Paradoks dasar dari prokrastinasi (Knaus (1998):
“When we try to buy time by procrastinating, we condemn ourselves to running out of time”
Prokrastinasi:
- Kecenderungan seseorang untuk menunda aktivitasnya hingga saat-saat terakhir menjelang tenggat waktu atau tidak melakukannya sama sekali (Gafni & Geri, 2010)
- Penundaan sebuah aksi atau tugas untuk dilakukan di waktu lain atau hingga waktu yang tidak ditentukan
Prokrastinasi berkaitan dengan berbagai macam faktor perilaku personal (Ackerman & Gross; Phillips, Jory, & Mogford; dalam Gafni & Geri, 2010), seperti:
- tidak ada motivasi
- kurangnya kemampuan mengatur diri / self regulation
- perfeksionisme
- tidak teratur
- manajemen waktu yang buruk
- takut gagal
- meragukan kemampuan diri
Balkis dan Duru (2009) menyatakan bahwa prokrastinasi memiliki pengaruh buruk bagi seseorang, seperti kacau dalam mengatur hidup dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Jika prokrastinasi sudah mengganggu seluruh aspek kehidupan seseorang, maka sudah terjadi prokrastinasi kronis. Situasi ini dapat menyebabkan:
- depresi
- rasa bersalah
- nilai-nilai yang menurun
- kecemasan
- neurotic
- pikiran yang irasional / tidak masuk akal
- bersikap curang
- self-esteem yang rendah
Ada 5 macam prokrastinasi (Balkis dan Duru, 2009), yaitu:
1. General procrastination
Sikap menghindari pekerjaan dan tugas
sehari-hari. Biasanya mereka kesulitan melakukan tugas sehari-hari
karena tidak mampu mengatur waktu dan melakukan manajemen dengan efektif
2. Academic procrastination
- menunda mengerjakan PR
- menunda belajar untuk ujian
- membuat makalah di waktu yang sudah dekat dengan tenggatnya
3. Decision-making procrastination
Individu sulit mengambil keputusan sehingga selalu menunda karena tidak mampu memilih prioritas pekerjaannya
4. Neurotic procrastination
Seseorang cenderung memilih untuk menunda mengerjakan sesuatu karena berpikir mengenai apa yang terbaik untuk dirinya sendiri
5. Non-obsessional or non-functional procrastination
Menunda untuk memunculkan sebuah perilaku
Selain itu, perilaku prokrastinasi dibedakan menjadi 2 (Chu & Choi, dalam Gafni & Geri, 2010), yaitu:
Prokrastinator aktif:
memilih untuk bekerja di bawah tekanan dan sengaja untuk menunda tugas-tugasnya, namun mereka tetap menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Prokrastinator pasif:
orang-orang yang terhambat oleh sikap indecisive dan gagal untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Pada beberapa individu tipe prokrastinasi ini dapat bercampur, sedangkan beberapa individu lainnya dapat diklasifikasikan dengan mudah pada satu tipe yang lebih terlihat dari tipe lainnya.
Menurut Sapadin dan Maguire (1996), ada 6 tipe prokrastinator:
1. The perfectionist
seseorang yang enggan memulai atau menyelesaikan tugasnya, karena jika hasilnya kurang dari sempurna, maka hal tersebut dilihat sebagai kegagalan oleh dirinya atau orang lain
2. The dreamer
ingin hidup berjalan dengan lancar dan menghindari tugas yang sulit. Pemikiran grandiose tidak dapat diterjemahkan dalam tujuan yang jelas dan dapat diraih
3. The worrier
- memiliki ketakutan bahwa hal-hal tidak akan berjalan sesuai dengan tujuannya
- seringkali perilakunya dipengaruhi oleh rasa cemas dan muncul pikiran-pikiran seperti “bagaimana jika..”
- seringkali menghindari resiko dan perubahan
- memiliki sedikit kepercayaan diri terhadap kemampuannya dalam mengambil keputusan atau mentoleransi ketidaknyamanan
- Seseorang yang resisten, senang berargumen dengan instruksi dan saran orang lain
- Kurang suka jika orang lain memberikan arahan mengenai apa yang harus dilakukan atau saat orang lain berusaha untuk mengontrol dirinya
- Resistensi merupakan bentuk tidak langsung dari passive-aggressive yang mengatakan ‘iya’ pada permintaan orang lain, namun sebenarnya ia mengatakan ‘tidak’ dikarenakan ia tidak siap untuk mengambil tanggung jawab untuk mengerjakan hal tersebut saat itu
- Seseorang yang suka menunjukkan keberanian dengan menyatakan bahwa ia tidak dapat termotivasi hingga saat-saat terakhir atau saat ini merupakan saat dimana ia dapat mengeluarkan sisi terbaiknya
- Cenderung mudah bosan dengan aktivitas yang menurutnya kurang menantang
6. The overdoer
- Merupakan individu yang memiliki banyak pekerjaan tanpa membangun prioritasnya
- Mereka tidak dapat mengatur waktu dengan efisien yang kemudian mengarah pada pekerjaan yang tidak terselesaikan, tidak memuaskan, atau terlambat menyelesaikan
“Telling someone who procrastinates to buy a weekly planner is like
telling someone with chronic depression to just cheer up,” – Dr. Ferrari
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi?
- Bagi si perfeksionis, dalam hidup banyak terjadi ketidaksempurnaan. Lakukan saja apa yang harus dilakukan, terkadang usaha terbaik tidak memunculkan hasil sempurna
- Bagi yang takut gagal. Be wise, be brave about the failure. Kegagalan merupakan bagian dari hidup yang tidak bisa dihindari. Yang dapat Anda lakukan adalah dengan melakukan usaha terbaik dan jika gagal, belajarlah dari kegagalan.
- Bagi yang meragukan diri sendiri. Yakinlah akan kemampuan Anda, cari alternatif penyelesaian pekerjaan yang terbaik menurut Anda.
- Bagi yang tidak termotivasi. Janganlah berpikir beratnya usaha yang Anda lakukan, tetapi pikirkanlah tujuan akhir dan keuntungan yang Anda dapatkan jika sudah berhasil menyelesaikannya.
- Bagi yang kebingungan menyusun prioritas. Biasakanlah membuat daftar prioritas (contoh dari tugas yang paling mudah sampai yang paling sulit, dari tugas yang harus dikumpulkan cepat sampai tugas dengan tenggat waktu terlama, dan sebagainya)
- Tentukan tujuan dengan menggunakan teknik SMART
- Menjalani sesi terapi anti-prokrasinasi, seperti R-EBT untuk mengatasi prokrastinasi
- Mengidentifikasi factor A-B-C (Affect – Behavior – Cognitive) yang Anda alami
- Hubungi psikolog jika prokrastinasi sudah mengganggu aspek kehidupan dan Anda dengan sadar ingin menjadi orang yang lebih baik
0 komentar:
Posting Komentar