Langkah Si Panda Bagian Empat

 Hujan turun semakin lebat, aku menyetir mobil dengan santai. Kami berkeliling kota. Malam ini kota nampak sepi, karena hujan yang begitu deras ini. Tampak gadis di belakangku sedang menatap keluar melalui jendela mobil. Wajahnya nampak begitu sedih.
Tidak terasa sudah hampir satu jam berlalu, karena tidak macet kami telah berkeliling ke banyak tempat. Jam menunjukan sudah hampir jam 8 malam. Lalu aku bertanya pada Gadis di belakangku, " Nona, sudah satu jam kita berkeliling. Apa anda masih ingin terus berkeliling?" Gadis itu terkejut, seolah tersadar dari lamunannya. Dia menatapku cukup lama dalam diam. " Apa di dekat sini ada Jembatan?" Suara parau seperti menahan tangis keluar dari mulutnya. Aku mengangguk, kemudian dia memintaku untuk ke Jembatan itu.
Jembatan besar mulai terlihat, Ini bukan jembatan yang panjang ataupun Indah. Aku pun bingung apa yang di inginkan si Gadis ini. Ketika sedang berada di tengah Jembatan tiba-tiba dia memintaku untuk berhenti, Aku pun menepi. Dia menatap lama ke arah Sungai melalui jendela mobil, Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak. Benar saja tiba-tiba gadis ini membuka pintu mobil kemudian berlari menuju tepi Jembatan. Aku pun spontan mengejarnya.
Gadis ini meloncat ke bawah, kemudian aku segera menangkap tangannya. "Lepaskan!" si Gadis meronta-ronta kemudian ketika melihat ke bawah, dia pun pingsan. Aku menariknya ke atas, kemudian menggendongnya ke mobil. Aku langsung tancap gas agar tidak menarik perhatian banyak orang.
Hujan mulai reda, aku berhenti di tepi taman. Aku melihat gadis itu terlelap tak berdaya, Apa yang harus kulakukan. Aku melihat tas tangan miliknya, kemudian aku ambil. Mungkin aku bisa menemukan alamat rumahnya. Ternyata ada sebuah buku kecil, bertuliskan Buku Siswa. Aku buka dan lihat ada foto Gadis ini, Namanya adalah Erine Sania Tan. Dia bersekolah di Tenmi, dan ada alamat rumahnya di buku itu. Aku pun meluncur ke alamat tersebut.
Butuh waktu hampir setengah jam untuk menuju lokasi itu, ini adalah sebuah kawasan Elite. Banyak Rumah-rumah yang begitu mewah bergaya Eropa di sini. Aku sampai di Rumah paling besar di kawasan itu, ternyata ini alamat yang di maksud. Aku di persilahkan masuk oleh Beberapa Security karena membawa Mobil Benz ini, kemudian sesampainya di depan pintu, ternyata begitu banyak pelayan di rumah ini. Aku menjelaskan apa yang terjadi kepada Kepala Pelayan, seorang yang nampak begitu berwibawa. Kepala Pelayan ini nampak sedih, kemudian berterima kasih kepadaku. Dia meminta salah satu pelayan yang masih muda untuk mengantarku pulang. Aku pun pamit.
Pelayan yang mengantarku pulang ternyata memakai mobil pribadinya, yaitu salah satu mobil keluaran Toyota. Ternyata gaji seorang pelayan bisa begitu tinggi, Kamipun berkenalan. Namanya adalah Julius, Usianya pun baru menginjak 30 tahun. Badannya tegap dan berkulit gelap namun memiliki wajah yang ramah. Dia bercerita cukup banyak hal padaku, selama perjalanan ini. Bahwa dia bekerja selama 2 tahun di rumah itu, Kemudian bahwa Erine adalah anak dari salah satu pengusaha paling kaya di Negeri ini. Erine adalah Anak semata wayang. Keluarga Erine juga pengusaha-pengusaha papan atas negeri ini, namun yang melewati kekayaan Ayah Erine hanyalah Neneknya Erine. 
Sambil bercerita, waktu terasa cepat berlalu. Akhirnya aku sampai di toko Bunga, kemudian aku pun pamit dengan Julius dan Akhirnya Beristirahat hari itu. Benar-benar hari yang panjang.
Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar