Namaku Ron, seorang pria yang biasa saja, belum lama ini usiaku
menginjak 22 tahun. Saat ini aku hanya duduk di bangku taman, memandangi
sebuah pohon. Ini seperti adegan sebuah film atau novel dengan ending
yang buruk. Ya, tapi apa yang kualami beberapa waktu ini memang buruk.
Aku memandang langit, kemudian memejamkan mata. Mengingat apa saja yang
baru terjadi padaku. Kembali ke beberapa waktu yang lalu, Aku bekerja
paruh waktu di sebuah Toko 24jam dengan Shift malam, semuanya lancar
selama beberapa bulan walau aku tidak menyukai Manager toko itu. Semua
berubah ketika seorang karyawati baru masuk. Dia masih muda, serta
cantik. Dia membuat Manager memberi pandangan yang buruk. Suatu malam,
dia mendapatkan shift yang sama denganku, ketika aku sedang mengatur
beberapa kaleng minuman di rak, aku mendengar jeritan dari belakang.
Ketika aku lari kebelakang ternyata wanita itu sedang dipegang-pegang
oleh Manager. Wanita itu berteriak minta tolong, namun Manager bilang
kepadaku untuk keluar dari pintu dan lupakan apa yang terjadi, biarkan
dia menikmati waktunya. Tanpa basa basi lebih lanjut, akupun memukul
Manager itu hingga babak belur. Akhirnya aku dipecat, sedangkan wanita
itu mengundurkan diri. Dia berkali-kali meminta maaf kepadaku.
Selama dua minggu setelah itu, aku belum berhasil mendapatkan pekerjaan
baru. Uang di dompet begitu menipis. Akhirnya aku harus keluar dari
Kostan karena tidak mampu membayar. Saat keluar itu aku sadar, barang
yang kumiliki sangat sedikit. Tidak butuh waktu lama untuk berkemas,
hanya satu buah tas ransel cukup untuk membawa semua barang milikku.
Mungkin yang paling berharga kumiliki hanya Handphone Jadul dan Jaket
Kulit yang sudah menemaniku lebih dari 5 tahun. Setelah keluar, aku
hanya berjalan tanpa arah, akhirnya duduk di kursi taman ini sambil
memandangi Pohon.
Aku sudah lelah hidup susah, namun kehidupan terlalu berharga untuk di
akhiri begitu saja. Aku melihat isi dompetku, hanya cukup untuk makan
beberapa hari lagi. Setelah kupikir, aku harus meminta bantuan Temanku,
ini bukan situasi yang bisa kuhadapi sendiri.
Sebenarnya aku adalah orang yang sangat sulit meminta bantuan orang
lain, aku lebih senang membantu daripada dibantu. Namun kali ini aku
memang butuh bantuan,Entah sudah berapa lama sejak aku meminta bantuan
seseorang. Aku berpikir akan meminta bantuan sahabat dekatku, Ado.
Karena itu aku mulai berdiri dan berjalan ke arah rumahnya.
Selama dalam perjalanan, aku mengingat kembali perjalanan hidupku hingga
selama 22 tahun ini. Aku kehilangan kedua orang tua di usia sangat
belia, saat itu semua keluargaku tidak ingin mengambilku karena berpikir
aku akan jadi beban, walaupun mereka sangat kaya. Akhirnya aku hidup
sebatang kara, Aku bersekolah dengan usahaku sendiri. Bukan karena aku
suka sekolah, namun agar aku memiliki pengetahuan yang kubutuhkan di
kehidupanku nanti. Untuk bisa sekolah, aku bekerja paruh waktu serta
dari teman-temanku sendiri. Misalnya dengan mengerjakan tugas mereka,
pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Untuk masa SMP dan SMA aku
bersekolah dengan beasiswa, sehingga aku bisa cukup menikmati masa
sekolah. Aku sangat menikmati seni bela diri, aku mempelajari berbagai
seni bela diri. Saat itu untuk menghilangkan stres dan beban yang ku
emban, bertarung adalah hal yang menyenangkan. Ketika sekolah, tempat
paling mudah menemukanku adalah perpustakaan, Aku sangat hobi membaca.
Menurutku itu liburan paling murah dan bermamfaat. Biasanya liburan
sekolah, teman-teman bermain di Pantai, Mall atau ke Luar kota.
Sedangkan aku menghabiskan liburan dengan kerja atau ke perpustakaan
umum. Akibatnya aku menguasai banyak hal secara otodidak. Aku juga
memiliki sangat banyak sahabat dan teman, apalagi setelah lulus sekolah
semakin banyak orang yang kukenal. Aku memutuskan tidak kuliah karena
ada teman yang membantuku mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus
diperusahaan, namun hanya dalam 2 tahun perusahaan itu di tutup karena
pengelapan pajak. Sejak itu aku bekerja secara serabutan. Menjual banyak
barang, karena prinsipku yang tidak ingin berhutang apalagi berhutang
pada teman.
Aku kembali ke saat ini, ternyata selama 22 tahun ini kehidupanku tidak
berarti banyak. Aku harus lebih berusaha lagi mulai sekarang. Aku sampai
di depan Rumah Ado, dia menyambutku dengan hangat. Sudah sekitar 1
bulan kami tidak bertemu, hanya kontak melalui telepon saja. Aku
menceritakan masalahku kepada Ado. Dia segera merespond dengan baik, dia
mengajakku tinggal di rumahnya saja. Rumah Ado adalah sebuah Rumah satu
lantai dengan 3 kamar tidur, lengkap dengan ruang tamu, dapur serta
kamar mandi. Dia tinggal dengan kedua adiknya, Eva dan Steve. Mereka
semua memang blasteran, Ayah Ado dulu pengusaha sukses yang menikahi
seorang wanita Inggris, namun suatu waktu Ayahnya mengalami ke
bankrutan, sehingga Ibunya kabur dengan lelaki lain. Saat ini ayahnya
bekerja di kota lain, mulai membangun Usahanya lagi, sedangkan Ado
sendiri bekerja di bengkel. Kedua adiknya masih sekolah, Steve SMP dan
Eva SMA.
Aku bilang kepadanya bahwa aku akan tinggal satu atau dua hari saja,
sampai aku dapat kostan baru. Kemudian Ado mengajakku untuk kerja di
Bengkel juga, karena dia tau kemampuanku. Memang aku juga menguasai
mesin seperti motor dan mobil. Namun aku tidak ingin mengambil lapangan
kerja sahabatku, jika aku bergabung dengannya, penghasilannya tentu
turun. Sedangkan dia memiliki dua adik sebagai tanggungan.
"Pokoknya besok kamu ikut aja dulu, Ron.", Ado tetap mengajakku sambil
memberikan secangkir teh hangat. Akupun mengiyakan. Ado akhirnya tidur
dengan Steve, sedangkan aku memakai kamar Steve. Setelah mandi, akupun
masuk kamar. Kemudian memikirkan hal-hal yang harus kulakukan kedepan
nanti.Tiba-tiba handphoneku berbunyi, ternyata ada beberapa pesan yang
masuk. Sahabat-sahabat dekatku bertanya kabarku, Aku membalas dengan
mengatakan aku sedang di tempat Ado. Kebenaran mereka semua juga dekat
dengan Ado, dan semua merasa lebih lega. Aku memang memiliki beberapa
Sahabat yang seperti saudaraku sendiri, Ya salah satunya Ado. Kami kenal
sudah 12 tahun. Sehingga kami sangat dekat, Eva sendiri sudah kuanggap
seperti adikku sendiri. Aku beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti
mereka, Ini alasan aku harus tetap hidup. Karena banyak orang yang lebih
tidak beruntung dariku. Ketika sedang berpikir begitu, Akupun terlelap.
Hari baru telah tiba, Aku bangun. Melihat handphoneku menunjukan jam 5
pagi dan beberapa pesan masuk. Ternyata dari beberapa temanku yang
wanita. Mereka mengatakan dapat kabar dari sahabat-sahabatku aku sedang
kesulitan, Sahabatku memang cukup khawatiran. Aku membalas pesan mereka,
" Aku baik-baik saja, namun aku mungkin tidak bisa ber-sms-an dulu
untuk menghemat pulsa." Terkirim. Aku terkesan pelit sekali jadinya. Aku
memang pernah dekat dengan beberapa wanita, namun tidak pernah sampai
berstatus. Karena aku sadar bahwa aku hanya akan menyulitkan mereka. Aku
bangkit dari ranjang, kemudian keluar untuk cuci muka. Kulihat Eva yang
sedang menyiapkan sarapan di dapur. Berbeda dengan Ado dan Steve yang
berambut hitam, Eva mengikuti ibunya dengan berambut pirang serta
bermata biru. Namun dia tumbuh menjadi gadis yang begitu baik. Ketika
Ayahnya jatuh dan Ibunya pergi, dia bisa tetap tenang dan memeluk
Ayahnya. Selain itu dia juga begitu pandai memasak, tidak heran begitu
banyak pria yang menginginkan dirinya di sekolahan. "Selamat pagi,
Bang." dia menyapaku dengan senyumnya. "Pagi, Va. Maaf ngerepotin kamu,
harus buat satu porsi Ekstra." Aku menyapa balik dengan senyum baru
bangun tidur. Eva kemudian mengelengkan kepala, dia bilang bahwa dia
senang bisa masak lebih banyak.
Akupun cuci muka, kemudian duduk di meja makan. Memandang jam di dinding
masih menunjukan waktu 5.24 masih begitu awal. Aku tau Ado orang yang
sangat sulit bangun pagi, dan temperamennya buruk ketika dibangunkan
kecuali oleh aku. Karena aku lebih galak. Aku ke kamarnya, memanggil dia
bangun untuk sarapan, Dia kemudian berjalan ogah-ogahan ke kamar mandi.
Sementara si Eva tertawa cekikikan melihat itu, "Sudah lama tidak lihat
Bang Ado bangun pagi." Eva kemudian menyiapkan sarapan ke meja makan.
Ado menjelaskan bahwa Steve sekolah agak siang, jadi dia akan tidur
sebentar lagi. Kami sarapan dengan roti dan telur. Aku mengatakan bahwa
sudah lama tidak sarapan pagi, Ado dan Aku tertawa. Namun Eva nampak
sedih. " Bang, besok Eva buatin lebih banyak sarapannya." Eva memang
anak yang baik. Lalu akupun menggodanya, bertanya apakah sudah ada pria
yang cocok di hatinya. Ado langsung menatapku dengan mengerutkan dahinya
sambil meminum teh hangatnya. Eva bilang, kalaupun ada harus melewati
Abang Ado yang membuat masalah. Wajah Ado berubah kusut, dia memang
tidak mau adiknya yang cantik ini pacaran dulu. Lalu aku mengatakan pada
Eva, kalau memang sudah cocok bilang saja. Nanti biar aku yang tahan
abangnya, daripada pria baik di ambil wanita lain. Eva tertawa, si Ado
menusuk tanganku dengan garpu. Aku teriak, dan kami semua tertawa. Steve
mengeram di kamarnya.
Kamipun mandi bergantian, dimulai dari Eva karena dia mau bersekolah.
Baru kemudian Ado yang akan mengantar Eva ke sekolah. Dan Terakhir Aku. "
Ron, Aku antar Eva dulu. Tunggu di depan ya." Ado kemudian berjalan,
sementara aku sedang menggosok gigi tidak bisa menjawab. Setelah Mandi,
Akupun ke kamar untuk berganti pakaian, mempersiapkan diri untuk ke
bengkel. Handphoneku yang tadi ku chargepun baterainya sudah terisi
penuh. Ada beberapa pesan lagi yang masuk. Aku kemudian menunggu di
depan rumah Ado, sambil menunggu akupun membalas beberapa pesan tadi,
Ternyata isinya hanya basa basi saja.
Ado pun tiba dengan motornya, kamipun berangkat ke Bengkel tempat dia bekerja.
Bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar