Langkah Si Panda Bagian Lima



 Pagi baru telah tiba, Aku membuka mata dengan sedikit rasa malas. Kemarin benar-benar hari yang panjang dan melelahkan, namun aku tidak boleh mengecewakan Ibu Rose yang baik. Segera bergegas aku mandi, begitu aku turun ternyata Ibu Rose telah menyiapkan sarapan yang lezat. Aku makan dengan lahap sambil berbincang-bincang. Ibu Rose menanyakan kemana saja aku semalam, Kemudian aku ceritakan semua yang terjadi. Kami ingin berbincang lebih lama namun pekerjaan telah menunggu.
Toko buka jam 8 pagi, tepat beberapa saat setelah aku membereskan semua barang di toko. Hari berlalu dengan biasa, para pembeli datang langsung mengambil pesanannya. Namun Ibu Rose mengatakan akan ada kiriman untuk setelah istirahat Siang nanti. Ketika Istirahat siang tiba, aku pergi ke bengkel untuk menemui Ado. Kami pergi makan siang bersama di sebuah warung di dekat bengkel. Aku ceritakan semua kejadian semalam padanya, dan Ado nampak terkejut. Pekerjaan pertama yang mengejutkan baginya. Waktu memang cepat berlalu ketika kita bersantai, Tak terasa waktu istirahat siang hampir habis. Aku dan Ado segera kembali ke tempat kerja. Nampak Ibu Rose telah menyiapkan bunga-bunga yang harus di kirim, Ternyata Bunga ucapan turut berduka. Beliau mengatakan padaku, sebenarnya dia tidak menerima permintaan bunga duka, namun ini pesanan khusus. Aku menaikan semuanya ke mobil dengan hati-hati, kemudian mengikatnya agar tidak jatuh ketika diantar. Setelah semua bunga telah berapa di mobil, aku segera mengantarnya.
Aku menuju ke rumah duka tersebut. Terjebak dalam kemacetan memang menyebalkan, namun untuk membuat itu lebih menyebalkan atau tidak adalah pilihan kita. Sambil menunggu kemacetan, aku mendengarkan radio. Mencoba melahap informasi baru apapun yang dapat kudengar, namun kebanyakan hanya lagu-lagu cinta dan gosip-gosip tidak bermamfaat. Kadang aku berpikir, kenapa manusia mempersulit dirinya sendiri. Menyebabkan kemacetan seperti ini, yang membuat waktu habis terlalu banyak di jalanan.
Aku akhirnya tiba di rumah duka, nampak suasana sangat ramai. Begitu banyak orang yang menghadiri pemakaman ini. Aku menurunkan bunga-bunga itu di tempat yang diarahkan oleh petugas rumah duka. Nampak begitu banyak anak remaja yang ada di sini. Ternyata yang meninggal adalah Anak remaja pria yang masih di bangku SMA. Tidak heran begitu banyak anak remaja yang hadir melayat. Mungkin mereka adalah teman sekolah anak itu. Sungguh sedih melihatnya pergi di usia begitu muda, namun begitulah hidup. Kita seperti daun-daun yang menempel di dahan sebuah pohon, ketika ada badai yang datang menerpa pasti akan ada daun-daun yang rontok. Ada daun yang sudah coklat membusuk, ada yang masih kuning, dan bahkan yang masih hijau sekalipun rontok. Kita tidak pernah tau, berapa usia kita dan bagaimana kita meninggal.
Di depan, dekat dengan jenazah tampak seorang wanita yang menangis begitu pilu, di sampingnya ada seorang pria yang seusia denganku juga duduk terdiam. Wajahnya nampak begitu terpukul. Aku bertanya kepada petugas rumah duka tentang kronologinya. "Anak ini sedang jalan pulang, namun akhirnya tabrakan dengan truk. Sungguh malang nasibnya, dia meninggal di tempat. Yang di depan itu adalah Ibunya, sedangkan sebelahnya itu Abang dari almarhum. Ibunya baru menjanda beberapa bulan ini, sungguh kehilangan yang besar dalam waktu yang dekat." Setelah mendengar kisah itu, aku berpikir sejenak. Kemudian aku langsung mendatangi ibu itu, melewati banyak orang yang sedang duduk sambil berduka. Aku menepuk pundak sang Ibu," Bu, anda tidak perlu menangis lagi. Anak anda telah pergi ke tempat yang jauh lebih baik, anda pasti yakin bahwa anak anda akan mendapatkan tempat yang baik di alam sana. Jika anda menangis tentu dia akan sedih, bahwa ibu merasa dia tidak pantas mendapatkan tempat yang baik." Aku mengatakan itu sambil tersenyum begitu lebar, Sang Ibu terdiam. Lalu aku menghadap foto Almarhum, dan mengatakan dengan lantang, "Hei, Aku tidak mengenalmu, tapi yang aku tau kamu anak yang sangat beruntung. Begitu banyak orang yang meninggal yang pernah aku lihat, tapi kamu yang di usia muda pergi sudah begitu banyak orang yang kehilangan dirimu. Kamu pasti anak yang luar biasa, kamu pantas dapat yang terbaik di sana."
Semua orang disana terdiam karena perbuatanku, Sang Ibu menatapku dalam-dalam kemudian mengucapkan Terima kasih telah menyadarkannya. Aku langsung menuju ke pintu keluar. Ketika mendekati mobil, aku melihat seseorang yang mirip Erine keluar tidak lama setelah aku. Dia berlari kencang, seperti daun yang baru meninggalkan pohonnya.
Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar