janganlah jadi orang yang terlalu banyak bicara, sebab orang yang terlampau banyak bicara dapat membuat hati menjadi keras. Berbicaralah yang tidak penting secukupnya dan hindari menjadi orang yang omong besar, pembual, tukang bohong, dan lain sebagainya. Banyak bicara dalam kebaikan boleh-boleh saja, seperti untuk mengajar, petugas pelayanan, ngobrol biasa dengan teman, tetangga, keluarga, dan lain sebagainya. Jagalah emosi dan nafsu. Emosi dapat membuat hidup menjadi tidak tenang. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu menjaga emosi kita agar tidak menjurus ke penyakit hati. Beberapa contoh nafsu yang harus kita tundukkan antara lain seperti nafsu akan harta, nafsu seks, nafsu makan, nafsu jabatan, nafsu marah, nafsu mewujudkan impian, dan lain sebagainya.

Mimpi Mencegah Gangguan Emosi


Tahu Mimpi kan? Mimpi adalah pengalaman bawah sadar dimana terjadi komunikasi antara tubuh, pikiran dan jiwa kita saat kita dalam kondisi relaks atau tidur.

Mimpi Mencegah Gangguan Emosi

Penelitian yang dilakukan para ahli dengan melakukan serangkaian test ujicoba mendapatkan bahwa pada orang yang dibangunkan saat awal mulai bermimpi tapi tetap diperbolehkan tidur 8 jam sehari, setelah 3 hari menjadi kehilangan konsentrasi, gampang marah, halusinasi dan tanda-tanda gangguan emosi serta psikologis lainnya. Kesimpulannya, mimpi berfungsi untuk melepaskan stress, ketegangan dan tekanan saat manusia tengah dalam kondisi sadar.

Orang Buta pun Juga Bermimpi

Orang yang mengalami kebutaan sejak lahir ternyata juga mengalami mimpi. Namun karena kebutaan sejak lahirnya membuatnya tidak memiliki database bentuk dan wujud dari refleksi gambar, maka orang yang mengalami kebutaan sejak lahir mengalami mimpi-mimpi tentang suara, bunyi, sentuhan dan perasaan atau emosi.Sementara orang yang mengalami kebutaan setelah tumbuh dewasa, maka mimpinya akan bercampur antara bunyi, sentuhan dan perasaan dengan refleksi gambar-gambar yang sempat direkam lewat matanya sebelum mengalami kebutaan.

Kita Hanya Memimpikan Apa Yang Kita Ketahui

Sering kali kita mengalami mimpi dengan setting lokasi atau kondisi yang asing dengan kita. Kita bermimpi ditempat-tempat asing, dan bertemu dengan orang-orang yang tidak kita kenal. Namun penelitian menyebutkan bahwa hal tersebut tidak asal diciptakan oleh otak. Otak hanya merefleksikan semua yang pernah terjadi pada kita dan menggenerate ceritanya dengan sumber dari ingatan kita. Dan yang membuat seolah anda tidak mengenali tempat atau hal-hal dalam mimpi anda andalah alam bawah sadar anda sebagai pusat penyimpanan data ingatan yang digali oleh otak untuk menciptakan kisah mimpi yang unik, aneh dan asing. Jadi, Otak sebagai sutradara tidak akan pernah kehabisan jalan cerita drama mimpi anda, karena sepanjang hidup anda anda telah melihat jutaan wajah, ratusan ribu tempat dan detail-detail lainnya. Yap, Otak tidak akan pernah kehabisan aktor dan setting untuk menciptakan film mimpi unik untuk anda.

Mimpi Adalah Simbol dan Kiasan

Apa yang anda alami dalam mimpi sebenarnya adalah cara otak menterjemahkan alam bawah sadar anda yang merupakan simbolisasi atas peristiwa real yang terjadi saat kita sadar. Otak sangat kreatif dalam menggali database memori kita. Kadang kala, otak menggali informasi ingatan kita begitu dalamnya sampai kadang-kadang kita takjub atas mimpi aneh kita sendiri. Hal inilah yang membuat banyak orang yang tertarik akan tafsir mimpi, karena dipercaya otak memiliki kesamaan dalam mentraslate ingatan kita dan mewujudkannya menjadi simbol-simbol menarik lewat jalan cerita mimpi kita.

Apakah Mimpi itu Berwarna?

Penelitian menemukan bahwa 12 % orang yang normal, dan tidak memiliki penyakit buta warna, ternyata dalam mimpinya selalu mengalami mimpi hitam putih. Sementara sisanya mengalami mimpi yang bervariasi antara hitam putih dan mimpi berwarna.

Apakah fungsi-fungsi emosi?

Emosi memiliki fungsi-fungsi vital bagi manusia. Emosi yang dialami manusia menjadikan manusia mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi yang diterimanya. Misalnya ada yang mengganggu maka muncullah marah. Lalu karena marah, seseorang mungkin akan bertindak mengusir si pengganggu.

Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan.

Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.

Bayangkan tiba-tiba Anda bertemu dengan ular. Anda mungkin merasa terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka Anda selamat dari gigitan ular. Tiba-tiba saja Anda melompat. Bayangkan juga saat Anda bertemu harimau di hutan, karena Anda takut maka Anda melarikan diri. Tanpa berpikir apapun Anda lari begitu saja. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena Anda memiliki respon otomatis. Anda otomatis merespon ular dengan melompat, dan merespon harimau dengan berlari. Bayangkan juga Anda dimarahi oleh atasan Anda karena kerja Anda tidak beres. Anda merasa takut. Jika tidak selesai maka Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu, maka Anda berusaha menyelesaikan pekerjaan.

Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.

Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda akan bersedih hati. Nah, adanya sedih membuat Anda menyesuaikan diri dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan. Lalu misalnya Anda sedang berlayar di lautan dengan kapal laut. Saat itu ada badai besar menerjang. Kapal Anda digoncang kesana kemari. Boleh jadi karena emosi cemas, Anda jadi lebih waspada. Anda lalu memakai pelampung, berpegangan erat, atau melakukan tindakan keamanan lainnya.

Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu.

Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan tertentu. Misalnya pada saat mengalami emosi cinta. Karena emosi itu, Anda berbuat macam-macam hal untuk menarik perhatian yang Anda cintai. Anda rela menembus hujan lebat karena ingin menunjukkan bahwa Anda selalu menepati janji. Mungkin Anda juga rela menemaninya mendaki gunung, padahal Anda takut ketinggian.

Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain

Anda marah. Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda tidak ingin disepelekan. Mungkin Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul orang yang membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan akan membalas dendam padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda.

Meningkatkan ikatan sosial

Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu.

Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian

Dono bertemu dengan seorang dara bernama Evi. Wajahnya cantik. Mereka berkenalan. Setelah berkenalan, emosi yang dialami Dono maupun Evi pada saat kencan akan menjadi tolak ukur apakah kencan itu akan diingat kuat, atau dilupakan. Jika Dono maupun Evi merasakan emosi suka yang kuat, boleh jadi mereka akan beranjak ke kencan berikutnya. Jika mereka tidak merasakan apa-apa, maka boleh jadi akan saling melupakan.

Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi yang kuat. Misalnya pertama kali dicium pacar karena saat itu Anda seperti melayang-layang di awan rasanya. Lalu misalnya saat Anda ditinggal mati orangtua Anda. Anda mengingatnya kuat karena saat itu Anda merasakan kesedihan yang sangat. Begitu juga saat Anda mengingat saat-saat dimana Anda merasa sangat ketakutan. Misalnya diancam preman, diserang anjing, atau yang lain.
Emosi marah

 Emosi marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua orang dari semua budaya memiliki emosi marah. Biasanya, marah dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agresi, kekejaman dan kekerasan. Marah dianggap memicunya. Oleh karenanya pembahasan marah biasanya selalu dikaitkan dengan agresi dan kekerasan. Emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Orang tidak jarang hilang akal saat marah.

Ada banyak hal yang bisa memicu munculnya marah. Mulai dari merasa tertekan, terhina, terhambat, dibatasi, dicegah, frustrasi, diperlakukan berbeda, sampai adanya penyimpangan norma. Anda mungkin marah jika dihina, dimaki dan disepelekan. Misalnya Anda dimaki tidak becus, pecundang, goblok, dan lainnya. Anda mungkin marah jika keinginan Anda tidak tercapai. Misalnya Anda ingin kenaikan gaji tapi tidak dikabulkan. Anda mungkin marah jika Anda dicegah melakukan sesuatu yang Anda inginkan. Misalnya, Anda dilarang bepergian. Anda mungkin marah jika orang lain tidak melakukan yang Anda inginkan. Misalnya pasangan Anda tidak membersihkan rumah, selingkuh, dan mabuk. Anda mungkin marah jika sesuatu tidak terjadi seperti yang Anda inginkan. Misalnya Anda berharap kereta segera datang, tapi malah datang terlambat. Anda mungkin marah mengetahui bahwa teman Anda melakukan aborsi, padahal tindakan itu tidak merugikan Anda. Anda marah karena tindakan aborsi dianggap keliru dan menyimpang dari norma.

Marah meskipun bernilai negatif tetapi tetap ada. Mengapa? Karena sebenarnya marah juga berguna. Marah memiliki beberapa hal yang menguntungkan bagi manusia. Pertama, marah meningkatkan energi atau intensitas dalam mencapai tujuan. Keterbangkitan marah membuat seseorang akan lebih bertenaga dan lebih fokus, plus lebih semangat mengejar tujuan. Misalnya Anda marah karena dihina goblok, maka kemarahan Anda membuat Anda lebih bersemangat dan lebih keras belajar. Lalu misalnya nilai moral Anda terancam dengan berdirinya rumah judi dan rumah bordil besar-besaran, maka lalu Anda akan jauh lebih bertenaga dalam menentangnya. Tidak hanya ngedumel, tapi Anda juga mau melakukan demonstrasi, bahkan merusak bangunannya.

Kedua, ekspresi marah berguna dalam menyampaikan sesuatu. Kita bisa menyampaikan apa yang sedang dirasakan. Selain itu kita bisa menunjukkan niat kita untuk menyerang atau berbuat destruktif. Ekspresi marah kita itu akan digunakan orang lain sebagai bahan pertimbangan untuk bertindak. Artinya marah yang kita alami akan mempengaruhi orang lain.

Ketiga, ekspresi marah bisa digunakan untuk mengintimidasi orang lain, menghadirkan kesan kuat, dan menunjukkan ancaman. Keberhasilan melakukan hal tersebut bisa membuat seseorang memperoleh sumber daya tertentu dan menghindari ancaman dan bahaya. Misalnya, menagih hutang yang lama tidak bayar sambil menunjukkan ekspresi marah, bisa membuat orang yang ditagih merasa takut sehingga mau membayar hutang.

Keempat, marah mengurangi kecemasan dilukai atau disakiti. Pada saat seseorang marah, perasaan tidak aman menghilang. Marah juga menghambat dan menghilangkan perasaan tidak memiliki harapan sampai ke kesadaran. Artinya, rasa tidak memiliki harapan tetap akan tersimpan sebagai ketidaksadaran dengan munculnya marah.

Terakhir, mengingat tanda-tanda marah dalam diri orang lain menjadikan seseorang bisa menggunakan strategi pemecahan masalah yang efektif dalam menyelesaikan konflik. Misalnya tahu bahwa konflik terjadi karena seseorang marah telah disepelekan, akan mempermudah dalam upaya penyelesaiannya.

Ada orang yang sangat mudah marah. Hampir di semua situasi ia marah-marah. Tidak peduli di rumah, di jalan, di tempat kerja atau di manapun. Sedikit hal tidak sesuai dengan keinginannya ia akan marah. Orang demikian itu biasa disebut pemarah. Jika marah-marahnya dalam kondisi ekstrim, maka akan disebut mengalami gangguan kepribadian, biasanya dengan istilah kepribadian antisosial. Penderitanya tidak boleh tersinggung sedikitpun. Semuanya harus berjalan sesuai keinginannya. Akibatnya mereka kurang mampu bergaul dengan orang lain. Tidak ada yang mau dekat-dekat pada mereka karena hanya akan dimarahi.

Marah buruk bagi kesehatan. Berhati-hatilah, marah bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke. Hasil penelitian Harvard Medical School menunjukkan hal tersebut. Orang yang paling mudah marah berpeluang tiga kali lipat untuk memiliki penyakit jantung. Marah-marah pada usia muda merupakan prediktor yang baik terhadap terjadinya serangan jantung hari tua. Semakin tinggi marahnya maka semakin tinggi resikonya.


Kecemasan; Pengertian dan Faktor Penyebabnya

Kecemasan (Anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan phobia (fobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun.

Kecemasan

Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :

  • Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
  • Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
  • Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.
  • Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.


Lebih lanjut, menurut Suryabrata (1986) apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan suatu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya.
Faktor Penyebab Timbulnya Kecemasan

Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.

Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

Menurut Miramis (1985), kecemasan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya. Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan bierkan kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.

Secara sederhana kecemasan dapat disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung menaksir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan. Kecemasan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri.

Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

Secara umum Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal pada setiap individu, namun jika tidak dihadapi secara tepat maka akan menimbulkan gangguan psikologis yang lebih jauh. Pada artikel berikutnya dunia psikologi akan menghadirkan gejala-gejala, tips mengatasi dan treatment terhadap kecemasan (anxiety).
 
Depresi ; Pengertian, Penyebab dan Gejalanya

Depresi adalah gangguan mental yang setiap orang berpeluang mengalaminya. Banyak dari kita kebingungan untuk membedakan antara depresi, stress dan kesedihan. Belum lagi membedakan beberapa jenis dari depresi, misalnya unipolar depression, biological depression, manic depression, seasonal affective disorder, dysthymia, dan lainnya. Ada begitu banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tentang depresi. Sekarang saatnya kita mengetahui apa itu depresi, dengan tujuan memudahkahkan seseorang atau diri anda ketika mengalami depresi.

Definisi Depresi

Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli, mari kita simak :

Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).

Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

Penyebab Depresi

Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya

1. Faktor Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.

2. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.

3. Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;

  • Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.
  • Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
  • Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
  • Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.
  • Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.


Penyebab depresi adalah faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Gejala-gejala Depresi (Symptoms of Depression)


Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Berikut ini beberapa gejala dari depresi :

  • Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong
  • Perasaan putus asa dan pesimis.
  • Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.
  • Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati.
  • Penurunan energi dan mudah kelelahan.
  • Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
  • Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.
  • Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis.
  • Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri
  • Gelisah dan mudah tersinggung
  • Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap pengobatan, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis


Pada umumnya gejala depresi antara lain murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan.

0 komentar:

Posting Komentar