Kisah Cinta yang Mengharukan

  http://purehdwall.com/wp-content/uploads/2014/02/man_with_bicycle_night_photography.jpg


Supri mengayuh sepeda tuanya melewati jalur Gaza. Dia sedang dalam perjalanan untuk menemui cintanya, Ningsih. Peluru, Granat, Tissue bekas, melesat beterbangan di mana-mana, tapi Supri tak mau menghentikan laju sepedanya. Supri tak takut terhadap ancaman maut, karena suasana hatinya sedang kalut.

Sambil mengayuh sepedanya, Supri masih mengingat-ingat kalimat terakhir yang diucapkan Ningsih lewat SMS beberapa jam yang lalu.

"Aku mau, mulai hari ini kita temenan aja ya. Aku merasa, kita itu beda."

Kalimat itu menusuk hati Supri, hingga susah baginya untuk bernafas lagi. Seketika, dia meraih sepedanya dan bertekat untuk segera menemui Ningsih di Indonesia. Supri masih berharap, bila nantinya mereka bertemu dan berbicara empat mata, Ningsih masih bisa mengubah keputusannya.

Delapan bulan berlalu, kira-kira pukul 8 malam, Supri pun sampai juga di rumah Ningsih dengan keadaan kaki bengkak segede tabung elpiji. Pintu rumah Ningsih tertutup rapat. Sepertinya tidak ada orang di sana. Supri hanya bisa termenung dan menunggu di depan gerbang rumah bermotif macan tutul itu. Hingga akhirnya muncul sebuah mobil mewah berwarna biru berhenti di situ. Seorang pria keluar dari mobil, menutup resleting celana, lalu berjalan ke sisi lain dari mobil itu untuk kemudian membukakan pintu. Disusul seorang wanita keluar dari sana sambil merapikan kancing bajunya. Supri merasa tak asing dengan wajah wanita itu.

"Ningsih?!" Ucap Supri lirih karena masih memendam keraguan di hatinya.

Wanita itu menolehkan kepala, dan memarkirkan pandangannya ke arah Supri. Beberapa saat wanita itu memandangi Supri dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Errr.. Supri?" Ya, ternyata wanita itu memang Ningsih, sang pujaan hati Supri.

"Iya! Aku Supri.. Aku datang untukmu.. Untuk memperjuangkan cintaku.." Supri bergegas mendekati Ningsih, memegang kedua pundak Ningsih, lalu mencoba menarik Ningsih ke pelukannya. Tapi Ningsih menundukan kepalanya, dan mencoba mendorong dada Supri sebagai isyarat bahwa dia tak mau memberikan pelukannya juga.

"Maaf Supri.. Cerita kita sudah berakhir.. Ini cowokku yang baru." Ningsih menunjuk ke arah pria yang tadi membukakan pintu mobil untuknya. Pria itu mengacungkan jari tengah ke arah Supri. Bukan, bukan untuk mengejek Supri. Pria itu ingin melambaikan tangannya, tapi semua jari tangannya sudah diamputasi karena penyakit diabetes parah, kecuali jari tengahnya.
Supri tertegun, dia merasa wanita di depannya itu bukanlah wanita yang pernah dia cinta. Sifatnya sudah jauh berbeda.

"Oh.. Sekarang aku mengerti.. Bukan kita yang berbeda. Karena kita pernah bersama dalam jangka waktu lama.. Itu cuma alasan palsu semata. Yang aku lihat sekarang adalah, yang PERTAMA ADA, sudah tergantikan oleh yang SELALU ADA. Iya, aku sudah tergantikan oleh dia!" Supri menunjuk dengan tegas ke arah pacar baru Ningsih. Pacar baru Ningsih lagi-lagi mengacungkan jari tengahnya dengan senyum ramah.

Amarahnya hampir meledak di kepalanya, namun seketika api amarah itu padam karena tersiram oleh kesedihan yang kental. Supri pun segera mengambil sepedanya, dan melaju kencang ke arah jalan raya. Sungguh malang, saat itu di jalanan sedang ada tawuran antar anak-anak TK yang melibatkan senjata-senjata nuklir dan kimia. Supri yang tak tau apa-apa, menjadi korban kebrutalan mereka. Supri pun tewas seketika. Ningsih? Hidup bahagia selamanya bersama pacar barunya.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar