Langkah Si Panda Bagian Sembilan


Wang Suk Hyun
Supermarket ini ternyata cukup besar, Aku berkeliling membeli cukup banyak barang. Ketika sampai di bagian daging segar, aku melihat daging kepiting yang sedang diskon. Walaupun sedang diskon harganya masih mahal. Aku membuka dompetku, ternyata hasil kerjaku sebagai supir cukup banyak. Jika dipakai membeli daging kepiting ini masih tersisa sedikit. Aku akhirnya mengambil daging kepiting ini. Aku pun menuju kasir untuk membayar semuanya, benar saja uangku tinggal sedikit setelah belanja. Ketika sedang menuju pintu keluar, aku mendengar ada keributan.
Ada seorang anak kecil, usianya sekitar 9-10 tahun. Dia membuat keributan, dia berteriak-teriak memanggil neneknya. Para pegawai Supermarket kesulitan menghadapinya. Akhirnya aku mendekati anak itu dan bertanya, " Anak Pintar, Siapa namamu?" Aku jongkok sambil tersenyum padanya. Dia menatapku lama, kemudian mengenalkan namanya Andre. Dia sedang mencari neneknya. Anak ini sangat pintar pada usia begini sudah bisa bersosial dengan orang yang lebih tua darinya. Dia mengatakan dia mencari neneknya yang hilang di jalanan, karena itu dia masuk kesini. Dia berpikir neneknya ada di supermarket ini. Aku menjelaskan padanya bahwa neneknya tidak disini. Aku membawanya ke depan Supermarket. 
Andre mulai terlihat tenang, di dekat supermarket ada yang menjual sosis goreng. Akupun membelikan untuknya. Dia makan dengan lahap, sepertinya dia belum makan daritadi. Aku baru menyadari, bahwa pakaian yang dipakai Andre adalah pakaian yang sangat bagus. Sepertinya dia berasal dari keluarga orang kaya. Karena itu pelayan-pelayan supermarket tadi tidak berani sembarangan mengusirnya. Aku memberikan Andre sebuah teh botol yang kubeli tadi. Dia meminumnya juga. Andre bercerita bahwa ini pertama kalinya dia makan Sosis goreng, ternyata sangat enak. Anak ini mulai kedengaran seperti anak tidak pernah makan enak, atau sebaliknya tidak pernah makan sesuatu yang murah? Entahlah. 
Aku bercerita beberapa hal, tentang dongeng kepada Andre. Dia nampak begitu terhibur, seperti dia tidak pernah mendengar dongeng-dongeng yang kuceritakan. " Abang begitu baik pada Andre, ikut aku pulang dan jadi Abangku ya?" Permintaan anak yang masih polos itu membuatku terdiam. Aku bertanya pada Andre, apakah dia tidak punya saudara. Andre mengatakan dia hanya punya seorang Kakak perempuan yang galak dan menyebalkan. 
Belum selesai Andre bercerita, nampak segerombolan pria dengan jas hitam mendekati kami. Salah satu dari mereka bergerak menangkapku dengan cepat aku membalikan keadaan dan membanting orang itu dengan teknik Yokomen Uchi Kokyu Nage dari Aikido. Ketika aku mengambil posisi untuk bertarung dengan yang lainnya, Andre menghentikan kami. Di belakang orang-orang muncul seorang nenek dengan pakaian formal. Andre berbicara dengan nenek itu, sepertinya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya dia adalah Neneknya Andre.
Nenek Andre mendekatiku, memperkenalkan dirinya sebagai Elly, Nenek Elly. Dia meminta maaf atas kesalah pahaman ini dan berterimakasih karena telah menjaga Andre. Dia mengeluarkan sejumlah uang, namun aku menolaknya dengan sopan. Aku mengatakan bahwa aku menikmati waktu bersama Andre. Nenek Elly terkejut bahwa Andre bisa dekat dengan orang asing, dia mengatakan aku pasti orang yang baik sehingga bisa diterima oleh Andre. Aku hanya tertawa, Kemudian aku izin pamit dengan Andre. Dia sepertinya tidak rela melepasku, dia merasa baru mendapatkan saudara baru. Dia bertanya kapan bisa berjumpa lagi, Aku memberikan alamat toko Bunga. Dia bisa mencariku kapan saja, asal dia rajin belajar dan tidak nakal. Andre tersenyum ceria. Nenek Elly menawarkan tumpangan, namun aku mengatakan bahwa tempat yang kutuju tidak jauh. Aku pun berjalan pulang.
Yang tidak kusadari adalah Nenek Elly melihatku dari jauh, begitu juga Andre. Dengan tatapan yang hangat, tatapan yang telah lama mereka tidak tunjukan kepada orang luar. Aku tidak sadar, bahwa pertemuan ini membuat hidupku semakin rumit nantinya.
Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar