Dalam perjalanan menuju kembali ke Toko, Aku berpikir manusia selalu
menghadapi kehilangan-kehilangan. Seperti diriku yang kehilangan banyak
hal di usia muda, namun akhirnya aku mendapatkan banyak hal lain sebagai
gantinya. Banyak di antara kita yang begitu sulit menerima kehilangan.
Ada pepatah mengatakan kita menyadari betapa berharganya sesuatu ketika
sudah kehilangan. Menurutku kita sebenarnya tau hal itu sangat berharga
hanya saja kita tidak berpikir akan kehilangan. Sehingga ketika harus
kehilangan kita menjadi sedih dan kecewa.
Terjebak kemacetan membuatku tiba di Toko sudah menjelang sore, waktunya
tutup. Setelah memarkirkan mobil, aku segera membantu membereskan toko.
Ketika sedang beres-beres, Ado lewat. Dia menawarkan bantuan untuk
membereskan toko. Ibu Rose nampak sedang tidak enak badan, aku
menyarankannya untuk istirahat. Beliau akhirnya masuk ke dalam dan
akhirnya aku bersama Ado membereskan toko. Setelah selesai Ado
mengajakku untuk ke rumahnya, karena nanti malam dia ingin keluar juga
maka kami menggunakan satu motor saja. Aku berangkat setelah memberi tau
kepada Ibu Rose, kami melaju di jalanan.
Ado memang ahli dalam bermotor, macet bukan hambatan baginya. Dengan
gesit dan luwes dia melewati mobil-mobil serta motor-motor yang terjebak
kemacetan. Tidak makan waktu lama sampai kami tiba di Rumah Ado, nampak
Eva dan Steve sudah ada di rumah.
Kami kemudian berbincang-bincang, Eva menyuguhi kami dengan teh dan kue.
Eva bertanya apa kejadian yang kualami beberapa waktu lalu benar
adanya, karena dia cukup ragu mendengar cerita dari Ado.Aku membenarkan
apa yang di ceritakan Ado, kemudian Eva bercerita bahwa Anak-anak dari
SMA Tenmi memang orang-orang elite namun mereka suka membuat masalah.
Kekayaan mereka membuat mereka gelap mata. Mendengar cerita Eva, aku
mengerti satu hal, mereka hanyalah anak-anak kurang perhatian yang tidak
tau bagaimana membahagiakan diri mereka dengan benar. Sebuah bukti
nyata bahwa uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan, walaupun memang
lebih baik menangis dalam mobil mewah dibandingkan di bawah payung.
Ketika asik berbincang, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ada panggilan
untuk menjadi supir lagi malam ini. Ado akhirnya mengantarku ke lokasi.
Langit mulai mendung lagi, apakah malam ini akan kembali hujan seperti
kemarin? Pikirku dalam hati. Sampai di lokasi, akupun langsung menuju
gerbang ketiga. Di sana aku melihat sosok yang ku kenal sedang berdiri
di luar mobil mewah yang kusetir kemarin. Erine! Ya, gadis itu lagi. Aku
mulai memutar otak, apa dia memang masih mau mencoba bunuh diri.
Aku berjalan mendekat ke gadis yang membuatku kerepotan semalam, dia
memandangku dengan tatapan tajam. Aku baru menyadari, ternyata gadis ini
memiliki mata yang begitu indah. " Mereka bilang padaku, jika ingin
memanggilmu harus di jam segini." Erine memecah keheningan. Aku hanya
mengangguk saja, berarti dia memang mencariku dan bukan sebuah
kebetulan. " Masuk ke Mobil" Dia memerintah begitu saja sambil memasuki
mobil bagian belakang. Akhirnya aku masuk juga ke mobil. " Mau kemana
non?" Aku bertanya sambil melihatnya melalui spion tengah. " Kemana
saja, yang penting jalan dulu." Jawabnya ketus lalu memalingkan wajahnya
ke jendela. Oh tidak, Ini akan terulang lagi pikirku. Hujan kembali
turun, membasahi mobil mewah ini. Sama seperti sebelumnya, hanya kali
ini lebih dingin. Aku kembali menyusuri jalan dengan mobil mewah bersama
Gadis galak ini. Entah apa yang akan terjadi malam ini.
Bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar