Langkah Si Panda Bagian Sepuluh

Aku akhirnya sampai di Toko. Ibu Rose sudah menunggu di depan. Aku meminta maaf karena keluar terlalu lama saat jam kerja seperti ini. Ibu Rose mengatakan bahwa tidak apa-apa namun dia bertanya apa yang terjadi. Akupun menjelaskan kejadian yang baru kualami, beliau tertawa mendengar kisahku.
Aku kemudian memberikan kepiting yang aku beli kepada Ibu Rose. Beliau nampak terkejut, aku mengatakan ini untuk telah menjagaku dengan baik. Beliau memintaku menjaga kesehatanku. Aku kemudian mengemas barang belanjaanku lalu kembali menjaga toko.
Tidak terasa waktu berlalu cepat hari ini, sudah malam saja. Akupun membereskan toko, ketika membereskan toko, Ado lewat. Dia mengatakan ingin singgah malam ini, karena rumahnya kosong. Eva dan Steve pergi ke ulang tahun temannya Steve. Setelah membereskan toko, Aku mengatakan bahwa temanku Ado akan datang malam ini. Ibu Rose tersenyum. Akupun mandi.
Tidak lama setelah aku mandi, masuk pesan singkat ke handphoneku. Dari Ado, dia telah menunggu di depan toko. Akupun turun membukakan pintu. Ketika kami berjalan masuk, tercium aroma harum yang sangat mengundang selera. Ternyata Ibu Rose memasak Fuyunghai Kepiting yang tanpa beliau sadari adalah salah satu makanan favoritku.
Kami akhirnya makan bersama, aku mengenalkan Ado kepada Ibu Rose. Menceritakan pertemuanku dengan Ado pertama kali. Kurang lebih 12 Tahun yang lalu. Ketika usia kami masih begitu belia, sekitar 10 tahun. Kami bertemu. Kami bersekolah di sekolah yang sama. Awalnya kami tidak dekat, karena Ado berasal dari latar belakang yang begitu berbeda dariku. Suatu hari ada seorang wanita dengan wujud begitu menyeramkan, bernama Leba. Awalnya Leba selalu menjadi bahan olok-olok karena rupanya yang tidak biasa, karena Ado orangnya lembut dia bersahabat dengan Leba,namun akhirnya Leba mengejar Ado dengan agresif. Ini jelas bukan hal normal untuk anak-anak berumur 10 tahun seperti kami. Leba selalu mencium Ado setiap ada kesempatan, dan membuat sebagian kebahagiaan Ado terkuras. Ya, Leba seperti Dementor dari serial Harry Potter. Suatu hari Ado sedang berbicara denganku tentang PR matematika, saat itu Leba mendekati kami. Leba melihatku dalam-dalam, dia merasakan aura kesedihanku, memang saat itu aku masih sulit menerima keadaanku. Aku seperti musuh alami bagi Leba yang memakan kebahagiaan Ado. Akhirnya dia menjauh tanpa berkata apa-apa. Ado menyadari satu hal saat itu. Sejak kejadian itu, Ado selalu membawaku kemana-mana, setiap Leba mendekat dia akan menggunakanku sebagai Perisai. "Ron Barrier" adalah istilah yang diberikan padaku. Bukan hanya Ado, beberapa orang yang sering di dekati Leba menggunakan jasaku, bahkan ketika Leba datang mereka akan menarik kerahku dan menghadapku langsung ke Leba sambil berteriak, "Ron Barrier!" dan Leba akan pergi sambil berteriak-teriak. Seperti Vampire yang melihat Salib. Kami semua menikmatinya, bahkan Leba juga. Perlahan-lahan tapi pasti hubungan persahabatanku dengan Ado terbangun, Aku menemani Ado melewati banyak hal begitu juga sebaliknya.
Ibu Rose tertawa mendengar ceritaku, sedangkan Ado wajahnya seperti baru mengingat Trauma lamanya. Ado sepertinya mengingat kembali aib-aib masa lalunya. Kami meneruskan berbincang-bincang sampai akhirnya selesai makan. Ibu Rose mengatakan bahwa sudah lama dia tidak makan martabak telur, tiba-tiba kepikiran. Akupun menawarkan diri untuk membelinya, Ibu Rose mengatakan tidak perlu. Beliau mengatakan bisa lain waktu saja, lalu Ado mengatakan bahwa dia juga sudah lama tidak makan martabak telur. Aku dan Ado pun memutuskan untuk keluar membeli martabak telur.

Kami berdua melewati jalanan yang ramai dengan motor, cukup lama kami berkeliling sampai bisa menemukan Tukang Martabak Telur. Ternyata sedang ramai sekali, akhirnya aku memesan 2 porsi Martabak telur kemudian menunggu di warung dekat gerobak martabak tersebut. Aku dan Ado memesan teh hangat sambil menunggu pesanan kami tiba. Di seberang jalan, nampak empat wanita dengan dandanan tebal dan pakaian minim sedang berdiri di bawah sorotan lampu jalanan. Usia mereka masih sangat muda, seumuran dengan kami mungkin. Apa yang sedang mereka lakukan tentu tidak perlu aku jelaskan lagi, mereka adalah Wanita Tuna Susila, orang-orang yang memberikan "Jasa" untuk mendapatkan uang.

Ado menatap miris kepada mereka, Kami sadar mereka melakukan ini juga bukan berdasarkan kemauan mereka. Ini terjadi karena pengaruh tekanan ekonomi. Aku dan Ado teringat beberapa hal yang terjadi di masa lalu kami. Kemudian kami berbincang-bincang sedikit tentang apa yang kami lihat. Ado mengatakan bahwa dia memang harus semangat bekerja, jangan sampai adiknya yang cantik itu harus melakukan pekerjaan seperti ini. Aku menepuk pundak Ado, mengatakan bahwa Eva dan Steve bukan hanya tanggung jawab dia, tapi tanggung jawabku juga. Mereka bertiga memang sudah seperti saudara kandungku. Ado tersenyum puas.

Kami kembali menatap ke empat wanita itu, tiba-tiba di dekat mereka ada taxi berhenti dan menurunkan seorang gadis muda. Gadis itu berparas cantik dan berpakaian wanita kantor dan memakai High Heels, jelas dia bukan wanita yang ingin berjualan "Jasa". Gadis itu nampak kebingungan, kemudian melihat ke arah ke empat wanita di sebelahnya. Sadar akan posisinya yang salah, dia berusaha untuk menyeberang. Namun sepertinya dia kesulitan menyeberang. Aku dengan cepat menyeberang ke arah gadis tersebut, Ado hanya terbengong melihatku. Aku sampai di seberang dan segera membantu gadis itu menyeberang. Sesampainya kami di sisi satunya, dia berterimakasih kepadaku. Dia menceritakan bahwa dompetnya ketinggalan di rumah dan uang yang dia bawa tidak cukup lagi untuk membayar taxi. Aku menatapnya kemudian aku bertanya kepadanya, bukankah dia bisa pulang sampai rumah dan meminta taxinya menunggu sementara dia mengambil uang di rumahnya. Gadis itu langsung menepuk keningnya, mengatakan tidak terpikir sebelumnya. Gadis lugu ini benar-benar menarik, aku membantunya memanggil taxi dan akhirnya dia menaiki taxi itu. Sayang aku lupa menanyakan namanya. Ado hanya tertawa melihat apa yang baru saja terjadi.

Akhirnya martabak pesanan kami selesai, kamipun segera pulang. Ketika sampai di toko bunga, ternyata Ibu Rose telah tidur. Mungkin beliau kelelahan, jadi kami berdua saja yang makan ronde kedua. Setelah makan Ado pun pulang. Aku kembali ke kamarku, aku melihat ada pesan singkat yang masuk ke handphoneku, dari salah seorang teman baikku yang lainnya, Hendra. Dia mengatakan bahwa dia akan segera dipindah tugaskan ke kota aku berada, Dia tidak sabar untuk bertemu denganku. Akupun mengiyakan, dan mengatakan bahwa segera hubungi aku setelah sampai disini. Aku berbaring menatap langit-langit kamarku, aku merasakan ada hal yang berbeda besok. Mataku perlahan-lahan mulai menutup karena lelah, dan akhirnya aku tertidur.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar