Spiritual dan Altruisme



Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme. Berbagai penelitian terhadap altruisme tercetus terutama saat pembunuhan Kitty Genovese tahun 1964, yang ditikam selama setengah jam, dengan beberapa saksi pasif yang menahan diri tidak menolongnya.

Istilah "altruisme" juga dapat merujuk pada suatu doktrin etis yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk dimanfaatkan bagi orang lain.

Gagasan altruisme

Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam filosofis dan etika berpikir. Istilah ini awalnya diciptakan oleh pendiri sosiologi dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi psikolog (terutama peneliti psikologi evolusioner), biologi evolusioner, dan etolog. Sementara ide-ide tentang altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini menghasilkan perspektif yang berbeda pada altruisme.
 
Altruisme - Egoisme
 
Altruisme adalah dorongan/tekanan dari diri, dan keprihatinan yang sangat (eksklusif) terhadap kesejahteraan orang lain. Ini adalah kebajikan tradisional di banyak budaya, dan aspek inti dari berbagai tradisi agama, meskipun konsep 'orang lain' terhadap siapa perhatian harus diarahkan dapat bervariasi antara agama satu dengan agama lainnya. Altruisme adalah kebalikan dari keegoisan.
Altruisme dapat dibedakan dari perasaan kesetiaan dan tugas. Altruisme adalah motivasi untuk memberi kepada pihak yang harus diberi, siapa pun kecuali diri sendiri. Sementara tugas berfokus pada kewajiban moral terhadap individu tertentu (misalnya, dewa, raja), atau kolektif (misalnya, pemerintah) . Beberapa orang mungkin merasa baik altruisme dan tugas, sementara yang lain tidak mungkin. Altruisme murni adalah menyerahkan nilai tanpa memperhatikan imbalan atau manfaat yang bisa menyebabkan pengakuan dari orang lain.
Istilah altruisme secara luas juga dapat merujuk kepada suatu doktrin etika yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk kepentingan orang lain. Dalam pengertian ini digunakan sebagai kebalikan dari egoisme.
Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam pemikiran filosofis dan etis. Istilah ini awalnya diciptakan pada abad ke-19 oleh pendiri sosiolog dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi psikolog (peneliti psikologi terutama evolusi), ahli biologi evolusi, dan etolog. Sementara ide tentang altruisme dari satu bidang dapat memiliki dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini mengarah pada perspektif yang berbeda pada altruisme.

IMPLEMENTASI TEORI ALTRUISME

Pengertian altruisme:
Altruisme adalah paham yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain atau sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain (Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 1997). Ada sumber yang mengatakan bahwa altruisme merupakan aktivitas yang bersifat sukarela, yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menolong orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan serta hanya mengharapkan rasa puas atau senang.



Implementasi ke dalam Teori

Ada sebuah kisah nyata yang merupakan implementasi terhadap teori altuisme, yaitu kisah Ratu Rania dari Yordania, Ratu yang dianggap berhasil menyatukan bangsanya. Rania adalah istri dari Pangeran Abdullah, yang kini menjadi Raja Yordania. Mereka menikah pada 10 Juni 1993, dengan resepsi yang begitu megah dan meriah. Tepat setahun kemudian, pasangan ini dikaruniai putra, Pangeran Hussein (lahir 28 Juni 1994), yang disusul Putri Iman (27 September 1996) dan Putri Salma (26 September 2000).
Setelah pernikahannya, Putri Rania langsung melibatkan diri dengan berbagai aktivitas demi kepentingan negara. Ia mengetuai Jordan River Foundation, yang bertujuan mempromosikan peningkatan pendapatan dan kekuatan wanita Yordania melalui berbagai ketrampilan kerajinan tangan. Ia juga menyukai olahraga dan menjadi pengurus Jordanian Water Sports Federation. Ia sangat dekat dengan masyarakatnya dan mengetahui dengan baik permasalahan mereka. Ia hangat, menyukai tantangan, dan haus ilmu pengetahuan, ujar salah satu sahabatnya di Jordan River Foundation kepada AFP. Seperti Putri Diana, Rania senang berbicara dengan berbagai kalangan dan berada ditempat-tempat umum. Ia pernah terlihat bersama Pangeran Hussein dan Putri Iman di Hard Rock Cafe untuk menunggu kedatangan Pangeran Abdullah, yang saat itumasih menjadi mayor jendral di kemiliteran. Ia juga menjadi salah seorang putri yang sangat dekat dengan Raja Hussein. Bahkan, saat Raja Hussein kembali setelah berhasil melawan kanker selama tujuh bulan, Rania terlihat menitikkan air mata saat menjemput di Bandar udara. Itu adalah tangis bahagia, kata seorang sahabatnya menirukan ucapan sang putri. Seperti juga umumnya warga Yordania, ia merasa Raja Hussein telah berhasil mengalahkan kankernya. Namun, sejarah kemudian mencatat, Raja Hussein kembali tersungkur karena penyakitnya. Dan, pada saat terbaring kritis, sang raja mengumumkan bahwa ia membatalkan Pangeran Hamzah sebagai putra mahkota dan menjadikan Abdullah sebagai gantinya. Dua minggu kemudian, Raja Hussein meninggal dunia. Maka, di usia 37 tahun, Abdullah menjadi raja baru menggantikan ayahnya.
Dua tahun setelah pengangkatannya, Ratu Rania berkeliling dunia, dari desa terpencil di Kosovo hingga ke Washington DC. Sebagai first lady, Ratu Rania aktif dalam mendukung upaya pemecahan berbagai permasalahan bangsanya, seperti soal lingkungan, generasi muda, hak asasi manusia, pariwisata, dan budaya. Ia juga punya ketertarikan pada proyek peningkatan pendapatan masyarakat, mengampanyekan keselamatan keluarga, dan membangun teknologi informasi pada system pendidikan. Hampir setiap hari, Ratu Rania menghabiskan berjam-jam waktunya untuk ikut dalam berbagai proyek tersebut. Dan ia mengaku menyukai semua kegiatan itu dan tidak merasa direpotkan oleh masalah protokoler. Bahkan dengan kegiatan seabreknya itu, ia mengatakan masih bisa pergi makan siang bersama teman-temannya. Ratu Rania tampaknya juga berhasil memenangkan hati masyarakat dunia. Apalagi, boleh dibilang, ia berhasil menyatukan Yordania, yang 60 persen populasinya adalah orang Palestina dan 40 persennya lagi orang Arab lainnya.
Cahaya ratu yang memiliki hobi membaca, ski air, bersepeda, dan memasak ini semakin berkilau ketika ia mampu menghalau berbagai rumor, intrik, dan kecemburuan yang muncul dalam keluarga kerajaan akibat pengangkatan Abdullah sebagai raja. Ratu Rania berhasil membersihkan rumor dan membangun kembali generasi keluarga kerajaan melalui latar belakang pendidikan yang ia miliki. Selain dianggap sebagai seorang ibu dan istri yang baik, Ratu Rania juga telah meningkatkan perhatian dan meraih kemenangan dalam lingkungan anggota konservatif Kerajaan Yordania. Ia dianggap mampu menangkal isu yang sering dianggap tabu oleh lingkungan keluarga Kerajaan Yordania. Kedekatan dan penghormatan yang diberikan oleh saudara-saudara tiri suaminya membuat posisinya menjadi semakin membaik. Ia sebagai ratu juga berhasil menghindari perpecahan keluarga, akibat kecemburuan yang mencuat tinggi terhadap Abdullah yang naik sebagai raja, setelah 47 tahun Raja Hussein berkuasa.


Ciri-ciri altruisme:

  • Munculnya spontan (panggilan hati, terlihat pada situasi-situasi yang darurat).
  • Tidak ada paksaan dari luar.
  • Tujuan untuk menolong orang supaya lepas dari penderitaan tanpa mengharap imbalan, pujian, atau sanjungan.


Semua ciri-ciri altruisme di atas terlihat pada semua kegiatan Ratu Rania, yaitu saat mengetuai Jordan River Foundation, aktif dalam mendukung upaya pemecahan berbagai masalah bangsanya, menjaga keutuhan keluaraga kerajaan, dll. Ratu Rania mengaku menyukai semua kegiatan tersebut.


Altruisme terjadi karena:

  • Prose belajar, imitasi, unsur kesengajaan ( supaya orang-orang tahu bahwa berperilaku altruis itu baik).

  • Ratu Rania senang berbicara dengan berbagai kalangan dan berada di tempat-tempat umum, aktif dalam kegiatan masyarakat, bahkan Ratu Rania dinilai sebagai pengganti figur Putri Diana. Bahkan, dia menjadi satu-satunya ratu dari Arab yang kerap meenghiasi berbagai majalah di Inggris.

  • Keinginan untuk terus-menerus merasakan kepuasan, unsur harapan (ada anggapan bahwa ia hidup melalui pertolongan orang lain, ada hutang budi pada orang lain).
  • Empati (suatu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan dan pengalaman orang lain).

  • Pada saat Putri Rania menangis bahagia sewaktu penyambutan Raja Hussein di Bandar udara karena telah berhasil melawan kanker selama tujuh bulan.

  • Dorongan bawaan (manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial).

  • Ratu Rania senang dan menyukai semua kegiatan sosial yang ia lakukan dan sama sekali tidak merasa direpotkan oleh masalah protokoler

  • Situasi yang mendesak, jadi mau tak mau harus bersikap altruis.




Altruisme dapat dilatih, karena dalam kehidupannya manusia memiliki pengalaman-pengalaman yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Perilaku altruisme juga tidak bebas nilai, karena ada berbagai pertimbangan dalam melakukan perilaku altruisme:

  • Tingkat urgensi (kebutuhan)
  • Norma / batasan-batasan normative
  • Otoriter (ada desakan dari luar yang sifatnya mutlak untuk menolong)
  • Harga diri / status


Dari penjelasan singkat di atas mungkin Ratu Rania termasuk yang melakukan altruisme karena statusnya sebagai Ratu Yordania, dan sebelum menjadi ratupun yaitu seebagai putri dia juga banyak melakukan tindakan altruis. Jauh dari statusnya tersebut, Rania dirasa sudah memiliki sikap altruis yang tinggi jika tidak maka dia tidak mungkin memiliki segudang prestasi yang menyilaukan sebagai seorang Ratu.
Intinya, mengapa kisah Ratu Rania ini termasuk dalam altruisme karena dalam melakukan semua kegiatannya Ratu Rania melibatkan unsur perasaan, yaitu perasaan senang dan suka serta bahagia melakukan tugasnya sebagai ratu tersebut.
 
Sampai Menjadi Spontanitas

Pada suatu ketika, dua orang anak laki-laki kakak beradik tengah berjalan-jalan menyusuri tepian sungai. Tatkala mereka asyik menimati gemericik air bening dan temaram senja, tiba-tiba tampaklah oleh mereka seekor kalajengking hanyut terbawa arus sungai.

Hewan yang cukup ditakuti oleh sesamanya ini rupanya belum pernah les berenang, sehingga hanya bisa menggelepar tanpa daya ketika harus tercemplung di dimensi alam yang bukan zona nyamannya. Bisa dipastikan senja itu tidak indah sama sekali bagi kalajengking sial yang tengah hanyut menyongsong hilir ajalnya ini.

Menyaksikan tragedi maut ini, sang adik bergegas mencari cari ranting pohon atau apa saja yang bisa dipakai untuk mengangkat hewan malang itu dari badan sungai, namun dia tidak menemukan apa pun disekitar situ yang bisa dipakainya. Rupanya alam belum tentu menyediakan piranti "P3K" pas saat- saat genting seperti ini. Kalajengking itu terus terseret arus...

Tanpa berfikir panjang lagi, sang adik mengejar dari bibir sungai dan langsung menjulurkan tangan kosong meraih kalajengking itu. Kena!Namun, belum dia memindahkan kalajengking itu kedaratan yang aman, si kalajengking rupanya kaget setengah mati ada yang mencekalnya dengan mendadak. Kontan, si kalajengking menghunjamkan sengat saktinya ke pencengkeram dak dikenal yang tak diketahui gelagatnya itu.

"Aaaaaaaahhh...!" jerit si adik yang tersengat, jari -jari mungilnya spontan melepaskan kalajengking yang hendak diselamatkannya. Dan...kalajengking itu pun kembali tercemplung ke sungai, tergulung riak...kalau bisa ngomong, pasti kalajengking itu akan bilang ,"Tuolooonngg..!!"

Tanpa menggubris keadaan tangannya, sedetik kemudian sang adik kembali menjulurkan tangan yang sama untuk menggapai kalajengking itu sebelum terseret arus lebih jauh.Dia langsung melemparkan si kalajengking ke tanah pasir ditepian. aman...Si kalajengking menggeliat, terpana sejenak, lalu pergi begitu saja, jelas tanpa mengucap terima kasih sedikitpun kepada juru selamatnya..

Menyaksikan drama dadakan ini, sang kakak terlongo longo dan begitu melihat tangan adiknya yang memerah lepuh, mulailah dia mengomel, "Kamu ngapain sih? lihat tuh sekarang tanganmu menjadi begitu!"

"Nggak apa-apa kok kak, cuma sakit sedikit saja...," kata adiknya sembari meniup-niup tangan mungilnya yang agak melepuh.

"Kamu ini menyusahkan saja!Kita kesini kan mau bersenang -senang!Sekarang repot jadinya!Kita malah harus ke dokter!"tukas sang kakak.

"Iya Kak, maaf kalau jadi merepotkan,"lirih adiknya.

Kakaknya terus menyalahkan,"Kamu kan tahu kalajengking itu bisa menyengat. Ngapain kamu tolong?Itu namanya bodoh!"

Kali ini sang adik menjawab,"Kalajengking menyengat kan kebiasaannya. Apa dia salah? saya menolong kan sudah kebiasaan saya. Apa saya salah?"

sang kakak pun terdiam...

Dalam perspektif materialisme, nilai-nilai semacam itu barangkali tidak mendapat tempat bahkan di anggap konyol.

Ada lagi kisah seorang anggap saja bernama Budi. Budi ini sangat kondang dengan kemurahan hatinya. Orang -orang miskin di kotanya tahu bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan pintu rumah Budi dengan tangan kosong.

Suatu hari seorang pengemis datang meminta uang kepada Budi untuk membeli obat bagi putri sang pengemis yang lagi sakit keras. Budi waktu itu sedang tidak ada uang. Ia lalu mencari-cari apa yang bisa diberikannya kepada sang pengemis, akhirnya Budi memberi pengemis itu sebuah cincin mahal. Pengemis itu terpana, dan berlalu dengan sukacita, tentu.

"Apa-apaan yang kamu berikan?!"teriak istrinya. "Cincin itu harganya 3 juta!"

"Hah" 3 juta?" sentak Budi. Ia spontan mengejar pengemis tadi sembari berteriak,"Ooii, tungguuuu!!" sang pengemis berhenti dan berbalik mendengar teriakan itu, "Ada apa Tuan?"

"Cincin itu harganya 3 juta!" seru Budi. Pengemis itu pun menjadi ketar-ketir kalau Budi meralat pemberiannya yang mahal tersebut. "Iya, Tuan...,jadi..?"

"Jangan dijual terlalu murah ya!" ujar Budi sambil tersenyum.

Crita diatas menunjukkan bahwa Budi bukanlah manusia tolol yang tidak paham nilai uang. Dia memahami nilai-nilai duniawi ini, namun dia membuat pilihan sadar untuk menjalankan keyakinannya itu dan menerima konsekuensi dari pilihan hidupnya, tak peduli apa pun yang orang lain katakan.

Pilihan selalu ada di tangan kita masing-masing:apakah kita menjalani apa yang kita yakini sebagai suatu kebenaran ataukah kita ikut-ikutan dengan apa yang khalayak anggap "lumrah"?

