Paranormal Ch. 1 : Pria yang Hidup di Balik Bayangan



 Prolog

Hantu, sebuah kata sederhana namun menyimpan banyak cerita. Kebanyakan orang tidak bisa melihat mereka, bahkan tidak percaya mereka ada. Namun bagi mereka yang berkata tidak percaya sekalipun dalam hati kecil mereka pasti pernah merasakan kehadiran mereka. Kita dapat menerimanya atau tidak, mereka tetap selalu ada di sekitar kita. Terkadang sebagian orang harus berurusan dengan mereka. 
Ada sedikit manusia yang memiliki bakat sejak lahir yang memudahkan mereka berkomunikasi dengan makhluk dunia lain, dan kisah ini adalah cerita tentang bagaimana seseorang berasal dari kelompok itu membantu orang-orang yang harus berurusan dengan Makhluk - Makhluk ini.
Bagian Satu : Pria yang Hidup di Balik Bayangan
Pagi yang cerah, hari yang berjalan seperti biasanya. Itulah yang sedang dipikirkan seorang pria yang berpakaian kemeja rapi dan sedang berjalan cepat menuju tempat dia bekerja. Hendra, begitulah dia dipanggil, hidup dalam perantauan demi mengadu nasib di kota besar. Dia bekerja sebagai staff administrasi di sebuah perusahaan tambang terkemuka. Karena prestasinya dalam bekerja dia menjadi tangan kanan atasannya yang terkenal cukup bermasalah di kantornya. Selama ini dia selalu hidup normal seperti manusia kebanyakan lainnya. Tapi sepertinya arus kehidupannya mulai berubah.
Hendra akhirnya sampai di depan kantornya, terlihat ada seorang pria menggunakan kerudung hitam sedang berdiri menatap gedung kantor Hendra. Pria berkerudung itu melihat Hendra, wajahnya tidak nampak jelas. Pria itu membalik badannya kemudian pergi sambil membawa sebuah koper besar. Mungkin seseorang yang ingin bekerja di perusahaan ini.

http://blog.50mm.jp/wp-content/uploads/2010/10/salary-man.jpg
Hendra pun masuk ke kantornya, dia langsung menuju ke meja kerjanya. Dia membereskan mejanya untuk persiapan mengerjakan tugasnya. Baru saja dia menyalakan PCnya, seorang rekan kerjanya mendekatinya. "Hen, kamu dipanggil Pak Agung ke ruangannya sekarang." Hendrapun hanya mengangguk kemudian segera menuju ke ruangan atasannya itu. Hendra mengetuk pintu, kemudian ketika dia membuka pintu nampak Pak Agung sedang bersama seorang tamu pria. Baju tamu ini nampak sedikit berantakan, Kemejanya keluar dari celananya. "Hendra, kamu sudah tiba. Silahkan kamu tunggu sebentar di luar." Pak Agung meminta Hendra untuk menunggunya di luar. Hendrapun keluar dan duduk di kursi yang tidak jauh dari ruangan Atasannya. Dalam duduk diamnya, dia mengingat kembali, tentang gosip yang beredar di Kantornya, tentang Pak Agung yang suka dengan sesama jenis. Terdiam sebentar dalam pemikirannya, cepat-cepat Hendra menepis pikiran itu. " Mau dia suka sesama jenis atau apapun, itu bukan urusanku." pikir Hendra dalam hati, " Selama bukan aku korbannya." Dia menambahkan dalam pikirannya. 
Hendra menunggu sambil menatap pintu ruangan pak Agung. Tidak lama kemudian pria yang menjadi tamu itu keluar dari ruangan dan meminta Hendra untuk segera masuk. Hendrapun segera melangkah ke ruangan itu. Ketika dia masuk, tampak Pak Agung sedang membenarkan dasinya. "Hendra" Pak Agung menatap Hendra, kemudian tersenyum " Saya ingin kamu menemani saya ke Site yang baru kita tebus minggu lalu." Pak Agung berdiri kemudian melemparkan kunci kepada Hendra, " Kamu yang menyetir" Pak Agung segera menyiapkan kopernya, sedangkan Hendra masih terdiam " Pak Agung, bukankah site yang baru itu jauh?" Hendra nampak tidak siap dengan tugas keluar kota yang mendadak. Pak Agung memegang tangan Hendra kemudian mengiringnya keluar ruangan, " Tenang saja, semua sudah dipersiapkan" katanya sambil menepuk pundak Hendra untuk menyakinkan bawahannya yang satu ini.

http://lexyleksono.files.wordpress.com/2011/01/macet1.jpg

Perjalanan tidak begitu lancar, karena macet yang sangat parah. Pak Agung menjelaskan bahwa mereka akan menginap di sebuah Rumah Dinas dan ke esokan paginya baru ke site. Karena site yang baru berada di daerah terpencil, mereka harus istirahat dulu di pemukiman yang berada di dekat lokasi. Hendra nampak kurang semangat karena harus melalui kemacetan ini. Pak Agung yang duduk di belakang nampak menguap, Hendra mengintip melalui Spion tengah nampak Pak Agung mulai merebahkan badannya untuk tidur. Hendra tetap fokus di jalanan. Hari sudah mulai sore, karena tidak makan siang Hendra nampak lemas. Dia melihat ada sebuah restoran Fast Food. Hendrapun memanggil Pak Agung, namun beliau sudah tertidur lelap. Hendra kemudian menoleh kebelakang, tiba-tiba dia melihat seorang wanita sedang duduk di samping Pak Agung! Wajah wanita itu menyeramkan, penuh dengan luka sayatan. Hendra kemudian membanting setir dan menabrak tepi jalan. Pak Agung terbangun karena kejutan itu. Hendra melihat kembali ternyata wanita itu sudah tidak ada. Pak Agung bertanya apa yang terjadi, kemudian Hendra menceritakan apa yang dia lihat. Pak Agung mengeleng-geleng kepala. Dia mengatakan bahwa Hendra terlalu lapar hingga berhalusinasi. Akhirnya Hendra menyetir ke restoran Fast Food dan membeli 2 paket makanan untuk mereka berdua.

Hendra nampak lebih tenang, dia mulai yakin itu hanya halusinasinya. Setelah perutnya kenyang, dia tidak melihat ada yang aneh lagi. Perjalanan berlanjut, mereka sudah sampai jalan keluar dari kota sehingga kemacetan sudah berkurang banyak. Jam di mobil menunjukan waktu 18.07 dan saat itu mulai turun hujan rintik-rintik. Mobilpun melaju cukup kencang, langitpun semakin gelap. Hujan turun sangat lebat, walaupun hampir tidak ada mobil di jalanan tapi mobil Hendra tidak bisa melaju cepat karena licinnya jalan. Dalam perjalanan terlihat seorang pria sedang berjalan sambil menggunakan payung, dia berjalan di tengah hujan yang begitu lebat. Hendra memelankan mobilnya, lalu melihat Pak Agung. Atas persetujuan dari Pak Agung, akhirnya Hendra memberhentikan mobilnya tepat di sebelah pria berpayung itu. " Selamat malam, Apa anda butuh tumpangan?" Hendra menanyakan pada pria berpayung itu. Awalnya Pria itu menatap Hendra sambil tersenyum, lalu berkata " Terimakasih, Saya memang membutuhkannya" Kemudian pria itu membuka pintu mobil bagian belakang, ketika dia hendak masuk dan duduk di sebelah Pak Agung dia menjadi terdiam sejenak." Sebaiknya saya duduk di depan, jika bapak tidak keberatan" Dia kembali tersenyum dan kemudian menutup pintu mobil dan duduk di sebelah Hendra.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7b3njChKg9uaWuO2t5UJd-Ofszl7Iutt1jIfCB3elIU1WGk1g-wosDeRE68JONBlaK49t721h-zewUET-MKOUtay5L7RtDebNna3wJNW44Pu5RdtcQDPHVaS_G6hxhd7OzXvzHnIFz6Q/s1600/_DSC1959.JPG

Hujan begitu lebat, sehingga jalan menjadi susah terlihat walau dengan bantuan penerangan mobil sekalipun. Pria itu akhirnya memperkenalkan diri sebagai Ron, Dia sedang melakukan perjalanan melihat dunia. Hendra berpikir, usia mereka tidak berbeda jauh namun Ron masih bisa bertualang seperti ini, sedangkan dia harus menjalani rutinitas kantor. Pak Agung mengajak Ron untuk ikut tinggal di Mes malam ini, dan Ron berterimakasih atas kebaikannya. "Sungguh jarang bisa bertemu orang seperti anda, Hendra." Ron menatap Hendra dengan tatapan yang dalam. " Saya juga pasti membalas kebaikan Bapak" kata Ron sambil menghadap ke belakang.

Hendra konsentrasi menyetir namun tiba-tiba terlihat wanita yang sedang berdiri di tengah jalan. Kecepatan mobil tidak dapat di turunkan lagi, akhirnya wanita itu tertabrak. Hendra dan Pak Agung langsung histeris, Pak Agung spontan keluar dan mencari wanita itu namun tidak ditemukan. Akhirnya Pak Agung kembali ke mobil dengan basah kuyup. Ron nampak begitu tenang, " Kenapa kamu tidak terkejut?" Hendra bertanya pada Ron. Dia hanya tersenyum dan menjelaskan bahwa itu adalah kisah yang diceritakan orang-orang ketika melewati jalan ini, namun selama ini belum menelan korban jiwa, jadi dirasa tidak ada yang perlu di khawatirkan. " Saya telah bertualang ke banyak tempat, mungkin itu yang membuat saya tidak terkejut" Ron kembali tersenyum dengan senyum khasnya. Kedua teman perjalanannya itu akhirnya hanya bisa terdiam.

Sisa perjalanan menjadi sunyi senyap karena kejadian yang baru terjadi. Akhirnya mereka memasuki pemukiman lagi. Rasa lega jelas terpancar di wajah Hendra, hari ini cukup melelahkan di tambah dengan pengalaman barunya yang jelas tidak menyenangkan untuknya. Pak Agung mengarahkan bahwa Ron bisa berbagi kamar dengan Hendra di Mes nanti. Tidak perlu waktu lama, mereka telah tiba di tempat yang di maksud. Hujan masih tetap lebat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgshf_QhNplPRYEtriBObSBUEqhC6r5UnsyGe-bvs4Rz08PAOWojtq_Kcllv1Zer3HHggtyVckjC7cPrkV5RlV5jrLDnKLCppePB2bCAhtl4JArouqlx2e-iThy2Yn671G4m6itMyEFR-Yo/s1600/DSCN6599.JPG

Ron dan Hendra menuju ke kamar mereka, sementara Pak Agung masih duduk di ruang tamu. Wajah Pak Agung seperti penuh dengan pikiran, wajahnya nampak begitu pucat. Hendra menemukan bahwa kamar mereka cukup berantakan namun masih nyaman untuk di tinggali. Setelah meletakan barang-barang bawaan, Ron dan Hendra menuju ke dapur untuk memasak makan malam. Ketika sedang memasak mie instant, tiba-tiba Hendra mendengar suara dari jendela yang ada di dapur. "Ron, kamu dengar suara dari jendela itu?" Hendra menunjuk jendela yang dimaksud, Ron melihat ke arah jendela itu " Mungkin hanya angin saja." Kemudian Ron kembali konsentrasi memasak. Tiba-tiba Pak Agung masuk ke dapur, dan minta di buatkan teh manis, dia minta agar gulanya diberi cukup banyak kemudian dia keluar dari dapur. Hendra membuatkan teh manis itu kemudian berjalan menuju ke ruang tamu. Ketika sedang berjalan menuju ruang tamu, tiba-tiba lampu sedikit meredup kemudian menyala seperti biasa kembali. Hendra menyerahkan teh manis itu kepada Pak Agung, " Pak, Ini teh manis pesanan bapak." Pak Agung kemudian menatap Hendra dengan wajah yang nampak kebingungan. " Hendra, Bapak kan diabetes. Tidak bisa minum teh manis. Kapan saya pesan teh?" Pak Agung mengutarakan kebingungannya, sekarang gantian Hendra yang bingung."Lho, bukannya tadi bapak ke dapur lalu minta dibuatkan teh?" Pak Agung mengeleng, dia tidak ada ke dapur tadi. Dari dia sampai dia hanya duduk di ruang tamu. Ketika Hendra mengangkat gelas teh itu, Ternyata gelas itu sudah kosong. Gelas yang seharusnya berisi teh manis itu kini menjadi kosong melompong! Hendra langsung terkejut, namun berhasil menyembunyikan keterkejutannya. Dia pun bergegas kembali ke dapur.

Hendra melihat Ron sedang memindahkan Mie Instant yang sudah matang ke mangkok. "Hei Ron, tadi kamu ada lihat Pak Agung memesan teh manis kan?", Ron nampak bingung, "Memangnya ada ya? tadi kamu tiba-tiba membuat teh manis, kupikir kamu yang mau minum." Ron mencari sendok untuk makan, sementara Hendra mulai merasakan perasaan yang tidak enak. "Ayo Makan Mienya" Ron mengajak Hendra untuk makan, kemudian mereka berduapun makan. Hendra makan dengan perasaan yang tidak nyaman.

Setelah makan Ron dan Hendra masuk ke kamar mereka, setelah sedikit berbincang Ron nampak begitu lelah. Hendra kemudian memutuskan untuk istirahat, Ron tidur menghadap ke dinding. Hendra menatap langit-langit kamar, perasaannya tidak nyaman. Dia merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Perasaan itu membuatnya tidak bisa tidur. Tiba-tiba terdengar suara yang aneh dari luar. Hendra pun keluar dari kamar, mencari sumber suara tersebut.

Hendra berjalan menuju ke arah dapur, ternyata suara itu berasal dari kamar Pak Agung yang berada dekat dengan dapur. Tiba-tiba Pak Agung keluar dari kamarnya, wajahnya nampak pucat. Dia melihat Hendra," Kamu belum tidur?" Pak Agung bertanya kepada Hendra dengan suara yang kecil. " Sebentar lagi Pak, saya mau ambil minum." Pak Agung tidak menjawab dan langsung kembali masuk ke kamar. Hendra merasa ada yang aneh dengan atasannya itu. Hendra ke dapur untuk minum. Tiba-tiba keran air menyala sendiri, Hendrapun terkejut. Dia segera mematikan keran air itu. Perasaan Hendra semakin tidak nyaman, dia pun segera kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar, nampak Ron sudah tertidur. Hendrapun mencoba untuk tidur juga. Dia berbaring da memejamkan matanya. Belum lama dari dia memejamkan matanya, rasanya ada sesuatu yang berat di perutnya, pelan-pelan dia membuka mata. Di lihatnya seorang wanita cantik sedang duduk di atas perutnya. Wanita itu meletakan kedua tangannya di dada Hendra, lalu bergerak naik ke atas. Hendra hanya menatap wanita itu, tubuhnya tidak bisa digerakan. Tangan wanita itu terus naik sampai ke leher Hendra lalu wanita itu mencekiknya. Wajah wanita yang cantik itu berubah menjadi pucat, penuh dengan bekas luka sayatan. Hendra meronta-ronta kesakitan. Tiba-tiba ada cipratan air yang mengenai wajah wanita itu, dan dia langsung melepaskan tangannya dari Hendra dan menutupi wajahnya. Sekarang giliran wanita itu yang nampak kesakitan, kemudian dia lari menembus dinding. Ternyata yang melempar air tadi adalah Ron. "Air apa itu? Makhluk apa barusan?" Hendra nampak panik dan kebingungan. Ron menenangkan Hendra, dan menjelaskan bahwa wanita tadi adalah Hantu ganas. Air yang di lemparkan tadi adalah air yang berasal dari ombak pada malam bulan purnama. "Itu botol terakhir yang kupunya, mulai dari sini akan jadi lebih sulit" Ron bergegas berdiri dan mengambil kopernya. " Siapa sebenarnya kau?" Hendra masih nampak bingung. Ron melihat Hendra dengan tatapan serius, " Aku adalah Pemburu Hantu" Hendra nampak tidak percaya, "Waktu kita tidak banyak, aku butuh bantuanmu." Ron menjelaskan dia perlu waktu untuk mempersiapkan peralatannya, dia juga mengatakan bahwa Hantu yang satu ini cukup berbahaya. Tiba-tiba ruangan menjadi gelap, ternyata aliran listrik tiba-tiba padam. Ron melemparkan senter ke Hendra, dan dia juga menyalakan lilin. " Aku harus menjemput Pak Agung" Hendra mulai mengkhawatirkan atasannya yang sedang sendirian di ruangan lain. Ron mengangguk, dia melemparkan beberapa biji merica dan selembar kertas. "Jika terjadi sesuatu baca mantra yang ada di kertas itu, lalu lempar biji merica itu." Hendra mengangguk dan bergegas menuju kamar Pak Agung.

Baru keluar kamar, ternyata Hantu wanita itu telah menunggu di ujung lorong. Wajahnya nampak semakin menyeramkan, nampak ada luka bakar juga di wajahnya. Sepertinya itu karena air yang disiramkan Ron ke wajahnya.  Hendra segera membaca mantra yang ada di kertas itu, mantranya hanya sebuah kalimat dalam bahasa yang sama sekali asing bagi Hendra. Perasaan Hendra menjadi lebih berani setelah membaca mantra itu, dia pun mengejar hantu wanita itu untuk di lemparnya dengan biji merica. Ternyata hantu wanita itu yang menjadi takut dan diapun menyingkir. Ketika Hendra hendak melanjutkan perjalanannya, Ron keluar dari kamar membawa sebuah cermin antik dan sebuah botol yang berisi cairan berwarna merah. " Ayo kita ke tempat atasanmu." Mereka berduapun bergegas ke kamar Pak Agung.

Hendra dan Ron segera tiba di depan ruangan Pak Agung. Pintu kamarnya terkunci, Hendrapun mengedor pintu sambil memanggil Pak Agung, namun tidak ada respond. Hendra pun akhirnya mendobrak masuk ke dalam. Sungguh terkejut Hendra, yang ditemukannya adalah tubuh Pak Agung yang sudah terbaring kaku di atas ranjang. Nampak di lehernya ada bekas tangan, sepertinya dia tewas tercekik. Hantu wanita itu muncul menembus dinding. Dia nampak begitu marah, dan ingin menyerang Hendra. Ron pun bergegas mengarahkan cermin antik itu ke arah hantu wanita itu. Hantu wanita itu menjerit, dan berusaha kabur melalui dinding, tapi kali ini dia tidak bisa menembus dinding. "Apa maumu sebenarnya? Kenapa kamu ingin membunuh mereka?" Ron bertanya kepada hantu itu.

Hantu wanita itu menangis, tangisannya begitu memilukan hati. Dia menceritakan bahwa dia telah di bunuh oleh Pak Agung, agar pacarnya dapat direbut oleh Pak Agung. Atasan Hendra itu membuat Pacar hantu wanita ini terlilit hutang dan memaksanya membayar dengan tubuhnya. Dan semua ini berawal dari Hendra, hantu wanita itu menunjuk Hendra dengan amarah yang begitu besar. Hendra sekarang ingat, beberapa waktu yang lalu ketika sedang menemani Pak Agung makan malam di sebuah restoran, Hendra menggoda atasannya itu dengan mengatakan Pria yang berada di meja sebelah itu begitu tampan. Pria di restoran itu adalah orang yang sama dengan yang dia temui tadi pagi. Hendra begitu menyesal, karena candaan dia waktu itu ternyata begitu serius, Hendra langsung menangis meminta maaf kepada wanita itu. Hantu wanita itu tidak terima, lalu mengatakan Hendra harus mati untuk menebus kesalahannya. " Kalau dia mati pun, kamu tidak bisa hidup lagi. Lepaskanlah pria ini, aku akan memastikan dia menebus kesalahannya. Sekarang kau pergilah dari sini, dan lupakan dendammu." Ron berusaha membujuk hantu wanita itu. Sebenarnya hantu wanita ini masih tidak bisa terima, tapi kemampuannya tidak bisa mengalahkan Ron saat ini, karena itu dia memilih untuk pergi.

Malam yang panjang itu mungkin yang dipikirkan Hendra. Setelah mereka memanggil polisi untuk membereskan mayat Pak Agung, ternyata juga ditemukan Mayat wanita di bagasi mobil yang mereka bawa. Pada umumnya jelas sulit menjelaskan kepada polisi apa yang telah terjadi, namun Ron ternyata memiliki kenalan yang berpangkat tinggi di kepolisian sehingga tidak perlu menjadi urusan yang panjang. Ron menjelaskan bahwa Hendra memiliki bakat dalam menghadapi hantu, karena itu sebagai penebusan kesalahannya, Ron meminta Hendra menjadi asistennya. Hendra menyetujuinya. Mulai malam ini, Hendra telah tiada. Dia telah lahir kembali sebagai Hendra yang baru, tanpa ikatan dengan masa lalunya. Dia menjadi Pria yang Hidup di Balik Bayangan. Dan pertualangan yang menantinya bersama Ron pun dimulai.

Bersambung..

0 komentar:

Posting Komentar