Segenap pengembangan spiritual yang benar akan secara alamiah membuat kita menjadi lebih penuh kasih sayang, tanpa pamrih apapun. Apa pun tindakan kebaikan yang kita pilih, lakukanlah dengan segenap hati, sesering mungkin, sampai tertanam menjadi kebiasaan, sampai menjadi karakter, sampai menjadi spontanitas
 

Indahnya Membiasakan Diri Berbuat Nyata

Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.

Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :

Saya kelaparan …
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya

Saya tergusur …
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya ingin bekerja ….
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya

Saya sakit …
dan Anda berlutut bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan Anda sendiri

Saya telanjang, tidak punya pakaian …
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya, bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.

Saya kesepian …
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Tuhan,
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan …

Setelah membaca puisi itu …

Pemuka agama tadi terharu dan berkata : kasihan wanita itu … lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.

Dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.

Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.

Orang-orang bijak mengatakan :
Satu perbuatan nyata, sekecil apa pun, jauh lebih berarti dibandingkan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata sama dengan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata akan mengundang beberapa perbuatan nyata lainnya.

Marilah setiap hari kita (saya dan Anda) membiasakan dengan minimal SATU perbuatan nyata (tentu saja perbuatan baik untuk membantu orang lain).

Ini akan MENGUNDANG perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Alangkah indahnya membiasakan diri berbuat nyata (berbuat baik).
 
EMPATI
By: Andy F Noya


Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat,pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah.Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan.Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah ke luar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.

Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita.Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya,artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat.Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan,umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya.Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang.Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet,bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut.

Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu. Mulailah sekarang juga.

Berbuat Baik Ga Ada Ruginya

Tahukah Anda melakukan sesuatu yang baik akan membawa keuntungan positif dalam hidup Anda . Memberi jauh lebih baik dari menerima. Menolong dan memberi orang lain memiliki pengaruh psikologi dan fisik positif pada kesehatan.

Dalam beberapa penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa peserta yang memberikan dukungan dan cinta pada orang lain memiliki kesehatan yang lebih baik. Mereka cenderung awet muda dan terhindar dari depresi dibanding mereka yang tidak pernah memberikan.

Sehingga, jika Anda ingin terlihat lebih baik, hidup sehat dan mungkin awet muda, sisihkan waktu untuk membantu orang lain. Mulailah dan terus lakukan dengan sesuatu yang kecil. Berikut cara sederhananya:


1. Melakukan sesuatu bagi orang lain


Tawarkan untuk membuat atau mendapatkan secangkir kopi atau teh saat Anda telah mendapatkannya. Cucikan gelas rekan kerja Anda ketika Anda selesai mencuci milik Anda.

2. Tawarkan bantuan pada orang asing


Berikan tempat duduk di kereta atau bis yang penuh atau membawakan makanan bagi mereka yang lapar.

3. Menjadi sukarelawan dalam masyarakat


Jangan hanya memikirkan atau membicarakannya tetapi lakukan!

4. Membantu pekerjaan-pekerjaan rumah


Bantulah ibu Anda dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah, kemudian tetangga yang memerlukan bantuan untuk menyapu rumah atau bahkan menyiram tanaman.

5. Berikan tumpangan pada teman atau rekan kerja


Jika Anda memiliki kendaraan, tanyalah tetangga apakah perlu tumpangan ke kantor atau hanya ketempat pemberhentian bus atau kereta. Dan janganlah minta uang!

Ada banyak hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain sehari-hari. Dalam melakukannya, faktor berbuat baik yang harus selalu dikedepankan. Ini adalah sesuatu yang uang tidak bisa beli dan bahkan tidak melibatkan uang.

Kebaikan sejati
Sungguh teramat mudah menjadi orang yang bijaksana. namun teramat sulit menjadi seorang yang benar. Lebih mudah memberitahu orang lain tentang kesalahannya daripada merubah kesalahan kita sendiri, karena itu teman, lebih baik kiranya kita banyak bekerja daripada melulu berteori. Kebaikan terjadi bila seseorang berbuat bukan karena berbicara tentangnya.
 
"Three Happiness / Tiga Kebahagiaan"

Berbahagia Sebelum Melakukan Suatu Kebajikan
Berbahagia Sewaktu Melakukan Suatu Kebajikan
Berbahagia Sesudah Melakukan Suatu Kebajikan
 
 
 
 
CINTA ALTRUISTIK

Cinta adalah sebuah kata yang memiliki makna yang sangat luas. Bila kita menanyakan definisi tentang cinta kepada setiap orang, maka akan didapatkan beragam pengertian dan definisi tentang cinta.

Definisi yang paling umum dan popular di kalangan masyarakat, “cinta adalah keseimbangan dalam menerima (to take) dan memberi (to give)” . Definisi itu ingin menjelaskan bahwa didalam kamus cinta berlaku sebanyak apapun harapan yang kita terima dari yang dicintai tergantung sejauhmana kita memberi sesuatu kepadanya. Namun, pengertian cinta yang mendahulukan menerima (to take) dari pada memberi (to give) dalam kenyataannya seringkali tidak seimbang. Bahkan boleh jadi kita lebih banyak menerima ketimbang memberi. Sehingga di kalangan muda-mudi ada pemeo, “ada uang abang kusayang, tak ada uang abang kutendang“.

Jika kita mau mengintrospeksi diri, kita cenderung mencintai dengan cara yang kita anggap baik, bukan menyesuaikannya dengan kebutuhan dari yang kita cintai. Akhirnya kita menganggap telah melakukan banyak hal untuk yang kita cintai. Sementara kita merasakan bahwa pengorbanan kita tidak dihargai dan kita tidak mendapatkan yang diharapkan dari yang kita cintai. Hal ini sebenarnya dapat dihindari jika kita mencintai secara produktif dan altruistik, sebagaimana dikemukakan Erich Fromm, seorang filsuf dan psikolog asal Jerman, dalam bukunya The Art of Loving.

Menurut Erich Fromm, cinta mengandung unsur kepedulian (care), tanggung jawab (responsibility), respek (respect), dan pengenalan (knowledge). Dalam pandangan Fromm, cinta tidak pasif melainkan aktif bertindak. Sebuah contoh sederhana adalah kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mencintai bunga jika kita tidak menyiramnya. Karena cinta yang peduli dan bertanggung jawab adalah cinta yang memberi tanpa berharap untuk mendapat balasan.

Erich Fromm menambahkan, cinta dasarnya adalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis dan spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orang lain. Menurut Fromm, cinta yang berprinsip take and give bukanlah cinta sejati, tetapi cinta dagang. Itulah sebabnya konsep cinta yang ditawarkan Fromm disebut sebagai cinta yang altruistik.
Cinta Altruistik ditandai dengan adanya perhatian, keinginan untuk selalu memberikan sesuatu, dan selalu siap menerima dan memaafkan kesalahan atau kekurangan yang dicintainya. Cinta diartikan sebagai suatu tugas yang harus dilakukan tanpa pamrih.

Bentuk cinta ini diungkapkan melalui pengorbanan diri, kesabaran dan rasa percaya terhadap orang yang dicintai.
Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah contoh dari cinta altruistik. Betapapun besarnya pengorbanan, demi kecintaan pada buah hatinya, ia akan senatiasa melakukannya. Tentu saja kecintaan itu tidak memiliki pamrih sekecil apapun.

Begitu juga cinta seorang guru terhadap tugasnya dan cinta terhadap muridnya. Dengan kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah pekerjaan mulia dalam rangka mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik, maka pengorbanan bagi seorang guru adalah keniscayaan. Walaupun, seringkali pengorbanan yang dilakukannya itu tidak sebanding dengan apa yang ia terima.

John F. Kennedy, salah seorang presiden Amerika dalam salah satu pidatonya yang sangat terkenal, mengatakan. “Janganlah anda bertanya tentang apa yang bisa diberikan Amerika kepada anda, tetapi tanyalah tentang apa yang bisa anda berikan kepada Amerika“. Pidato itu ingin menyindir rakyat Amerika, terutama kaum mudanya, yang sudah mengalami kemerosotan dalam semangat cinta tanah airnya. Banyak kaum muda yang menolak mobilisasi, berdemonstrasi menentang kenaikan bahan makanan pokok, menolak kenaikan pajak dan lain-lain. Ucapan Kennedy ini menjadi masyhur untuk digunakan menyemangati bangsa agar mau berkorban demi kecintaan pada tanah air.

Cinta altruistik memang cinta yang unik. Cinta yang didasari oleh ketulusan. Cinta yang mendatangkan energi kuat untuk melakukan pengorbanan apa saja. Seringkali kita berbuat kebaikan kepada orang lain, tetapi balasannya tidak sebanyak kebaikan yang kita lakukan. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah luput untuk memberi ganjaran kepada umatnya yang senantiasa berbuat kebaikan. Meminjam kata-kata seorang bijak, “Give to the world the best you have, and the best will comeback to you“. Berikan yang terbaik yang engkau miliki, niscaya yang terbaik pula yang akan engkau terima.
 
Buah Perbuatan Baik

Gelombang air bermula dari riak-riak air yang kecil yang menyebar ke mana-mana. Semakin besar gelombang air, semakin besar pula dampak dan pengaruhnya. Demikian juga "kebaikan". Kebaikan itu dimulai dari tindakan-tindakan pribadi dan juga menyangkut hal-hal yang kecil. Ketika kebaikan pribadi itu menyebar ke mana-mana, terjadilah gelombang kebaikan yang makin besar.

Suatu malam di sebuah kota di Philadelphia, AS, sepasang suami istri yang sudah tua masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka bertanya kepada seorang resepsionis, "Masih ada kamar untuk kami berdua?"

Jawab si resepsionis, "Maaf, Pak. Penuh semua. Di kota ini kebetulan sedang ada tiga pertemuan besar, sehingga semua hotel penuh. Tetapi saya tidak mungkin menolak Bapak dan Ibu dan menyuruh pergi tengah malam begini, sementara di luar hujan dan badai. Kalau mau, Anda berdua boleh menginap di kamar saya. Saya akan segera membereskan kamar saya untuk Anda."

Pagi harinya, ketika hendak membayar, tamu itu berkata, "Kamu seharusnya bukan menjadi pegawai biasa begini melainkan menjadi manajer hotel besar bertaraf internasional! Mungkin kelak saya akan membangun hotel tersebut dan kamu menjadi manajernya."

Pemuda resepsionis itu melihat mereka dan tersenyum.Lalu, mereka bertiga tertawa.

Dua tahun berlalu. Si resepsionis hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat yang mengingatkannya pada malam hujan badai. Laki-laki muda ini juga diminta datang mengunjungi pasangan tua tersebut di New York. Terlampir, tiket pulang-pergi untuk si pemuda.

Di New York, laki-laki tua itu membawanya ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Lalu, ia menunjuk sebuah gedung baru yang megah disana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.


Gambaran Waldorf-Astoria Hotel, pada saat itu (Abad XIX)

"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk dikelola olehmu."

"Anda pasti sedang bercanda," jawab laki-laki muda itu.

"Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata laki-laki tua itu, sambil tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor dan struktur bangunan megah tersebut adalah Waldorf-Astoria Hotel. Laki-laki muda itu, adalah George C.Boldt.


Teman-teman yang Luar Biasa!!

Keramahan dan kebaikan resepsionis itu, untuk menerima tamu yang mengalami kesulitan di tengah malam, sebetulnya bukan perbuatan yang sulit untuk dilakukan. Semua orang sebetulnya bisa melakukannya. Apa sulitnya menyapa, menyalami dan menerima orang dengan senyum ramah? Apa sulitnya memperlakukan semua orang dengan kasih, kemurahan, dan rasa hormat?

Berbuat baik itu tidak rugi! Jangan malas berbuat baik, apalagi karena pesimis. Mari, mulai berbuat baik dari diri kita sendiri.
 
5 Pearls of Wisdom from Warren Buffett

Warren Buffett adalah investor dan pengusaha Amerika yang masuk dalam daftar orang terkaya sedunia. Berikut ini Warren membagikan kiat-kiatnya dalam menjalani hidupnya yang sukses:

Pearls of Wisdom 1: Percaya pada Diri Sendiri

"Saya selalu yakin suatu saat nanti saya akan kaya. Saya tidak pernah meragukan keyakinan itu." Dari kecil, Warren adalah pribadi yang pemalu tapi dia selalu mempercayai dirinya. Ia tahu betul kemampuannya dan punya keyakinan dan keberanian untuk mengikuti kata hatinya ketika memang diperlukan. Hal ini sudah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Ayahnya mengajarinya bahwa penting untuk mendengarkan dirinya sendiri dibanding meminta pendapat orang lain.

Pearls of Wisdom 2: Terus Belajar

Warren Buffett adalah penggemar berat Benjamin Graham, Bapak Investasi Nilai. Warren selalu belajar hal-hal baru dari tokoh-tokoh panutannya di bidang investasi sepanjang hidupnya. Ia juga menghabiskan masa kecilnya dengan membaca semua bacaan tentang investasi dan kerja kerasnya ini terbayarkan dengan kesuksesan besarnya. Maka itu, jangan takut untuk belajar hal-hal baru. Warren terus belajar dari orang-orang di sekitarnya selama hidupnya dan tidak pernah sekali pun berpikir dirinya sudah tahu semua hal.

Pearls of Wisdom 3: Jalani Hidup Sederhana

Meski punya kekayaan miliaran dolar, Warren hanya memakai uangnya sebesar $100.000 (sekitar Rp946.800.000) per tahun untuk kebutuhan hidupnya. Warren akan mengawasi pengeluarannya seperti seekor elang dan selalu tahu betul uangnya dipakai untuk keperluan apa saja. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah menuruti kata hatinya untuk membeli barang-barang mewah meski dia menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Pearls of Wisdom 4: Berhati-hati dalam Berteman

"Lebih baik bergaul dengan orang-orang yang lebih baik dari kita. Pilihlah teman dan rekan yang perilakunya lebih baik dari perilaku kita dan kita pun akan terpengaruh karenanya." Warren Buffett selalu berkumpul dengan orang-orang sukses lainnya dan akan meminta nasihat dari mereka yang lebih cerdas darinya. Ia tahu betul jika dirinya bergaul dengan orang-orang sukses, sikap mereka, energi positif dan kesuksesan mereka akan memberikan pengaruh padanya.

Pearls of Wisdom 5: Ada yang Lebih Berharga dari Uang

Warren tidak memandang uang sebagai satu-satunya penentu kesuksesan seseorang. "Saat Anda sudah mencapai usia setua saya, Anda akan menilai kesuksesan Anda dalam hidup dari berapa banyak orang yang menyayangi Anda. Itulah penguji utama seberapa kualitasnya hidup Anda."

Acts of Love

To serve each other. To respect each other. To trust each other, to honor each other. To love each other, to cooperate with each other. To care for each other. To forgive one another. To focus on peoples' good. To laugh with one another. To learn from one another. To pray for each other.

***

Saling melayani. Saling menghormati. Saling percaya, saling menghargai. Saling mencintai, saling bekerja sama. Saling peduli. Saling memaafkan. Fokus pada kebaikan orang lain. Tertawa bersama. Saling belajar dari orang lain. Saling mendoakan.

Semua itu adalah perbuatan cinta kasih. Nilai dan tindakan ini akan saling menghubungkan kita dengan sesama dalam dunia ini. Alam adalah salah satu contoh yang tepat bagaimana kita seharusnya saling menjaga hubungan baik dengan sesama.

Perhatikan: Alam hidup untuk saling memberi. Serangga memberikan pada burung, yang kemudian memberi pada makhluk hidup berkaki empat, dan lalu memberikan lagi ke makhluk hidup berkaki dua. Yang Mahakuasa membuat segala sesuatunya sempurna. Maka.. mari, kita saling mengasihi sesama.

0 komentar:

Posting Komentar